Washington, MINA – Pentagon mengatakan bahwa 34 tentaranya telah didiagnosis dengan cedera otak traumatis setelah serangan rudal Iran di sebuah pangkalan di Irak awal bulan ini.
Ini berarti penambahan jumlah lebih tinggi dari yang militer umumkan sebelumnya, The News, melaporkan Ahad (26/1).
Presiden Donald Trump dan pejabat tinggi lainnya pada awalnya mengatakan serangan Iran tidak membunuh atau melukai anggota layanan AS.
Pekan lalu militer AS menguah laporannya, mengatakan 11 tentara AS telah dirawat dan dipindahkan dari Irak karena gejala gegar otak.
Baca Juga: Hongaria Cemooh Putusan ICC, Undang Netanyahu Berkunjung
Juru bicara Pentagon Jonathan Hoffman mengatakan delapan tentara yang sebelumnya diangkut ke Jerman telah dipindahkan ke Amerika Serikat dan akan menerima perawatan di rumah sakit militer Walter Reed atau pangkalan mereka.
Sembilan anggota layanan tetap di Jerman dan sedang menjalani evaluasi dan perawatan.
Hoffman mengatakan militer telah melihat gejala seperti sakit kepala, pusing, kepekaan terhadap cahaya dan mual.
Senelumnya Trump tampaknya mengecilkan cedera, dengan mengatakan bahwa ia “mendengar bahwa mereka mengalami sakit kepala dan beberapa hal lainnya.”
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Ia menambakan, Menteri Pertahanan AS Mark Esper telah mengarahkan Pentagon untuk meninjau proses pelaporan cedera. “Tujuannya adalah untuk menjadi transparan, akurat dan untuk memberikan informasi terbaik kepada rakyat Amerika dan anggota layanan kami,” kata Hoffman.
Berbagai kelompok kesehatan dan medis selama bertahun-tahun telah berusaha meningkatkan kesadaran tentang keseriusan cedera otak, termasuk gegar otak.
Menurut data Pentagon, sekitar 408.000 tentaranya telah didiagnosis dengan cedera otak traumatis sejak tahun 2000. (/RS2/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina