DI TENGAH gejolak dunia yang semakin tak menentu, banyak kalangan umat Islam kembali menengok nubuwat (ramalan kenabian) sebagai petunjuk masa depan. Di antara nubuwat itu, wilayah Syam (meliputi Palestina, Suriah, Yordania, dan Lebanon) sering disebut sebagai medan krusial dalam pertempuran akhir zaman, termasuk dalam menghadapi fitnah terbesar: Dajjal. Dalam konteks ini, Masjid Al-Aqsa dan tanah suci Palestina bukan sekadar isu geopolitik, tetapi juga simbol spiritual dan janji kenabian yang agung.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Akan tetap ada sekelompok dari umatku yang terus berada di atas kebenaran dan tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang menentang mereka sampai datang keputusan Allah, dan mereka tetap berada di Baitul Maqdis dan sekitar Baitul Maqdis.” (HR. Ahmad).
Hadis ini menjadi pegangan penting dalam menempatkan Syam sebagai benteng keimanan. Wilayah ini dijanjikan sebagai tempat bertahan terakhir umat Islam yang berpegang teguh pada kebenaran, sekaligus pusat perlawanan terhadap kekuatan batil. Syam bukan sekadar geografis; ia adalah simbol keteguhan spiritual yang kelak memainkan peran penting dalam sejarah perlawanan terhadap Dajjal.
Dajjal dalam eskatologi Islam digambarkan sebagai sosok yang membawa fitnah luar biasa: mengaburkan kebenaran, mempermainkan akal sehat, bahkan menampakkan surga yang sejatinya neraka. Ia akan menyebar fitnah secara global, memanfaatkan kekuatan teknologi, manipulasi ekonomi, dan tipu daya ideologi.
Baca Juga: Menangkap Pesan Kuat Hamas di Balik Pembebasan Sandera AS
Namun, menurut banyak riwayat, Dajjal tidak akan mampu memasuki dua kota suci: Makkah dan Madinah, serta akan dikalahkan di wilayah Syam, tepatnya di Bab Ludd (sebuah tempat di Palestina saat ini). Ini menegaskan kembali bahwa syam/">benteng Syam adalah episentrum perjuangan melawan kekuatan fitnah global.
Masjid Al-Aqsa adalah masjid ketiga yang disucikan dalam Islam setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Tempat ini menjadi saksi risalah para nabi, tempat Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan kiblat pertama umat Islam.
Hari ini, Al-Aqsa berada dalam cengkeraman kekuatan zionis yang terus menerus menginjak kehormatannya. Namun dalam konteks eskatologi Islam, Al-Aqsa tidak akan selamanya dikuasai musuh. Sebuah janji langit telah diungkap bahwa Al-Aqsa akan kembali dibebaskan oleh generasi yang dipilih Allah.
Bangkitnya Generasi Pembebas
Pembebasan Al-Aqsa bukan sekadar misi militer, tapi juga kebangkitan spiritual. Allah Ta’ala berfirman, “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir dan Palestina), dan hendak menjadikan mereka pemimpin serta menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).” (QS. Al-Qashash: 5)
Baca Juga: Air Haji: Benarkah Air Zamzam yang Dibawa Pulang dari Tanah Suci? Ini Penjelasan Lengkapnya
Ayat ini menjadi penguat keyakinan bahwa perjuangan membela Palestina adalah bagian dari rencana ilahi. Generasi yang membebaskan Al-Aqsa akan lahir dari keteguhan iman, ilmu, dan pengorbanan. Mereka tidak terjebak dalam sekadar narasi nasionalisme, tapi mengusung misi profetik.
Umat Islam hari ini dituntut untuk tidak hanya menjadi penonton sejarah, tetapi pelaku utama dalam membela Al-Aqsa dan menyiapkan syam/">benteng Syam menghadapi Dajjal. Peran ini mencakup tiga dimensi:
-
Spiritual: memperkuat tauhid dan keimanan untuk menghadapi fitnah besar.
-
Intelektual: melawan propaganda dan informasi sesat yang menyertai fitnah Dajjal.
Baca Juga: Haji Maqbul dan Mabrur
-
Sosial-politik: mendukung perjuangan Palestina melalui edukasi, diplomasi, dan solidaritas nyata.
Dalam sabdanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga menegaskan pentingnya keterlibatan umat Islam dalam urusan Al-Aqsa. Ketika para sahabat bertanya tentang bagaimana berkontribusi jika tak bisa ke sana, Nabi bersabda: “Kirimkan minyak untuk lampu-lampunya.” (HR. Abu Dawud). Ini simbol bahwa kontribusi sekecil apapun untuk Al-Aqsa bernilai besar dalam pandangan Allah.
Di tengah kabut kebohongan dan arus fitnah global, janji Allah tetap menjadi cahaya penuntun. Syam akan tetap menjadi benteng keimanan. Dajjal akan datang, tapi ia juga akan dikalahkan. Al-Aqsa mungkin berada dalam penjajahan hari ini, tetapi ia akan kembali ke pelukan umat yang istiqamah.
Misi ini bukan sekadar perjuangan geografis, melainkan jalan panjang menuju pembuktian iman. Umat Islam di mana pun berada harus menyadari bahwa setiap doa, dukungan, dan perjuangan untuk Syam dan Al-Aqsa adalah bagian dari menggapai janji langit: janji kemenangan, kebebasan, dan keadilan yang hakiki.[]
Baca Juga: Masjid Al-Aqsa Semakin Mengkhawatirkan
Mi’raj News Agency (MINA)