Berdialoglah dengan Allah

Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Artinya, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah [2] ayat 186).

Setiap manusia memiliki masalah. Ada masa-masa yang akan membuat seorang hamba harus mengeluh dan ingin berbagi cerita tentang kesulitannya kepada seseorang, terlebih kepada orang yang ia harapkan bisa membantu untuk mengatasi kesulitannya. Kesulitan itu akan semakin terasa getir ketika orang yang kita harapkan ternyata tidak bisa berbuat banyak, bahkan tidak bisa membantu sama sekali.

Setiap manusia pun selalu memiliki keinginan dan impian yang sangat sering sulit untuk diwujudkan karena keterbatasan kemampuan fisik atau ekonomi. Hampir semua orang ingin menjadi kaya harta. Ada pula orang yang ingin menjadi pejabat, artis, dokter, insinyur, atau orang yang sekedar bahagia, bahkan memiliki istri empat pun menjadi impian bagi para kalangan lelaki.

Untuk bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi atau mewujudkan keinginan dan impian yang dicita-citakan, terlalu sering manusia tidak berpikir untuk berdialog, berbicara, atau curhat kepada Allah.

Kenapa harus berdialog kepada Allah? Sebab Allah lah Dzat Yang Maha Menguji, sebab Allah lah Pemilik segala apa yang ada di alam semesta ini, sebab Allah lah Yang Maha Berkehendak, dan sebab Allah lah tempat segala sesuatu bergantung.

Bukan Sekedar Membaca Lafaz

Cara berdialog itu sendiri telah Allah tunjukkan di dalam firman-Nya di atas, yaitu dengan berdoa kepada-Nya, karena Allah itu dekat.

Perlu diketahui bahwa kedekatan Allah itu ada dua macam:

  1. Kedekatan Allah yang umum dengan ilmu-Nya, ini berlaku pada setiap makhluk.
  2. Kedekatan Allah yang khusus pada hamba-Nya dan seorang Muslim yang berdo’a pada-Nya, yaitu Allah akan mengijabahi (mengabulkan) doanya, menolongnya dan memberi taufik padanya. (Tafsir Al Karimir Rahman, hal. 87)

Kedekatan Allah pada orang yang berdoa adalah kedekatan yang khusus bukan kedekatan yang sifatnya umum pada setiap orang. Allah begitu dekat pada orang yang berdoa dan yang beribadah pada-Nya. Sebagaimana disebutkan pula dalam hadits bahwa tempat yang paling dekat antara seorang hamba dengan Allah adalah ketika ia sujud. (Majmu’ Al Fatawa, 15/17)

Masalah dan keinginan yang selalu ada pada diri seorang hamba, seharusnya tidak membuat seseorang meninggalkan aktivitas berdoa kepada Rabbnya.

Mengeluh dan mengadulah kepada Allah, sampaikan keinginan hati dan pikiranmu kepada Allah, karena Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, terlebih Dia sangat dekat dengan kita. Yakini dan bayangkanlah di setiap doa kita, Allah ada di hadapan kita, atau kita sedang menghadap Allah.

Ingatlah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ

Artinya, “Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya di sisi Allah Ta’ala selain doa.” (HR. Tirmidzi no. 3370, Ibnu Majah no. 3829, Ahmad 2/362. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Berdialog dengan Allah bukan hanya sekedar seorang Muslim atau Muslimah membaca lafaz-lafaz doa, tapi lebih dari itu. Berdialog dengan Allah adalah benar-benar menghadirkan Allah di hadapan kita atau di atas kita dengan ketinggian iman kita kepada Allah.

Dialog yang terus dilakukan kepada Allah, akan mewujudkan rasa cinta yang lebih kepada Allah dan rasa ketergantungan yang tinggi kepada Allah. Sehingga pada akhirnya, seorang hamba akan selalu memamfaatkan waktu-waktu tertentu untuk berdoa, seperti setelah salat lima waktu, waktu antara azan dan iqamah, waktu salat malam, waktu salat duha, di waktu hujan turun dan waktu-waktu lainnya.

Penuh yakinlah bahwa Allah akan kabulkan setiap doa.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

Artinya, “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi no. 3479. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Lalu pahamilah bahwa ada beberapa jalan yang Allah kabulkan doa. Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

« ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ »

Artinya, “Tidaklah seorang Muslim memanjatkan doa pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: (1) Allah akan segera mengabulkan doanya, (2) Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan (3)Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Jika demikian kami akan memperbanyak berdoa.” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan doa-doa kalian.” (HR. Ahmad 3/18. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanadnya jayyid).

Boleh jadi Allah menunda mengabulkan doa. Boleh jadi pula Allah mengganti keinginan kita dalam doa dengan sesuatu yang Allah anggap lebih baik. Atau boleh jadi pula Allah akan mengganti dengan pahala di akhirat. Jadi doa tidaklah sia-sia.

Ingatlah wejangan yang amat menyejukkan hati dari cucu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Al Hasan bin ‘Ali radhiyallahu ‘anhuma berkata,

من اتكل على حسن اختيار الله له، لم يتمن شيئا. وهذا حد الوقوف على الرضى بما تصرف به القضاء

Artinya, “Barangsiapa yang bersandar kepada baiknya pilihan Allah untuknya maka dia tidak akan mengangan-angankan sesuatu (selain keadaan yang Allah pilihkan untuknya). Inilah batasan (sikap) selalu rida (menerima) semua ketentuan takdir dalam semua keadaan (yang Allah) berlakukan (bagi hamba-Nya).”

Pilihan Allah itulah yang terbaik.

لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

(P001/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.