Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bergabung dalam Perlawanan Palestina Melalui Hari Keffiyeh Sedunia 

Arina Islami Editor : Ali Farkhan Tsani - 19 menit yang lalu

19 menit yang lalu

7 Views

Presiden Palestina Yasser Arafat dengan Keffiyeh di kepala yang menjadi identitasnya dan simbol perlawanan Palestina. (Foto: Albawaba)

MASYARAKAT internasional yang mendukung gerakan perlawanan Palestina terhadap penjajahan Zionis Israel, memperingati tanggal 11 Mei sebagai Hari Keffiyeh atau World Keffiyeh Day.

Peringatan ini pertama kali dicetuskan oleh Kelompok Solidaritas untuk Hak Asasi Manusia Palestina di Concordia University, Kanada pada 2016 silam. Tanggal ini dipilih karena kedekatannya dengan peringatan Nakba (bahasa Arab) yang berarti “malapetaka” pada 15 Mei, sebuah tragedi yang menjadi awal pembersihan etnis dan genosida terjadi di Tanah Palestina.

Keffiyeh telah menjadi simbol solidaritas dunia, termasuk masyarakat Indonesia untuk menunjukkan keberpihakan kepada Bangsa Palestina. Kita kerap kali melihat dalam berbagai kegiatan, corak-corak Keffiyeh dikenakan di depan publik, baik dalam bentuk syal, jilbab, sorban, pin, bahkan baju oleh berbagai kalangan, mulai dari publik figur, elit politik, maupun komunitas akar rumput.

Sejarah Keffiyeh

Baca Juga: Harapan Perdamaian di Palestina, Realita atau Mimpi?

Mengutip dari berbagai sumber, kata “Keffiyeh” berasal dari nama sebuah kota di Irak, Kufa. Keffiyeh pun sudah lazim dikenakan oleh masyarakat Arab, Kurdi, dan Turki di Asia Barat hingga Afrika Utara sejak peradaban kuno. Sejarah panjang Keffiyeh bisa ditelusuri pada peradaban Mesopotamia.

Keffiyeh mulai mengandung nilai politis, utamanya sebagai simbol perlawanan ialah setelah penjajahan Inggris atas wilayah-wilayah Arab pasca-Perang Dunia I, terutama di Yordania dan Palestina. Disebutkan dalam Palestinian in Jordan: The Politics Identity bahwa Keffiyeh dengan warna merah putih dikenakan oleh masyarakat Yordania, sementara hitam putih oleh rakyat Palestina.

Keffiyeh sebagai simbol perlawanan Palestina terhadap penjajahan Zionis Israel semakin masif dikampanyekan semenjak Pemberontakan Arab 1936-1939 atau disebut juga Pemberontakan Besar Palestina yang digerakkan oleh Mufti Besar Yerusalem, Amin Al-Husseini. Para pejuang dalam pemberontakan itu secara serentak mengenakan Keffiyeh sebagai penutup kepala pada 1938—sebelumnya kain tersebut hanya digunakan oleh petani Arab Badui di pedesaan, mengutip Ted Swedenburg dalam “Popular Memory and the Palestinian National Past” yang termaktub dalam buku Golden Ages, Dark Ages: Imagining the Past in Anthropology and History.

Pada pemberontakan itu, rakyat Arab khususnya Palestina menuntut penghentian imigrasi Yahudi ke tanah mereka. Imigrasi Yahudi mulai masif terjadi sejak 1920 ketika Liga Bangsa-bangsa (sekarang PBB) memberikan mandat kepada Inggris untuk menjajah Palestina. Hal ini menimbulkan ketegangan antara komunitas Yahudi dan Arab Palestina. Pemberontakan Palestina terhadap penjajahan itu diakhiri dengan penindasan brutal oleh Inggris, yang mengakibatkan ribuan kematian dan penangkapan.

Baca Juga: Benteng Syam dan Janji Langit: Melawan Dajjal dan Membebaskan Al-Aqsa

Keffiyeh semakin populer sebagai simbol perlawanan Palestina terhadap penjajahan Zionis Israel ketika Yasser Arafat —presiden sekaligus tokoh pejuang Palestina— selalu tampil dengan mengenakan Keffiyeh di kepalanya pada pertengahan tahun 1960an.

Di kalangan perempuan, seorang pejuang kemerdekaan bernama Leila Khaled memakai Keffiyeh sebagai jilbab. Momen ini mendorong perempuan Palestina untuk melakukan hal yang sama sehingga menumbuhkan rasa solidaritas di antara mereka.

Makna Corak Keffiyeh

Corak Keffiyeh, khususnya yang berwarna hitam dan putih, memiliki makna simbolis yang kuat, terutama dalam konteks perjuangan Palestina. Dari berbagai sumber, termasuk media resmi World Keffiyeh Day menyebutkan makna masing-masing corak pada Keffiyeh meliputi jala ikan, garis tebal, dan pola daun zaitun.

Baca Juga: Haji, Momentum Perbaikan Integritas Bangsa

Motif jalan ikan melambangkan keterikatan dan ketergantungan warga Palestina, baik dalam hal ekonomi, sosial, maupun budaya, dengan Laut Mediterania. Jala ikan juga bisa diartikan sebagai simbol kolektivisme dan kekuatan yang lahir dari persatuan.

Kemudian garis hitam tebal di pinggir Keffiyeh melambangkan rute perdagangan bersejarah yang pernah melintasi Palestina, menghubungkan masyarakatnya dengan dunia luar.

Sementara daun zaitun melambangkan kekuatan, ketahanan, dan ketekunan warga Palestina, serta pentingnya pohon zaitun dalam kehidupan mereka. Pohon zaitun merupakan sumber rezeki, simbol dalam berbagai acara sosial dan nasional, serta hadir dalam puisi, lagu, makanan, dan cerita rakyat Palestina.

Kenakan Keffiyeh dan Posting!

Baca Juga: Jama’ah dan Izin, Adab yang Menjaga Kita Tetap dalam Naungan Ilahi

Momen Hari Keffiyeh Sedunia menjadi alarm bagi kita untuk berpartisipasi dalam peringatan ini. Bukan hanya sebatas meramaikan, keikutsertaan kita adalah bukti Palestina tidak sendirian, kita semua menjadi bagian dari perlawanan terhadap segala bentuk penjajahan.

Organisasi kepalestinaan yang berbasis di Indonesia, Aqsa Working Group (AWG) menciptakan sebuah template di platform Instagram guna mengajak warganet menggunggah foto mengenakan Keffiyeh dengan tagar #WorldKeffiyehDay.

Bayangkan jika 100,9 juta pengguna Instagram di Indonesia (data tahun 2024) memasang template tersebut di satu akun miliknya, maka jutaan dukungan mengalir untuk Palestina. Sebab hari ini, kekuatan media sosial menjadi kekuatan nyata bukan lagi dipandang sebatas maya. Zionis Israel tidak hanya dikerdilkan dari ruang konferensi atau meja diplomatik, tapi bahkan hingga ke dunia digital.

Tunggu apalagi? Posting fotomu sekarang, tunjukkan bahwa Anda berdiri bersama Palestina. Selamat merayakan Hari Keffiyeh Sedunia/World Keffiyeh Day! []

Baca Juga: Pekan ke-10 Berteriak di Depan Kedubes AS

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda