Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BERSATU UNTUK AL-AQSHA

Ali Farkhan Tsani - Sabtu, 31 Oktober 2015 - 10:01 WIB

Sabtu, 31 Oktober 2015 - 10:01 WIB

502 Views

afta 1Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Pada Khutbah Jumat kemarin (17 Muharram 1437/30 Oktober 2015), Khatib Masjid Al-Aqsha Palestina, Syaikh Yusuf Abu Saninah mengingatkan kaum Muslimin di seluruh dunia, untuk bersatu dan menunjukkan solidaritas bersama membebaskan Masjid Al-Aqsha, tempat ibadah utama kaum Muslimin.

“Kondisi semakin genting, sementara para syuhada terus berjatuhan dalam upaya mempertahankan tempat ini dari pasukan Israel, mendesak bagi dunia Islam untuk bersatu dalam satu barisan,” ujar Syaikh Abu Saninah di hadapan sekitar 29 ribu jamaah yang memadati kawasan Al-Aqsha.

Syaikh Abu Sanineh juga menekankan pentingnya kaum Muslimin berbondong-bondong berziarah ke Masjid Al-Aqsha, sesuai anjuran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?

Di dalam hadits disebutkan, “Tidak dikerahkan melakukan suatu perjalanan kecuali menuju tiga Masjid, yaitu Masjid Al-Haram (di Mekkah), dan Masjidku (Masjid An-Nabawi di Madinah), dan Masjid Al-Aqsha (di Palestina)”. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Syaikh Yusuf Abu Saninah menambahkan, bahwa Netanyahu terus memberikan ancaman kepada Muslimin Palestina akan dikeluarkan dari identitas penduduk Jerusalem (Al-Quds), membangun blok-blok dengan tembok-tembok tinggi, memperBanyak pos-pos pemeriksaan, mengenakan pajak selangit dan menghancurkan rumah-rumah warga.

Itu semua merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya kaum Muslimin di Palestina saja, tetapi di seluruh dunia.

alaqshaKawasan Hening dan Terlupakan

Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti

Jika dibandingkan dengan suasana di Masjidil Haram atau di Masjid Nabawi, dua tempat lainnya yang sangat dianjurkan oleh Nabi bagi kaum Muslimin untuk berkunjung ke sana. Sangat berbanding terbalik.

Haramain Mekkah dan Madinah bermandikan gemerlap lampu, hotel-hotel mewah dan jutaan jamaah setiap saat. Sementara di kawasan Al-Aqsha, kiblat pertama kaum Muslimin, justru berteman dengan lampu-lampu yang redup, bangunan kuno penuh dengan bekas-bekas tembakan pasukan Israel, sementara jamaah tidak mencapai jutaan. Pada Jumat lalu paling banyak puluhan ribu atau saat Jumat akhir Ramadhan mencapai ratusan ribu. Bedakan dengan Haramain yang bisa mencapai ratusan ribu pada hari-hari biasa, dan jutaan pada hari-hari padat jamaah umrah atau musim haji.

Bahkan, akhir-akhir ini, akibat eskalasi serangan pasukan Israel yang semakin tak berperikemanusiaan, warga sekitar Al-Aqsha ramai, tapi oleh desingan peluru, suara-suara langkah kaki serdadu zionis, dan pekikan takbir “Allahu Akbar” jamaah Al-Aqsha.

Lalu, di manakah gerangan kaum Muslimin dari kalangan raja, pejabat negeri-negeri Muslim, para aghniya (orang-orang kaya), dan mereka yang dipandang mampu memeriahkan kawasan Al-Aqsha itu?

Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman

Sementara ada beberapa orang kaya dari kaum Muslimin yang sanggup membeli sebuah klub sepakbola Eropa dengan menggelontorkan ratusan triliun rupiah. Sebagian lainnya ‘tega’ berliburan ke kota-kota wisata di Amerika. Lalu, ada sebagian lainnya yang ‘rela’ mengadakan pesta meriah di hotel-hotel berbintang. Astaghfirullah…

Memang demikianlah yang pernah diprediksi oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sabdanya, ”Demi Allah bukanlah kemiskinan yang paling aku takutkan menimpa kalian, akan tetapi yang aku takutkan adalah dihamparkannya kepada kalian kekayaan dunia, sebagaimana telah dihamparkan kepada umat sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba mendapatkannya, hingga kalian binasa sebagaimana mereka binasa.”(HR Bukhari dan Muslim dari Amr bin ‘Auf Radhiyallahu ‘Anhu).

alaqsha haqquna

Para pembela Al-Aqsha (Foto: Rina/MINA)

Kelompok Pembela

Namun walaupun demikian adanya, para kelompok pembela Al-Aqsha, mereka yang memberikan solidaritas, dukungan, pernyataan, aksi-aksi demo, hingga para pejuang fi sabilillah, akan selalu ada di setiap zaman, waktu dan tempat.

Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina

Seperti disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sabdanya, “Akan selalu ada satu kelompok dari umatku yang berperang di atas kebenaran, mereka menang, hingga hari kiamat tiba.” (HR Bukhari dan Muslim).

Secara khusus pembelaan terhadap kawasan Al-Aqsha di Baitul Maqdis atau Al-Quds, yakni hadits, “Tidak henti-hentinya thaifah dari umatku yang menampakkan kebenaran terhadap musuh mereka. Mereka mengalahkannya, dan tidak ada yang membahayakan mereka orang-orang yang menentangnya, hingga datang kepada mereka keputusan Allah ‘Azza wa Jalla, dan tetaplah dalam keadaan demikian”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, di manakah mereka?”. Beliau bersabda, “Di Bait Al-Maqdis dan di sisi-sisi Bait Al-Maqdis”. (HR Ahmad dari Abi Umamah).

Semoga kita yang berada di luar wilayah Al-Aqsha tetap menjadi bagian dari perjuangan pembebasan bumi penuh berkah itu, sehingga kita pun mendapat berkah Allah, sesuai dengan firman Allah di dalam Surat Al-Isra ayat pertama. Bahwa Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha adalah dua masjid yang Allah berkahi sekelilingnya.

Dan, kitalah yang menjadi bagian dari sekelilingnya itu, yaitu dengan juang kita, solidaritas kita, bantuan kita dan segala aktivitas kita yang terfokus pada Al-Aqsha. Baik melalui donasi, dukungan diplomasi, statemen, tulisan, pemberitaan, aksi-aksi demo, kampanye boikot, dan yang jelas adalah doa-doa kita di setiap akhir shalat, “Allahhummanshur mujahidin fi al-aqsha.” (Ya Allah tolonglah para pejuang dalam pembebasan Al-Aqsha). Aamiin. (P4/P2)

Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Timur Tengah
Palestina
Indonesia