Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Seorang muslim, salah satu tugasnya di bumi ini adalah berjuang untuk selalu meninggikan kalimat Allah. Berjuang untuk menghapus segala keburukan dan kezaliman yang hendak merobohkan kalimat-kalimat Allah. Salah satu bentuk keburukan itu adalah pemikiran dan kalimat-kalimat jahiliyyah.
Tak sedikit di antara kaum muslimin yang menjadi lemah karena tergores pemikiran dan kalimat-kalimat jahiliyyah yang ditebar oleh orang-orang kafir atau munafik. Bahkan tak sedikit pula yang karena pengaruh pemikiran-pemikiran dan kalimat-kalimat menyesatkan akidah seorang muslim menjadi tumpul.
Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: ‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita’. Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan kalimat orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah, 9: 40).
Di antara makna ayat ini adalah penegasan bahwa ajaran kemusyrikan kaum jahiliyyah pasti dikalahkan; sedangkan ajaran tauhid pasti akan dimenangkan oleh Allah Ta’ala.
Antara syahadatain dan afkarul jahiliyyah
Sudah tentu ada perbedaan yang sangat jauh antara syahadatain dan afkarul jahiliyyah (pemikiran jahiliyah). Hal ini penting untuk diperhatikan. Karena, ada orang yang mengaku sebagai muslim, tapi pemikirannya adalah pemikiran jahiliyyah. Tentu saja orang semacam ini jauh lebih berbahaya dari musuh yang jelas dan nyata di hadapan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Pemikiran jahiliyyah berarti pemikiran yang jauh dari nilai-nilai ajaran Al-Quran dan As-Sunnah. Pemikiran yang penuh dengan racun membinasakan. Pemikiran semacam itu sekali lagi bisa melekat kuat di dalam diri seorang muslim sekalipun. Agar tidak terjebak dalam pemikiran dan cara berfikir jahiliyyah, mari lihat perbedaannya.
Pertama, ajaran syahadatain adalah kalimatullah (berasal dari wahyu Allah).
قُلْ إِنَّمَا يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: ‘Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa. maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)’”. (QS. Al-anbiya, 21: 108).
Sedangkan afkarul jahiliyyah berasal dari kalimatulladzina kafaru (ajaran orang-orang kafir) yang tidak berdasar,
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا مُفْتَرُونَ
“Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Huud. Ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah mengada-adakan saja.’” (QS. Huud, 11: 50)
أَمْ أَنْزَلْنَا عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا فَهُوَ يَتَكَلَّمُ بِمَا كَانُوا بِهِ يُشْرِكُونَ
“Atau pernahkah Kami menurunkan kepada mereka keterangan, lalu keterangan itu menunjukkan (kebenaran) apa yang mereka selalu mempersekutukan dengan Tuhan?” (QS. Ar-Ruum, 30: 35)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
“Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul’. Mereka menjawab: ‘Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya’. Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk ?” (QS. Al-Maidah, 5: 104)
Kedua, ajaran syahadatain adalah kalimatut tauhid (kalimat yang mengajak mengesakan Allah),
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’”. (QS. Al-Anbiya, 21: 25).
Sedangkan afkarul jahiliyyah mengajarkan kalimatusy syirk (kalimat yang mengajak kepada syirik),
مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Yusuf, 12: 40)
إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى
“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.” (QS. An-Najm, 53: 23).
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Ketiga, syahadatain merupakan kalimatut takwa (ajaran ketakwaan) sedangkan afkarul jahiliyah merupakan kalimatul jahiliyyah (ajaran kebodohan berdasarkan fanatisme),
إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu’min dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Fath, 48: 26)
Ayat ini turun berkenaan dengan Suhail bin Amr yang tidak menerima kata ‘bismillahirrahmanirrahim’ tertulis di naskah perjanjian Hudaibiyah karena terdorong kesombongan dan sifat fanatisme jahiliyah. Dia bersikukuh untuk menuliskan kata ‘bismika Allahumma’ yang sudah menjadi kebiasaan dalam masyarakat Arab.
Keempat, syahadatain adalah kalimatut thayyib (kalimat yang baik) yang ats-tsabitah (kokoh),
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَا
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit” (QS. Ibrahim, 14: 24).
Syahadatain diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghujam ke bumi dan dahannya rimbun menjulang ke langit. Pohon yang baik itu dalam peradaban Indonesia digambarkan “akarnya tempat bersila, batangnya tempat bersandar, daunnya tempat bernaung, dan buahnya lezat dimakan”. Artinya memberikan manfaat yang banyak.
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim, 14: 25)
Sedangkan afkarul jahiliyyah adalah kalimatul khabits (kalimat yang buruk) yang ghairu-tsabitah (tidak kokoh),
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ
“Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.” (QS. Ibrahim, 14: 26)
Al-Afkarul jahiliyyah (kemusyrikan) diumpamakan sebagai pohon yang buruk yang akarnya telah lapuk dan dicabut dari bumi, sehingga pohon tersebut tidak dapat tegak dengan kokoh, tidak dapat berdaun dan berbuah. Artinya tidak dapat memberikan buah dan manfaat lainnya bagi manusia bahkan hanya memberikan mudarat apabila pohon itu roboh dan menimpa mereka.
Dengan begitu nyatalah bahwa syahadatain itu qawiyyah (sesuatu yang kuat), sedangkan afkarul jahiliyyah itu dhaifah (sesuatu yang sangat lemah). Semoga Allah Ta’ala senantiasa menguatkan langkah kaki kita untuk selalu meninggikan kalimat-kalimat Allah, wallahu a’lam.(A/RS3/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan