Kreativitas yang diikuti dengan kerja keras dan ketekunan adalah kunci yang sering menghantarkan seseorang pada kesuksesan.
Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia (UII) asal Yogyakarta, mampu membiayai kuliahnya sendiri di dua kampus sekaligus. Di samping masih aktif sebagai uii/">mahasiswa UII, ia juga tercatat sebagai mahasiswa Manajemen Universitas Gadjah Mada (UGM).
Hokie Septian Nugroho, setidaknya itulah yang tergambar dari sosok muda, seorang mahasiswa Teknik Sipil UII, yang masih menyandang status sebagai mahasiswa tidak menghalangi pria berumur 21 tahun ini untuk terjun menggeluti dunia bisnis.
Di usianya yang masih muda, ia mampu membangun bisnis gelang kulit custom yang banyak menjaring peminat dari kalangan muda.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Disampaikan oleh Hokie, perkenalannya dengan produk gelang kulit dimulai ketika ia diminta membantu kakak angkatannya untuk memasarkan produk tersebut. Ia tertarik dengan produk gelang yang menurutnya unik.
“Kebetulan saya memang suka berjualan, suka menawar-nawarkan barang. Jadi ya saya terima tawaran itu”, ungkapnya, demikian keterangan pers laman resmi UII yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis (7/1).
Bisnisnya mulai berkembang dan produk gelang kulit sudah mulai digandrungi anak muda. Hokie pun cukup optimis.
Namun, di tengah bisnis yang mulai menggeliat, sang kakak senior terpaksa mundur dari bisnis karena kesibukan kuliah yang semakin padat. Hokie pun akhirnya memberanikan diri mengambil alih usaha gelang kulit tersebut. Padahal menurutnya waktu itu ia belum paham betul proses produksi gelang karena selama ini hanya bertugas di bagian pemasaran produk.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Berbekal semangat pantang menyerah, ia dengan tekun mulai mempelajari proses bisnis dari awal. Kendala utama yang dihadapinya adalah keterbatasan alat produksi.
“Kebetulan saya saat itu sempat bekerja di percetakan, alat laser printing di percetakan ternyata sangat penting dalam produksi gelang custom,” ujarnya.
Alat tersebut berguna untuk mengukir desain di atas gelang. Meskipun harganya mahal, ia menyadari tetap harus memiliki alat tersebut.
Dalam hal pemasaran, Hokie mengandalkan media sosial karena jangkauannya yang luas di kalangan anak muda. Ia menjual gelang kulit seharga Rp 12.000 hingga Rp 25.000. Keunikan gelang yang dihasilkannya terletak pada keragaman desain yang bisa dipesan pelanggan. Mereka bahkan dapat memesan kata-kata atau desain sendiri seperti yang diinginkan.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Dalam sebulan Hokie mengaku mampu meraup omzet senilai Rp 10 juta – 16 juta. Keuntungan itu sebagian besar ia gunakan untuk membiayai kuliahnya di UII dan UGM.
“Orang tua sempat heran kok saya tidak pernah meminta uang biaya kuliah kepada mereka, padahal saya berkuliah di dua kampus. Mereka bertanya berapa penghasilan saya dari jualan gelang. Saya jawab, cukup untuk bayar kuliah,” ujar Hokie bangga.
Saat ini Hokie terus berupaya mengembangkan bisnisnya sembari bertekad untuk lulus sebagai sarjana di dua kampus tempatnya menimba ilmu.(T/P007/R05)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)