kebersihan-300x242.jpg" alt="kebersihan" width="271" height="219" />Oleh: Risma Tri Utami, Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) STAI Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat
Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya dari segala yang kotor dan keji dalam rangka mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman.
Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya, kotor tidak hanya merusak keindahan, tetapi juga dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, dan sakit merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan penderitaan.
Begitu pentingnya kebersihan menurut Islam, sehingga orang yang membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan akan dicintai oleh Allah, sebagaimana hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
اَﻻِسْلَامُ نَظِيْفٌ فَتَنَظَّفُوْا فَاِنَّهُ ﻻَيَدْحُلُ الْجَنَّةَ اﻻَّ نَظِيْفٌ ٠﴿ﺮﻭﺍﻩ ﺍلبيهقى﴾
Artinya :“Agama Islam itu (agama) yang bersih, maka hendaklah kamu menjaga kebersihan, karena sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bersih”. (H.R. Baihaqy).
Hadits tersebut menjelaskan bahwa agama Islam adalah agama yang suci. Untuk itu umat Islam harus menjaga kebersihan, baik kebersihan jasmani maupun rohani. Orang yang selalu bersih dan suci mengindikasikan bahwa ia telah melaksanakan sebagian dari perintah agama dan akan memperoleh fasilitas berupa surga di akhirat kelak.
Dalam hadits lain diriwayatkan, yang artinya: “Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: Sesungguhnya Allah Subahanahu wa Ta’ala itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu” (HR. At-Tirmidzi).
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Kebersihan, kesucian, dan keindahan merupakan sesuatu yang disukai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika kita melakukan sesuatu yang disukai oleh Allah, tentu mendapatkan nilai di hadapan-Nya, yakni berpahala. Sebagai hamba yang taat, tentu kita terdorong untuk melakukan hal-hal yang disukai oleh Allah.
Untuk mewujudkan kebersihan dan keindahan tersebut dapat dimulai dari diri kita sendiri, di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di lingkungan sekolah. Bentuknya juga sangat bermacam-macam, mulai dari membersihkan diri setiap hari, membersihkan kelas, menata ruang kelas sehingga tampak indah dan nyaman. Bila kita dapat mewujudkan kebersihan dan keindahan, maka kehidupan kita pasti terasa lebih nyaman.
Kalau kebersihan merupakan perintah dari Allah dan Rasul-Nya, sudah seharusnyalah kita bersungguh-sungguh melaksanakan atau menerapkan kebersihan itu dalam kehidupan kita sebagai wujud dari rasa cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sebagaimana firman Allah:
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Ali Imran [3]: 31).
Mencintai Allah dan Rasul-Nya itu tidak ada jalan kecuali dengan cara percaya kepada-Nya serta menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Itulah yang dinamakan beriman dan bertaqwa.
Kebersihan dapat diterapkan dalam masalah ibadah (hubungan dengan Allah), kita bisa ambil contoh dalam mendirikan shalat. Sebelum kita melaksanakan ibadah shalat maka kita harus membersihkan diri dulu dengan berwudhu.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Secara jasmani, sebagaimana dijelaskan dalam Ilmu Fiqih, berwudhu adalah membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada anggota tubuh kita yang terbuka. Sedangkan secara rohani, sebagaimana dijelaskan oleh Ulama Tasawuf, wudhu adalah membersihkan dosa-dosa yang telah dilakukan oleh anggota tubuh kita seperti menggunjing, memaki, berbohong, makan makanan haram. Dengan demikian wudhu juga merupakan sarana bertaubat sebelum menghadap Allah.
Kebersihan bukan hanya monopoli dalam ibadah shalat saja tapi ibadah-ibadah yang lainpun seperti puasa, zakat dan haji selalu ada tema kebersihan di dalamnya, apakah itu kebersihan jasmani maupun kebersihan rohani.
Selain dalam masalah ibadah, kita juga harus menerapkan kebersihan dalam hal muamalah (hubungan antar sesama makhluk) seperti dalam hidup berkeluarga dan dalam hidup bermasyarakat.
Kebersihan dalam Keluarga
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Membersihkan diri sebelum tidur (berwudhu dan menggosok gigi), sesuai perintah Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam merupakan bagian dari kebersihan di dalam keluarga. Seperti disampaikan di dalam hadits yang maknanya: “Bersihkanlah badan, maka Allah akan membersihkan kamu. Maka sesungguhnya tidak ada seorang ‘abdi (muslim) yang tidur dalam keadaan suci/bersih kecuali tidur bersamanya, pada rambut-rambutnya, malaikat yang tidak ada henti-hentinya mendoa. ‘Ya Allah ampunilah abdimu ini karena sesungguhnya ia tidur dalam keadaan suci/bersih.” (H.R. Thabrani dan Ibnu Hibban).
Membiasakan diri menjaga kebersihan badan, juga diajurkan Nabi, seperti dalam sabdanya sesuai yang artinya: “Sepuluh macam dari fitrah yaitu memotong kumis, memelihara jenggot, bersiwak, menghirup air ke hidung, memotong kuku, membasuh lekuk telinga atau sela-sela kuku jari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, cebok dan berkumur”. (H.R. Muslim).
Demikian halnya, membersihkan halaman rumah, sesuai perintah baginda Nabi, yang artinya: “Maka bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah kamu menyerupai orang Yahudi”. (H.R. Tirmidzi)
Kebersihan dalam Masyarakat
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Tidak buang air besar atau air kecil di sembarang tempat, merupakan cerminan menjaga kebersihan di dalam masyarakat, sebagaimana larangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang artinya, “Jauhilah (perbuatan) dua orang yang menyebabkan laknat, yaitu orang yang buang air besar dan air kecil di jalanan yang biasa dilewati orang banyak atau di tempat-tempat mereka berteduh”. (H.R. Muslim)
Membersihkan sampah dari jalan atau membuangnya pada tempat yang seharusnya, juga merupakan perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang artinya: “Buanglah duri/sampah dari jalan. Sesungguhnya hal demikian itu termasuk dari sedekahmu”. (H.R. Bukhari)
Kita sering mengalami bencana alam yang disebabkan oleh ulah kita sendiri seperti musibah banjir dan tanah longsor. Salah satu sebabnya adalah karena kita, orang-orang yang menghuni alam ini, tidak menjaga kebersihan lingkungan sekitar kita. Seperti membuang sampah sembarangan di selokan/saluran, di sungai bahkan di jalan, lalu menebang pohon-pohon tanpa mempedulikan keseimbangan alam.
Sebagai makhluk hidup yang diberi amanah Allah sebagai khalifah fil ardh, manusia seharusnya mampu menjaga keselarasan antara dirinya dan alam sekitarnya. Jika keselarasan ini tidak tercapai maka akan terjadi ketidakseimbangan alam yang bisa menyebabkan murka Allah dengan timbulnya berbagai macam musibah atau bencana.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Oleh karenanya, mari kita berkaca pada diri kita, apakah kita sudah menjaga kebersihan badan kita? Apakah kita sudah menjaga kebersihan rumah dan halaman kita? Apakah kita sudah membiasakan diri menjaga kebersihan alam/lingkungan di sekitar kita?
Kalau belum, mari kita ubah pola pikir kita terhadap masalah kebersihan (cintailah kebersihan sebagaimana Allah dan Rasul-Nya mencintai kebersihan dan orang-orang yang bersih), mari mulai belajar dan berlatih membiasakan diri menjaga kebersihan.
Ingatlah juga bahwa kebersihan adalah bagian dari amal (akhlak) baik yang akan dilihat oleh Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik sesuai firman-Nya:
وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ…
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Artinya: “Dan berbuat baiklah (ihsan), karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-Baqarah: 195).
Wallahu a‘lam. Dari berbagai sumber. (M10/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)