Jakarta, MINA – Polisi Thailand menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah warga Kamboja dalam bentrokan yang terjadi di wilayah perbatasan yang disengketakan.
Sedikitnya 23 warga Kamboja terluka dalam bentrokan tersebut. Militer Thailand juga melaporkan sejumlah pejabat mereka mengalami cedera. Baik otoritas Thailand maupun Kamboja telah mengonfirmasi terjadinya bentrokan itu, Al-Jazeera melaporkan.
Bentrokan terjadi di sebuah permukiman perbatasan yang diklaim Thailand sebagai bagian dari Ban Nong Ya Kaew, Provinsi Sa Kaeo.
Sementara Kamboja menyebut wilayah itu sebagai bagian dari desa Prey Chan, Provinsi Bantheay Meanchey. Pemasangan pagar kawat berduri oleh Thailand di lokasi tersebut sebelumnya memicu protes warga dari kedua belah pihak.
Baca Juga: Insiden Anti-Muslim Naik 150 Persen, PM Australia Tegaskan Tolak Islamofobia
Perselisihan perbatasan antara Thailand dan Kamboja telah berlangsung lebih dari satu abad. Perbatasan sepanjang 817 kilometer itu pertama kali dipetakan pada 1907 oleh Prancis ketika Kamboja masih menjadi koloni.
Perselisihan ini beberapa kali memicu ketegangan, termasuk konflik sengit pada Juli lalu yang menewaskan sedikitnya 48 orang dan memaksa ratusan ribu warga mengungsi.
Pertempuran pada Juli berakhir melalui gencatan senjata yang dimediasi di Malaysia pada 28 Juli. Sejak saat itu, perbatasan relatif tenang, hingga insiden terbaru yang kembali memicu kekhawatiran akan pecahnya konflik bersenjata.
Menteri Informasi Kamboja Neth Pheaktra menuduh aparat Thailand melintasi perbatasan dan menggunakan gas air mata, peluru karet, serta alat pembuat kebisingan untuk membubarkan warga sipil. Ia menilai tindakan Thailand telah melanggar perjanjian damai dan berpotensi memperluas konflik.
Baca Juga: Trump Sudah Tahu Rencana Israel Serang Doha, Tapi Tak Mencegahnya
Perdana Menteri Kamboja Hun Manet telah mengirim surat kepada para pemimpin dunia, termasuk ASEAN untuk meminta dukungan internasional menghentikan langkah sepihak Thailand. Hun Manet memperingatkan bahwa ketegangan ini dapat berkembang menjadi konflik regional jika tidak segera ditangani. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: PM Qatar Desak Dunia Tolak Standar Ganda dan Tuntut Israel Bertanggung Jawab