Kairo, 7 Muharram 1435/11 November 2013 (MINA) – Mesir akan memperluas kerjasama dengan Rusia di tengah ‘perselisihan’ diplomatik dengan sekutu mereka Amerika Serikat (AS) menyusul penghentian sementara bantuan AS ke negeri piramid itu, kata Menteri Luar Negeri Nabil Fahmy pada Sabtu (9/11).
Nabil Fahmy, dalam sebuah wawancara dengan AFP, berbicara menjelang kunjungan menteri-menteri dan pertahanan Rusia untuk membahas penjualan senjata dan hubungan politik kedua belah pihak.
Fahmy juga mengatakan, hubungan yang tegang dengan Washington, di mana ditundanya bantuan besar-besaran militer AS ke Kairo setelah militer menggulingkan Presiden Mesir terpilih Muhammad Mursi di tengah protes massa terhadap dirinya, telah meningkat sejak kunjungan Menteri Luar Negeri John Kerry Ahad lalu.
“Namun, Mesir mengambil taktik lebih “independen” dan memperluas pilihan,” katanya sebagaimana media Mesir Ahram yang dikutip MINA (Mi’raj News Agency) melaporkan.
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
“Kemerdekaan memiliki banyak pilihan. Jadi tujuan dari kebijakan asing ini adalah untuk menyediakan Mesir dengan pilihan-pilihan itu, lebih banyak pilihan. Jadi saya tidak akan menggantikan, hanya akan menambahkan,” jelas Menlu yang dipilih sejak militer mengkudeta Muhammad Mursi.
“Saya melihat ini sebagai awal dari sebuah fase baru,” yakinnya.
Mesir memiliki hubungan erat dengan Rusia beberapa tahun sebelum Presiden Anwar Sadat membuat perdamaian dengan Israel pada 1979, di mana perdamaian dengan Israel membuat Mesir mendapatkan bantuan militer AS sekitar 1,3 miliar dolar setiap tahun.(T/P03/P02)
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Mi’raj News Agency (MINA)