Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia <!-- #FreePalestine - Ayo bersatu demi Palestina. -->

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berjama’ah Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Palestina

Redaksi Editor : Rudi Hendrik - 32 detik yang lalu

32 detik yang lalu

0 Views

Imaam Yakhsyallah Mansur (Foto: MINA/Sidiq)

Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur

Firman Allah ﷻ:

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ۝١

Artinya: “Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (Q.S. Al-Isra [17]: 1)

Baca Juga: Seluruh Pemeluk Dienul Islam Adalah Muslim

Yang dimaksud “Kami berkahi sekelilingnya” menurut Tafsir Al- Karim Ar-Rahman adalah:

بِكَـثْرَةِ ٱلَْشْْجَارِ وَٱلَْنْْهَارِ وَٱلْخَصَبِ ٱلدَّٱئِمِ، وَمِنْ بَرَكَـتِهِ تَفْضِيْلُهُ عَلَى

غَيْرِهِ مِنَ ٱلْمَسَاجِدِ سِوَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَٱمِ وَمَسْجِدِ ٱلْمَدِيْنَةِ، وَٱَنَّهُ يُطْلَبُ شَ د ٱل ˛رِحَلِ إِلَيْهِ لِلْعِبَادَةِ وَٱلصَّلَةًِ فِيْهِ وَٱَنَّ اَلل ٱخْتَصَّهُ مَحَلًً لِكَـثِيْرِ مِنْ

ٱَنْبِيَائِهِ وَٱَصْفِيَائِهِ

Baca Juga: Ukhuwah Islamiyah dan Pembebasan Al-Aqsha

Artinya: “Dengan banyaknya pohon dan sungai dan kesuburan yang terus menerus. Termasuk berkah Allah adalah mengutamakan masjidnya dibanding masjid-masjid lain selain Masjidil Haram dan Masjid Madinah. Ke Masjidil Aqsa dan Masjidil Haram serta Masjid Madinah inilah seseorang diperintahkan untuk mengikatkan tali kendaraannya untuk beribadah dan shalat di dalamnya. Di sekitar Masjid Al-Aqsa ini Allah mengistimewakannya menjadi tempat para nabi dan manusia-manusia pilihan-Nya.”

Lenyapnya “Negara Israel”

Menurut Sayyid Quthb dalam Fi Dzilalil Qur’an, peristiwa Isra yang disebut dalam surah Al-Isra adalah mengabarkan tentang tumbangnya kejayaan Bani Israil.

Peristiwa Isra merupakan tanda kekuasaan Allah ﷻ dan sebuah perjalanan yang menakjubkan dalam ukuran empiris manusia. Masjid Al-Aqsa yang menjadi ujung perjalanan adalah pusat tanah yang mulia (Asy-Syarif). Tempat yang ditentukan Allah ﷻ untuk Bani Israil lalu Allah ﷻ mengusir dari negeri itu karena kemaksiatan yang mereka lakukan.

Baca Juga: Istighfar Kunci Perubahan Nasib: Tadabbur Qur’an Surat Nuh Ayat 10-12

Surah Al-Isra secara umum berisi tentang akhir perjalanan hidup dan kejayaan bangsa Yahudi, juga mengungkapkan hubungan lang- sung antara tumbangnya kejayaan suatu bangsa dengan maraknya kemaksiatan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Hal ini sejalan dengan sunnatullah yang disebutkan pada surah Al-Isra [17] ayat 16:

وَاِذَآ اَرَدْنَآ اَنْ نُّهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنٰهَا تَدْمِيْرًا ۝١٦

Artinya: “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur- hancurnya.” (Q.S. Al-Isra [17]: 16)

Membaca surah Al-Isra dengan metode tafsir analitik, disim- pulkan bahwa terdapat dua janji Allah ﷻ tentang kehancuran bangsa Yahudi. Yaitu kehancuran pertama berdasarkan ayat:

Baca Juga: Israel Vs Iran, Ketika Serangan Membentuk Keberimbangan Regional

فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ اُوْلٰىهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَآ اُولِيْ بَأْسٍ شَدِيْدٍ فَجَاسُوْا خِلٰلَ الدِّيَارِۗ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُوْلًا ۝٥

Artinya: “Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.” (Q.S. Al-Isra [17]: 5)

Kemaksiatan yang paling besar ialah karena mereka menyembah berhala dan membunuh para nabi. Maka Allah ﷻ mendatangkan Nebukadnezar ke Yerusalem lalu dihancurkanlah negeri itu dan “dia merajalela di kampung-kampung” dengan meruntuhkan dan merata- kan dengan tanah seluruh bangunannya. Anak-anak dibunuhi dan beribu-ribu tawanan dibawa ke Babilonia.

Kehancuran bangsa Yahudi ini terjadi 500 tahun sebelum Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah dan sebelum adanya Isra dan Mi’raj.

Baca Juga: Mengapa Harus Hadir di Majlis Taklim? Inilah 5 Keutamaannya yang Wajib Diketahui

Adapun kehancuran kedua seperti ayat menyebutkan:

اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْۗ وَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا ۝٧

Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk mem- binasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (Q.S. Al- Isra [17]: 7)

Inilah jaminan Allah ﷻ kepada Bani Israil, bahwa apabila mereka berbuat baik maka kebaikan itu akan kembali kepada diri mereka sendiri dan apabila mereka berbuat jahat maka hasil kejahatan itu akan menimpa diri mereka sendiri.

Baca Juga: Ketika Dosa Tampak Indah: Wajah Fitnah di Ujung Zaman

Sebelumnya pada ayat ke-6 disebutkan bahwa Allah ﷻ telah memberikan berbagai anugerah kepada Bani Israil dengan mengem- balikan negeri mereka setelah dirampas oleh bangsa Persia ditambah dengan limpahan kekayaan dan memberikan banyak anak laki-laki yang kuat serta pasukan yang tangguh.

Dalam konteks kekinian, menurut Muhammad Al-Rasyid, ayat ke- 6 ini dapat dipahami sebagai berikut:

  1. “Allah memberikan kembali tanah mereka yang kedua kali dari musuhmu.” Berdirinya negara Israel tahun 1948, yaitu setelah mengalahkan musuh-musuhnya (pasukan Arab).
  2. “Membantu dengan harta kekayaan yang melimpah.” Berupa bantuan dari Amerika dan donatur-donatur
  3. “Memberikan anak laki-laki yang kuat.” Terbukti bahwa sejak kedatangan Israel ke Palestina, populasi penduduk lebih banyak laki-laki daripada perempuan.
  4. “Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.” Terbukti pada perang tahun 1948 dan 1967, tentara Israel 3 kali lipat lebih banyak dibanding tentara Arab.

Selanjutnya pada ayat 104, Allah ﷻ berfirman:

وَّقُلْنَا مِنْۢ بَعْدِهٖ لِبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اسْكُنُوا الْاَرْضَ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ جِئْنَا بِكُمْ لَفِيْفًاۗ ۝١٠٤

Baca Juga: Mengakui Negara Israel Dalam Prespektif UUD 1945

Artinya: “Dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil: “Diamlah di negeri ini, maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur (dengan musuhmu).”

Ayat ini dapat dipahami setelah kehancuran karena serangan musuh-musuhnya, bangsa Yahudi kemudian bercerai-berai (dias- pora) ke seluruh penjuru dunia dan kembalinya bangsa Yahudi ke Palestina pada tahun 1948 adalah berasal dari bermacam-macam suku dan ras yang ada di dunia.

Dengan kembali dan berkumpulnya bangsa Yahudi di Palestina saat ini berarti tanda kehancuran mereka yang kedua sudah dekat. Mereka sedang menunggu “Orang yang akan menyuramkan muka mereka dan memasuki Masjid Al-Aqsa serta menghancurkan mereka sehancur-hancurnya.”

Pada ayat di atas, “mereka masuk” dengan menggunakan fi’il mudhari’ yang menunjukkan pengertian ‘sedang’ atau ‘akan terjadi’. Dengan demikian, kehancuran yang kedua ini akan terjadi setelah ayat itu turun. Tentang kapan terjadinya, Allah ﷻ yang tahu.

Baca Juga: Hidup Hanya Sekali, Jadikan Bermakna di Sisi Allah

Muhammad Al-Rasyid bercerita, “Pada waktu negara Israel berdiri dan memproklamirkan kemerdekaannya (tahun 1948), seorang wanita Yahudi menangis dan masuk ke rumah keluarganya. Ketika ditanya, “Kenapa menangis, padahal orang Yahudi sedang bergembira dan merayakan kemerdekaan Israel?” Dia menjawab, “Bahwa dengan berdirinya negera Israel yang kedua adalah sebab adanya Bani Israil yang akan dihancurkan dan dibinasakan.”

Tafsir analitik tentang kronologi kehancuran bangsa Israel di atas mungkin tidak dijamin kebenarannya karena para ulama pun berbeda-beda dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut. Tetapi yang pasti benar adalah bahwa apabila suatu bangsa yang tidak menjadi- kan Al-Qur’an sebagai petunjuk pasti akan hancur dan binasa. Ini adalah sunnatullah.

Sementara itu kita lihat saat ini, bangsa Israel adalah salah satu bangsa yang tidak menjadikan Al-Qur’an bahkan mereka meleceh- kannya dengan melakukan berbagai macam kejahatan terhadap bangsa Palestina dan Masjid Al-Aqsa.

Dengan demikian, kehancuran Israel sudah sangat dekat. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa indikasi, sebagai berikut:

Baca Juga: Pelanggaran Zionis terhadap Konvensi Jenewa

  1. Sebagai negera penjajah, Israel jelas kehilangan kemampuan melakukan peleburan dengan bangsa lain di kawasan Timur
  2. Israel mengalami ketimpangan demografi melawan pertumbu- han warga Arab.
  3. Dunia makin sadar tentang apa yang terjadi di Timur Tengah. Bahkan setelah serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas ke Israel makin banyak negara yang mendukung perjuangan Palestina dan makin banyak yang anti Israel. Di Israel sendiri mulai muncul organisasi swasta yang anti Israel dan melawan penghancuran rumah warga Palestina dan pengungsian mereka.
  4. Menurunnya jumlah militer Israel sebab jumlah kelompok usia militer semakin tinggi.
  5. Israel mengalami masalah sosial dan politik yang krusial karena perpecahan dua partai besar Kadima dan Likud terus berlanjut.
  6. Kaum terpelajar sekuler dan Barat eksodus balik dari Israel sehingga yang tersisa hanya kelompok ekstrim dalam politik dan agama yang saling mengafirkan dan menghabisi. Inilah yang digambarkan oleh Allah ﷻ:

 بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌۗ تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَّقُلُوْبُهُمْ شَتّٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَۚ ۝١٤

Artinya: “Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti.” (Q.S. Al-Hasyr [59]: 14)

Indikasi-indikasi di atas dipercayai oleh banyak pihak, bahkan oleh para pendukung Israel. Menurut laporan media, Henry Kissi- nger, mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang berbangsa Yahudi setuju bahwa dalam waktu dekat Israel akan tidak ada lagi. The New York Post tahun 2012 mengutip perkataan Kissinger, “Dalam 10 tahun tidak ada lagi Israel.”

Lenyapnya “Negara Israel” berarti terbebasnya Masjid Al-Aqsa dari penjajahan, dan yang akan membebaskan Masjid Al-Aqsa adalah umat Islam sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

Baca Juga: Masjidil Aqsa, Lambang Kehormatan Umat Islam yang Terluka

لَْ تَقُومُ ٱلسَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ ٱلْمُسْلِمُونَ ٱلْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ ٱلْمُسْلِمُونَ حَتَّى

يَخْتَبِئَ ٱلْيَهُودِ ي مِنْ وَرَٱءِ ٱلْحَجَرِ وَٱلشَّجَرِ فَيَقُولُ ٱلْحَجَرُ ٱَوْ ٱلشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اِلل هَذَٱ يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّْ ٱلْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ ٱلْيَهُودِ )روٱه ٱلبخاري

Artinya: “Tidak akan terjadi Kiamat sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi sampai Yahudi berlindung di balik batu dan pohon lalu batu dan pohon berbicara “Hai Muslim, hai hamba Allah, ini Yahudi di belakangku, kemari, bunuhlah dia,” kecuali gharqad sebab ia (gharqad) sungguh merupakan pohon Yahudi.” (H.R. Bukhari).

Namun lenyapnya “Negara Israel” tidak boleh hanya kita tunggu tetapi harus kita perjuangkan dengan cara menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup, berjihad dengan jiwa dan harta, serta berjama’ah menyatukan seluruh potensi umat Islam.

Berjama’ah Bebaskan Al-Aqsa dan Palestina

Firman Allah ﷻ:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ ۝١

Artinya: “Dan berpeganglah teguhlah kamu sekalian kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni’mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Q.S. Ali Imran [3]: 103)

Ayat ini mengingatkan kita tentang hakikat utama berjama’ah dalam segala perjuangan, apalagi dalam pembebasan Al-Aqsa.

Mengenai sebab turunnya ayat ini disebutkan dari Muhammad bin Ishaq bin Yassar, bahwa suatu ketika ada seorang laki-laki Yahudi melewati sekelompok umat Islam dari kaum ‘Aus dan Khazraj. Orang Yahudi tersebut tidak senang melihat umat Islam bersatu. Kemudian orang Yahudi mengutus seseorang dan menyuruh untuk menyelinap di kalangan umat Islam dari kaum ‘Aus dan Khazraj yang telah bersatu tadi. Maksudnya adalah agar mengungkit -ungkit kembali sekitar peperangan Bu’ats yang pernah terjadi antara kaum ‘Aus dan Khazraj pada masa lampau.

Maka, setelah orang Yahudi tadi menyelinap, lalu melakukan misi yang telah diperintahkan, terbakarlah emosi umat Islam tersebut dan saling mengeluarkan kalimat-kalimat amarah. Bahkan mereka saling berlompatan dan mengobarkan syair-syair masing-masing. Sampai-sampai mereka menghunus senjatanya masing-masing dan saling menuntut kemerdekaan.

Berita ini terdengar oleh Rasulullah ﷺ. Lalu beliau ﷺ mendatangi mereka untuk menenteramkan hati mereka, dan berkata, “Apakah kalian menyeru dengan perbuatan orang-orang Jahiliyah, sedangkan kami berada di tengah-tengah kalian?” Kemudian beliau ﷺ membaca ayat ini. Maka, menyesallah mereka atas perbuatan mereka. Lalu, mereka berdamai, saling meletakkan senjatanya masing-masing dan mereka saling berpelukan.

Pada ayat tersebut Allah ﷻ mengingatkan orang-orang beriman agar senantiasa berpegang teguh dengan tali Allah ﷻ yakni Al- Qur’an, dengan selalu berjama’ah dan melarang berpecah-belah. Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa orang Yahudi bermaksud membangkitan kedengkian di kalangan intern umat Islam. Padahal umat Islam harus saling bersaudara, saling mencintai, dan saling menolong.

Allah ﷻ pada ayat lainnya berfirman:

 شَرَعَ لَكُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا وَصّٰى بِهٖ نُوْحًا وَّالَّذِيْٓ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهٖٓ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسٰٓى اَنْ اَقِيْمُوا الدِّيْنَ وَلَا تَتَفَرَّقُوْا فِيْهِۗ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِيْنَ مَا تَدْعُوْهُمْ اِلَيْهِۗ اَللّٰهُ يَجْتَبِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ يُّنِيْبُۗ ۝١٣

Artinya: “Dia (Allah) telah mensyari’atkan bagi kamu tentang Ad-Dien, apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami (Allah) wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: “Tegakkanlah Ad-Dien dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya.” Berat bagi musyrikin menerima apa yang engkau serukan kepada mereka itu. Allah menarik kepada Ad-Dien itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (Ad-Dien)-Nya orang yang kembali kepada-Nya.” (Q.S. Asy-Syura [42]: 13)

مُنِيۡبِيۡنَ اِلَيۡهِ وَاتَّقُوۡهُ وَاَقِيۡمُوا الصَّلٰوةَ وَلَا تَكُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِكِيۡنَۙ‏ ٣١ مِنَ الَّذِيۡنَ فَرَّقُوۡا دِيۡنَهُمۡ وَكَانُوۡا شِيَعًا ​ؕ كُلُّ حِزۡبٍۢ بِمَا لَدَيۡهِمۡ فَرِحُوۡنَ‏ ٣٢

Artinya: “Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada- Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang mempersekutukan Allah. (31) Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golo- ngan. Tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (32) (Q.S. Ar-Ruum [30]: 31-32)

Ibnu Katsir menjelaskan, maksud kalimat “Janganlah kamu terma- suk orang-orang musyrik” adalah jangan menyerupai perbuatan mereka yang suka memecah-belah agama, mengganti, mengubah, mengimani sebagian ayat dan mengingkari sebagian ayat yang lain.

Ayat ini sekaligus memperingatkan umat Islam supaya tidak mengikuti jalan hidup yang terpecah-belah tanpa seorang Imaam (pemimpin) bagi kaum Muslimin.

Dalam hadits shahih Bukhari-Muslim dari Hudzaifah bin Yaman , Rasulullah ﷺ bersabda:

تَلْزَمُ جَمَاعَةَ ٱلْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ )روٱه ٱلبخاري ومسلم

Artinya: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka”.

Jama’atul Muslimin atau Al-Jama’ah menurut Rasulullah ﷺ adalah:

مَا ٱَنَا عَلَيْهِ وَٱَصْحَابِهِ )روٱه ٱلترمذي

Artinya: “Golongan yang tetap berada di jalan yang aku tempati beserta para sahabatku.” (H.R. Tirmidzi)

Umar bin Khattab  berkata:

إِنَّهُ لَْ إِسْلَمًَ إِلَّْ بِجَمَاعَةٍ وَلَْ جَمَاعَةَ إِلَّْ بِإِمَارَةٍ وَلَْ إِمَارَةَ إِلَّْ بِطَاعَةٍ )روٱه ٱلدٱرمي

Artinya: “Sesungguhnya tidak ada Islam kecuali dengan berjama’ah, dan tidak ada Jama’ah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ditaati.” (H.R. Ad-Darimi)

Kaum Yahudi Zionis Internasional telah mengetahui betapa kekuatan kehidupan umat Islam jika berjama’ah, bersatu, saling kuat-menguatkan, saling bersaudara, tidak berpecah-belah, tidak mudah diadu-domba, di bawah kepemimpinan seorang Imaam atau Khalifah, untuk menolong agama Allah ﷻ.

Termasuk dalam jihad untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa dan saudara-saudara umat Islam di bumi Baitul Maqdis Palestina dan kawasan muslim lainnya, secara berjama’ah. Dengan persatuan dan kesatuan umat Islam, hidup berjama’ah terpimpin, akan diraih kemenangan hakiki, dan Masjid Al-Aqsa pun akan kembali ke pangkuan kaum Muslimin. Aamiin.

Kekalahan-Kekalahan Bangsa Yahudi

Kekalahan Bangsa Yahudi di Madinah diawali dengan pengkhia- natan mereka kepada Rasulullah ﷺ. Orang-orang Yahudi yang tinggal di Madinah saat itu terdiri dari Bani Nadhir, Bani Qainuqa, Bani Quraizhah dan mereka yang tinggal di Khaibar kurang lebih berjarak 170 km dari Madinah.

Kekalahan Bani Qainuqa

Pengkhianatan pertama dilakukan orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa. Pengkhianatan mereka berawal dari beberapa di antara mereka yang mengejek dan mengganggu orang-orang muslim yang datang ke pasar mereka.

Ibnu Hisyam meriwayatkan dari Abu Aun, bahwa ada seorang wanita Arab yang datang ke pasar dengan menggunakan jilbabnya, wanita itu duduk dekat seorang pengrajin perhiasan. Tiba-tiba beberapa orang mendatangi dan bermaksud menyingkap kerudung yang menutupi wajahnya, tentu saja wanita muslimah itu membe- rontak. Dengan diam-diam pengrajin perhiasan tersebut mengikat ujung bajunya, sehingga tatkala bangkit auratnya terbuka, mereka pun tertawa dibuatnya, sehingga secara spontan wanita muslimah tersebut berteriak. Seorang laki-laki muslim yang ada di dekatnya melompat ke arah pengrajin dan membunuhnya. Orang-orang Yahudi lainnya mengikat laki-laki muslim itu dan membunuhnya. Kejadian ini disebarluaskan orang-orang muslim kepada sesamanya, dan mereka siap untuk menyerang orang-orang Yahudi Bani Qai- nuqa dan akhirnya terusir dari Madinah.

Pengkhianatan Bani Nadhir

Pengkhianatan kedua dilakukan oleh Bani Nadhir. Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah ﷺ mendatangi Bani Nadhir untuk meminta bantuan diyat bagi dua korban dari Bani Amir yang dihabisi oleh Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri karena jaminan perlindungan Rasulullah ﷺ. Saat itu terdapat persekutuan dan perjanjian antara Bani Nadhir dan Bani Amir. Ketika Rasulullah ﷺ sampai di tempat Bani Nadhir, mereka berkata: “Wahai Abu Al-Qasim kami akan berusaha memban- tumu.”

Lalu orang-orang Bani Nadhir berkumpul dan bersekongkol untuk membunuh Rasulullah ﷺ. Tiba-tiba Amr bin Jahsy naik ke atas rumah untuk menjatuhkan batu besar ke atas kepala Rasulullah ﷺ. Atas izin Allah ﷻ, Malaikat Jibril  memberitahu rencana mereka, seketika Rasulullah ﷺ bangkit dari duduknya dan pulang ke Madinah. Setelah itu, Rasulullah ﷺ memerintahkan Muslimin untuk memerangi orang-orang Nadhir. Beliau ﷺ akhirnya memutuskan untuk mengusir mereka.

Pengkhianatan Bani Quraizhah

Pengkhianatan terakhir orang-orang Yahudi sebelum Perang Khaibar dilakukan oleh Bani Quraizhah. Yahudi Quraizhah adalah satu-satunya kabilah besar Yahudi yang tinggal di sekitar Madinah, Huyay bin Akhtab adalah seorang pemuka Quraisy yang membujuk Bani Quraizhah agar melanggar dan mengkhianati perjanjian mereka dengan Rasulullah ﷺ yaitu dengan menyerang pasukan Islam dari belakang. Pada saat itu mereka sedang menghadapi pasukan Ahzab yang jumlahnya begitu besar.

Awalnya Ka’ab bin Asad menolak ajakan Huyay bin Akhtab. Namun akhirnya Ka’ab bin Asad luluh manakala Huyay bin Akhtab menjamin dengan bersumpah bahwa ia dan orang-orangnya akan bergabung dengan Bani Quraizhah jika berhasil mengalahkan pasukan Rasulullah ﷺ. Sejak itu, Bani Quraizhah pun melakukan serangan dari belakang pasukan Islam.

Kabar tentang pengkhianatan Bani Quraizhah didengar oleh Rasulullah ﷺ. Kemudian Rasulullah ﷺ menjalankan strategi jitu, yaitu dengan memecah belah kekuatan musuh, beliau ﷺ mengutus beberapa utusan kepada Bani Ghathafan, Bani Quraizhah, dan Quraisy dengan misi untuk menghentikan niat mereka memerangi Rasulullah ﷺ.

Kepada Bani Ghathafan menjanjikan sepertiga hasil panen kurma di Madinah, jika mereka menarik diri dari perang Ahzab. Sementara utusan Bani Quraizhah berhasil membuat ragu dan mengundurkan niatnya untuk menyerang dan tidak berperang bersama pasukan Ahzab. Sedangkan Quraisy utusan Rasulullah ﷺ memberitahu bahwa Bani Quraizhah menyesal telah bergabung dengan mereka. Pasukan Ahzab gagal menguasai Madinah setelah diserang oleh angin yang dahsyat pada malam harinya.

Kekalahan Yahudi Khaibar

Penyebab Perang Khaibar yaitu sebab dendam Yahudi yang telah terusir dari Madinah dan menetap di Khaibar berakibat permusuhan melawan umat Islam. Orang-orang Yahudi berhasil memprovokasi bangsa Arab untuk melawan Rasulullah ﷺ. Terpaksa Rasulullah ﷺ mengirim pasukan untuk memerangi orang-orang yang berkhianat.

Di penghujung Muharram tahun ke 7 H, Rasulullah ﷺ berangkat ke Khaibar bersama 1400 pasukan. Pasukan muslim terus bergerak dengan  keberanian  dan  keimanan  yang  tinggi,  mereka  sudah mengetahui betapa kuatnya benteng pertahanan Khaibar, serta kekejaman dan kebengisan tentaranya.

Dalam perjalanan ke Khaibar ini mereka mengambil jalan di antara Khaibar dan Ghathafan, dengan maksud untuk menciutkan nyali kabilah Ghathafan yang akan membantu orang-orang Yahudi. Mereka mengira orang-orang muslim menyerbu keluarga dan harta benda yang ada di Ghathafan, karena khawatir mereka kembali dan membatalkan niatnya membantu orang-orang Yahudi.

Pasukan muslim sampai di dekat wilayah Khaibar sebelum matahari terbit. Mereka melaksanakan shalat Shubuh sebelum masuk ke Khaibar. Lalu mereka masuk dan menyerang pada saat fajar tiba. Serangan mendadak ini mengejutkan penduduk Khaibar yang akan berangkat ke ladang, spontan mereka berteriak, “Muhammad dan pasukannya menyerang.”

Rasulullah ﷺ berseru, “Allahu Akbar! Hancurlah Khaibar! Sesung- guhnya bila kami telah menginjakkan kaki di bumi musuh, akan hancurlah mereka semua.”

Imam Ahmad, Imam An-Nasa’i, Ibnu Hibban, dan Hakim meriwa- yatkan dari Hadits Buraidah Ibn Khatib berkata, “Ketika perang Khaibar dimulai, Abu Bakar mengambil panji-panji (pasukan muslim). Tetapi, Abu Bakar kembali sebelum kemenangan diraihnya. Keesokan harinya, panji-panji dibawa Umar, dan ia pun kembali dengan tidak membawa kemenangan. Maka Rasulullah bersabda: “Besok, akan kuserahkan panji-panji ini kepada seseorang yang Allah jadikan kemenangan di bawah pimpinannya. Orang itu mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Malam itu seluruh pasukan dihantui pertanyaan, siapa- kah di antara mereka yang menerima panji-panji kemenangan?

Pagi harinya, seluruh pasukan menemui Rasulullah , berharap panji-panji itu darinya. Tidak lama Rasulullah muncul dan bersabda, “Di manakah Ali bin Abi Thalib?’’

Seorang menyahut, dia sakit mata wahai Rasulullah . Lalu Rasulullah mengutus seseorang untuk menjemput Ali, tak lama kemudian Ali pun muncul. Rasulullah meludahi matanya seraya berdoa, seketika itu mata Ali sembuh total. Selanjutnya Rasulullah memberikan panji-panji kepada Ali bin Abi Thalib.

Ali berkata: “Wahai Rasulullah, aku akan memerangi mereka sampai mereka menjadi seperti kita (memeluk Islam).” Ali pun bertem- pur bersama pasukan muslim sehingga berhasil menaklukan Khaibar. Mereka juga berhasil mendapatkan harta rampasan dari setiap benteng-benteng tersebut.”

Benteng Naim merupakan benteng pertahanan pertama orang- orang Yahudi, karena tempatnya lebih strategis. Benteng ini ditem- pati para tokoh dan pahlawan Yahudi yang jumlahnya sekitar 1000 orang.

Benteng Ash-Sha’b merupakan benteng kedua yang terkokoh setelah benteng Naim. Orang-orang muslim melancarkan serangan di bawah komando Al-Hubab bin Al-Mundzir. Mereka mengepung benteng selama tiga hari, dan di hari ketiga Rasulullah ﷺ mengucap- kan doa khusus untuk dapat menaklukan benteng ini.

Benteng Zubair merupakan sebuah benteng yang kokoh, terletak di sebuah puncak bukit yang tidak bisa dijangkau kuda atau pejalan kaki, karena jalanannya cukup terjal dan sulit. Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk mengepung benteng ini selama tiga hari.

Benteng Ubay, pada benteng ini pasukan Yahudi berani menan- tang duel satu lawan satu pasukan Islam. Dalam perang tanding, perwakilan  Yahudi  takluk  dan  orang  Islam  berhasil  memasuki benteng, dan terjadilah pertempuran sengit kembali dan benteng Ubay akhirnya dapat ditaklukan.

Benteng An-Nizar merupakan benteng pertahanan luar paling kokoh, orang-orang Yahudi yakin pasukan Islam tidak akan bisa menembus dengan cara apapun. Rasulullah ﷺ kemudian meng- instruksikan menggunakan manjanik (trebuset) dan berhasil jebol. Sisa pasukan Yahudi melarikan diri dan bergabung dengan benteng- benteng yang tersisa dan berhasil dikepung.

Setelah mengetahui tekad pasukan Islam dalam menaklukan seluruh Khaibar, akhirnya Yahudi menyerah dan siap melakukan perundingan. Perwakilan mereka Abul Huqaiq bernegosiasi dengan Rasulullah ﷺ agar sisa orang Yahudi di Khaibar tidak dijatuhi hukuman mati, para wanita dan anak-anak tidak ditawan, mereka siap meninggalkan Khaibar beserta harta dan kekayaan mereka. Rasulullah ﷺ menyetejui keputusan itu, bahwa jika ada yang melanggarnya akan dijatuhi hukuman mati.

Meski diputuskan meninggalkan Khaibar, tetapi orang-orang Yahudi memohon agar tetap menetap di Khaibar dengan mengolah kebun di Khaibar. Kemudian tanah Khaibar dibagi menjadi 30 kelompok, setiap kelompok dibagi 100 bagian, hingga jumlah total 3600 bagian. Orang-orang muslim mendapat separuhnya yaitu, 1800 bagian. Rasulullah ﷺ mendapat bagian sama. 1800 bagian tersebut dikhususkan untuk para wakil beliau dan untuk urusan umum kaum muslimin.

Kekalahan Yahudi Khaibar inilah yang menginspirasi Ahmad Yasin pendiri Hamas pada tahun 1980-an membuat semboyan Khaibar Khaibar ya Yahud, Jaisyu Muhammad saufa ya’ud (Khaibar Khaibar wahai Yahudi, Tentara Muhammad akan kembali).

وَاُلل ٱَعْلَمُ بِالصَّوَٱبِ

Mi’raj News Agency (MINA)

*Naskah tausyiah disampaikan Imaam Yakhsyallah Mansur pada Tabligh Akbar 1447H di Islamic Centre Bekasi, Kota Bekasi, Ahad 29 Juni 2025

Rekomendasi untuk Anda