Perkenalkan, namanya Ali Hamza. Dia hanyalah seorang anak yang terdampar di kelas akademik karena campuran keberuntungan dan kerja keras. Dengan ditantang ekonomi yang serba kekurangan, Ali memukau rakyat Pakistan karena mampu menempati ranking kedua dalam tes matrikulasi kelompok humaniora 2015.
Ali memang tidak menjadi yang teratas. Namun, dia tetap layak mendapatkan acungan jempol. Sebab, dia sanggup bersaing dengan nilai 1.003 dari total nilai 1.100. Kendati tergolong ke dalam kelas elite di bidang akademik, Ali tetap harus melanjutkan “profesi”nya sebagai penjual buah-buahan di Kota Daska.
Orang tua Ali sudah tidak berdaya menjadi tulang punggung keluarga. Entah sejak kapan. Namun, Ayah Ali tidak sanggup lagi bekerja karena lumpuh, sedangkan Ibunya mengalami permasalahan pendengaran. Karena itu, Ali menjadi kartu As dalam memperbaiki masa depan keluarganya.
Ali mengaku akan konsisten melakukan bisnis penjualan buah-buahan di atas keranjang sambil mencari ilmu di bangku sekolah. Dia sadar pendidikan dapat membuka cakrawala berpikir. Namun, berdagang juga tak kalah pentingnya. Dengan kehidupan seperti itu, dia tak pernah lupa memanjatkan syukur.
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
“Saya tidak pernah merasa malu berjualan buah-buahan. Itu merupakan profesi yang membantu menyambung hidup keluarga saya yang terlanjur miskin di dunia,” ujar Ali seperti dilaporkan Pakistan Today, dilansir Mi’raj Islamic News Agency.
Terlebih lagi, kata Ali, berjualan buah-buahan tidak pernah mengganggu proses belajar, kendati berkonsekwensi terhadap pembuangan waktu, energi, dan pikiran. Buktinya, dia tetap mampu bersaing dan berprestasi di antara kebanyakan murid Pakistan.
“Saya meraih medali dan hadiah dalam sebuah perayaan yang digelar Board of Intermediate and Secondary Education (BISE) Gujranwala beberapa waktu lalu. Setelah itu, saya kembali berjualan buah-bauahan di atas keranjang seperti biasanya,” katanya.
Ali mengaku beban yang dipikulnya lebih berat dari beban sebagian besar anak-anak diusianya. Namun, dia tidak pernah dibuat ragu dengan takdir Alloh SWT. “Alloh SWT justru memberikan saya kado kejutan ini (ranking kedua teratas),” tandas anak berusia 16 tahun itu dengan bangga.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Doa Orang tua Ali juga terus mengalir. “Doa mereka selalu menyertai saya hingga membuat saya merasa menjadi orang terkaya di dunia,” ujar Ali. Ali optimis suatu saat dapat mencapai impiannya menjadi seorang insinyur. Dia juga ingin berguna bagi bangsa, negara, dan agama.
Mendengar kabar baik itu, orang tua Ali bangga bukan main. Kesuksesan anaknya juga diakui sejumlah tetangganya yang membawa kado istimewa. Begitupun dengan pihak sekolah tempat Ali mengenyam bangku pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Pemerintah Daska.
“Kami juga akan menggelar perayaan bergengsi untuk menandai kejayaan Ali setelah masa liburan musim panas berakhir,” kata Ejaz Ahmed, Kepala Sekolah Senior SMA Pemerintah Daska. (T/P020/P2)
Mi’raj Islamic News Agency
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata