Kabul, MINA – Bentrokan perbatasan baru-baru ini antara Afghanistan dan Pakistan menggarisbawahi ketegangan dan tantangan yang sedang berlangsung dalam mengelola hubungan bilateral kedua negara.
Insiden tersebut termasuk baku tembak di sepanjang Garis Durand pada awal tahun 2025, mengancam stabilitas regional dan menimbulkan pertanyaan tentang pendekatan yang diambil kedua negara untuk mengatasi masalah keamanan dan diplomatik.
Bentrokan terbaru di wilayah Nawa Pass di Provinsi Kunar, Afghanistan, mengakibatkan korban jiwa dan mencerminkan pola ketegangan yang berulang di sepanjang perbatasan.
Dilansir dari Khaama Press pada Ahad (19/1), laporan menunjukkan bahwa ada lebih dari 400 insiden lintas batas yang dikaitkan dengan Pakistan pada tahun lalu.
Baca Juga: Lateefah Simon jadi Warga Muslim Amerika Keempat Terpilih di Kongres AS
Insiden tersebut telah dikritik karena merusak kepercayaan dan melanggar norma-norma internasional. Situasinya masih rumit, karena kedua belah pihak menegaskan posisi mereka tentang keamanan dan kedaulatan perbatasan.
Peristiwa yang sangat signifikan terjadi pada Desember 2024, ketika serangan udara di distrik Barmal, Provinsi Paktika dilaporkan menyebabkan korban sipil.
Serangan udara itu bertepatan dengan keterlibatan diplomatik di Kabul, di mana diskusi tingkat tinggi sedang dilakukan yang bertujuan mendorong kerja sama bilateral.
Waktu pelaksanaan aksi militer itu menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap upaya pembangunan perdamaian dan menyoroti tantangan dalam menyelaraskan inisiatif diplomatik dengan operasi militer.
Baca Juga: Parlemen Arab Sambut Baik Pengumuman Gencatan Senjata di Gaza
Pakistan telah mengutip kekhawatiran atas ancaman dari Tehreek-i-Taliban Pakistan (TTP) sebagai alasan utama tindakan lintas perbatasannya. Namun, insiden yang melibatkan korban sipil, termasuk kerusakan infrastruktur seperti masjid, telah menuai kritik.
Insiden semacam itu telah mendorong seruan untuk pendekatan yang lebih komprehensif dalam menangani masalah keamanan sambil melindungi kehidupan warga sipil.
Pengamat telah mencatat pengaruh signifikan lembaga militer Pakistan dalam membentuk kebijakan luar negeri dan keputusan keamanannya.
Dinamika itu terkadang menciptakan ketegangan antara upaya diplomatik sipil dan strategi militer. Misalnya, sementara Perwakilan Khusus Pakistan Mohammad Sadiq mengupayakan dialog di Kabul, aksi militer simultan di Afghanistan mempersulit upaya ini.
Baca Juga: Jelang Gencatan Senjata, Yordania Kirim 140 Truk Bantuan ke Gaza
Interaksi antara kepemimpinan militer dan sipil tetap menjadi faktor penting dalam membentuk kebijakan regional Pakistan.
Afghanistan telah menanggapi insiden ini dengan menekankan perlunya menjaga kedaulatannya.
Pernyataan dari pejabat Afghanistan, termasuk Menteri Perbatasan dan Urusan Suku Noorullah Noori, telah menyoroti dampak sipil dari bentrokan baru-baru ini. Tindakan Afghanistan selanjutnya, termasuk serangan balasan yang dilaporkan, mencerminkan tekadnya untuk mengatasi pelanggaran perbatasan sambil berusaha menghindari eskalasi lebih lanjut. []
Baca Juga: Pimpinan Baru Suriah Harapkan Warganya Kembali dalam Dua Tahun
Mi’raj News Agency (MINA)