Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Bertemu” Henrikh Mkhitaryan di Fountain Square

Rana Setiawan - Jumat, 31 Mei 2019 - 01:10 WIB

Jumat, 31 Mei 2019 - 01:10 WIB

13 Views

Oleh: Nia S. Amira; Peminat dan Pemerhati Masalah Hubungan Internasional

Menyusuri jalan-jalan di kota tua Baku yang indah, mata ini berlompatan dari ujung kiri ke ujung kanan jalan, mencari seorang lelaki berparas khas campuran ras Eropa dan Asia. Di mana Henrikh Mkhitaryan? Lelaki 30 tahun yang lahir di Yerevan itu sekarang menjadi gelandang andalan klub Arsenal dan juga tim nasional Armenia. Seharusnya Kamis (29/5) kemarin dia membela klub Arsenal dalam laga menghadapi Chelsea di Final Piala Eropa, di Olympic Stadium, Baku, dan klubnya diperkirakan menang menghadapi The Blues.

Saat memulai debutnya di Arsenal, Mkhirtaryan langsung membungkam gawang Everton 5-0. Mkhitaryan menolak merayakan kemenangan Arsenal terhadap Manchester United 2-1, untuk menghormati klub tempat ia bermain sebelumnya.

Nama belakang gelandang yang menghabiskan masa kecilnya di Valence, Perancis ini agak sulit dilafalkan, maka lahirlah julukan Mücke yang diberikan oleh Bild yang berarti nyamuk dan Micki oleh penggemar Borussia Dortmund.

Baca Juga: Arab Saudi Tuan Rumah Piala Dunia 2034

Hamlet Mkhitaryan, sang ayah yang meninggal dalam usia muda karena kanker otak pernah bermain di klub ASOA Valence yang sekarang sudah bubar saat Henrikh berusia tujuh tahun. Mkhitaryan kecil selalu ingin mengikuti jejak ayahnya yang pernah menjadi striker salah klub sepak bola di Armenia, sementara ibunya seorang kepala departemen tim nasional Federasi Sepak Bola Armenia dan kakak perempuannya bekerja di kantor pusat UEFA.

Karir sebagai pesepak bola sudah digenggamnya karena latihan yang keras serta disiplin. Maka  Vardan Minasyan, pelatih kepala tim nasional Armenia dan Pyunik, mengatakan bahwa Mkhitaryan bisa memenangkan pertandingan sendirian serta mengambil alih kendali pada saat genting dan mencetak skor sesukanya. Dengan segala bakat, intuisi yang tajam serta pengalamannya di lapangan hijau, rasanya sangat absurd pemain unggulan Arsenal ini harus “diabsenkan” dari Liga Eropa UEFA 2019 yang finalnya berlangsung di Baku, Azerbaijan Kamis (29/5/2019) dinihari WIB dan akhirnya dibungkam Chelsea 1-4.

Pertandingan yang seharusnya menjadi permainan cantik kedua klub papan atas di Eropa itu menjadikan sosok Mikhtaryan sebagai pusat kontroversi. Negara asalnya Armenia dan Azerbaijan tidak memiliki hubungan internasional disebabkan konflik kedua negara yang berkepanjangan. Pemerintah Baku sudah menjamin keamanan dan keselamatannya, namun pemain unggulan tim nasional Armenia tersebut akhirnya memutuskan tidak tampil.

Jarak Jakarta dan Baku terbentang sekitar 8.080 kilometer, tidak dekat memang, namun hati manusia tetap sama saat melihat kenyataan yang ada di hadapan mata. Pertempuran selalu membawa korban jiwa dan tugu peringatan para martir di Horadiz adalah tanda bahwa konflik itu memang ada, perang itu memang nyata karena ratusan nyawa terhempas peluru panas, diserang pasukan Armenia, negara tetangga Azerbaijan.

Baca Juga: Piala AFF 2024: Timnas Indonesia Menang Tipis 1-0 atas Myanmar

Novruz adalah nama salah seorang pahlawan muda yang diabadikan sebagai nama sekolah di desa Jojug Marjanli, kecamatan Jabrayil, wilayah Nagorno Karabakh. Novruz gugur diserang pasukan Armenia yang menerapkan kebijakan pembersihan etnis Azerbaijan di wilayah yang diduduki, mengusir warga Negara Azerbaijan dari tanah leluhurnya sendiri, membakar pemukiman penduduk, bangunan bersejarah serta monumen religius.

Kecamatan Jabrayil dapat direbut kembali oleh pasukan Azerbaijan. Kini kita dapat melakukan ibadah sholat lagi di sebuah masjid yang didirikan kembali dan dahulu dikenal sebagai Masjid Shusha.

Sekitar 20% wilayah Azerbaijan dicaplok oleh Armenia, ribuan warga Azerbaijan terbunuh dan terluka dan lebih dari satu juta penduduk Azerbaijan menjadi pengungsi karena tanah mereka dikuasai pasukan Armenia. Sekitar 750 ribu di antaranya ditanggung oleh bantuan kemanusiaan dari organisasi internasional terkait.

Orang-orang berlalu-lalang di Fountain Square, terlihat sangat sibuk di saat-saat menjelang iftar di bulan Ramadhan. Agak melelahkan mencari Mikhtaryan di sudut-sudut kota tua Baku yang cantik disinari matahari akhir musim semi. Mikhtaryan tidak terlihat batang hidungnya. Demikian juga mengintip di setiap jendela rumah makan tradisional yang ada di pojok kota, tidak juga nampak. Lalu di mana pemain gelandang yang banyak mencetak gol terbaik selama beberapa musim itu. Penikmat sepak bola kecewa tidak dapat menyaksikan permainan cantiknya dan kemampuannya dalam merobek pertahanan lawan di babak final Piala Eropa.

Baca Juga: Hendra Setiawan Umumkan Pensiun Usai Indonesia Masters 2025

Tidak terdengar alunan Sabreti Dance yang biasa diperdengarkan saat Mikhtaryan mencetak gol kemenangan. Waktu menunjukkan pukul 4 dini hari WIB. Rrupanya aku bermimpi bertemu Mikhtaryan di bawah gedung tua museum Nizami Ganjavi, di kota tua Baku. Dia merasa sedih karena semalam tidak terdengar alunan Sabre Dance yang biasa diperdengarkan bila ia mencetak gol kemenangan.

Kecewa adalah kata yang tepat untuk absennya Mikhtaryan dalam duel ArsenalChelsea yang berlangsung di Olympic Stadium Baku, Azerbaijan. Demikian juga yang diungkapkan oleh Tahir Taghizade, Duta Besar Azerbaijan untuk Inggris yang mengaku kecewa karena keputusan yang diambil oleh Mikhtaryan dan keluarganya serta klubnya Arsenal.

Seorang pemain sepak bola profesional selevel Mikhtaryan dapat saja mengesampingkan isu-isu tentang konflik kedua negara pecahan Uni Soviet itu dan dirinya tetap dapat mendukung klubnya yang bertanding di Azerbaijan, negara tetangga yang paling dekat tapal batasnya dengan Armenia, tentu jika tidak tekanan yang sangat kuat.

Leyla Abdullayeva, juru bicara Kementerian Luar Negeri Azerbaijan bahkan telah menjawab keraguan koresponden olahraga CNN atas ketidakhadiran gelandang Arsenal itu dalam final Liga Eropa kali ini. Leyla menegaskan bahwa otoritas Azerbaijan yang terkait serta Asosiasi Sepak Bola Azerbaijan telah menjamin UEFA tentang keselamatan semua pemain dan juga para fans Arsenal dan Chelsea, terutama fans Mikhtaryan yang menghadiri final Liga Eropa tesebut.

Baca Juga: Kejutan Timnas Kamboja di Piala AFF, Ada 7 Pemain Naturalisasi

Leyla menyambung bahwa olahraga dan politik adalah hal yang terpisah. Ditegaskan oleh Leyla bahwa ada usaha untuk menggiring olah raga ke isu politik dari pernyataan Kementerian Luar Negeri Armenia, dan hal ini dikarenakan ada masalah internal di bidang politk di Negara Armenia sendiri.

Merupakan hal yang konyol tentang tuduhan anti ras Armenia, Leyla menambahkan bahwa rakyat Azerbaijan menjunjung tinggi sikap toleransi serta keberagaman budaya dan hal ini sudah diketahui di seluruh dunia. Menurut dia, komentar dari Kementerian Luar Negeri Armenia sebagai usaha untuk menimbulkan dampak negatif dari negosiasi penyelesaian konflik antara Armenia-Azerbaijan Nagorno-Karabakh atau bahkan sebagai upaya untuk menggunakan setiap kesempatan untuk menangguhkan pembicaraan yang substansial atas resolusi dari konflik yang ada.

Sebelumnya dilansir dari SkySport, Asosiasi Sepak Bola Azerbaijan sendiri telah menjamin keselamatan sang pemain di Final Liga Eropa.

“Ini mencakup konsekuensi termasuk daftar hitam oleh pemerintah. Tetapi dia akan dapat memiliki jaminan keamanan dan keselamatan,” tulis pernyataan Asosiasi Sepakbola Azerbaijan, dikutip Sky Sport. Dalam laporan yang sama, Duta Besar Azerbaijan untuk Inggris, Tahir Taghizadeh, menyebut partai final Liga Eropa, antara Arsenal vs Chelsea, merupakan hal yang berbeda dengan situasi politik di negaranya.

Baca Juga: Piala AFF Wanita, Timnas Indonesia Melangkah ke Final

“Ini adalah acara Kelas A. Jika kami memainkan situasi politik di sekitarnya, itu adalah sesuatu yang berbeda, Anda dibayar sebagai pemain sepak bola bukan politisi, mari kita kesampingkan masalah lain,” tambah Tahir Taghizadeh.

Sementara itu, dikutip dari pernyataan Menteri Pemuda dan Olah Raga Azerbaijan sebelum final Liga Eropa tersebut, Azad Rahimov kepada CNN Sport bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan. Ia mengatakan kepada CNN Sport bahwa tidak ada lagi yang dapat dilakukan negaranya untuk menghilangkan ketakutan Mkhitaryan mengingat pemerintah Azerbaijan memberikan lebih banyak jaminan tertulis daripada pada kesempatan sebelumnya bagi seorang atlet yang merupakan atlet negara.

Ketika ditanya oleh Amanda Davies dari CNN Sport, Rahimov mempertanyakan kata Lebih? Rahimov saat itu sudah memberikan jawaban bahwa pemerintah Azerbaijan akan melakukan keamanan sebesar 100%. Rahimov bahkan mengatakan, jika pemerintahnya dapat mengirim jet pribadi untuk Mikhtaryan, mungkin ditemani dua F-16

Fighting Falcons…(dan) sebuah mesin angkatan laut? Pada akhirnya Arsenal harus menelan pil pahit setelah memutuskan tidak menghadirkan gelandang andalan mereka ke final Liga Eropa, suatu keputusan yang sangat tidak mendasar.

Baca Juga: Ruud van Nistelrooy Resmi Jadi Manager Baru Leicester City

Ada banyak hal yang timbul akibat konflik yang berkepanjangan antara kedua negara yang berada di wilayah Kaukasus ini, dari populasi kuda Karabakh dan warna rambutnya yang kian meredup, ladang pohon Tin yang semakin menyempit, hingga bayi Zahra Guliyeva berusia dua tahun dan neneknya, sahiba Allahverdiyeva yang terbunuh pada 4 Juli 2017 saat pasukan bersenjata Armenia menggunakan peluncur mortar dan granat. Tragedi kemanusiaan ini sampai membuat Duta Besar Uzbekistan untuk Azerbaijan, Sherzod Fayziev mengunjungi desa Alkhanly di distrik Fuzuli, Azerbaijan.

Empat Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (822, 853, 874, dan 884) menuntut penarikan segera, lengkap dan tanpa syarat pasukan pendudukan Armenia dari wilayah Azerbaijan. Sudah 25 tahun Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menuntut penarikan segera pasukan bersenjata Armenia yang lengkap dan tanpa syarat, namun tidak dilaksanakan, dan bahwa ribuan kilometer persegi, telah dijarah dan dihancurkan, di mana tidak satu pun warga Azerbaijan yang hidup saat ini.

Tanah Kaukasus yang subur adalah tanah impian dan seandainya saja para penduduk di ketiga negeri itu dapat saling hidup berdampingan dan damai; Georgia, Armenia dan Azerbaijan.

Film Ali dan Nino yang baru saja di putar di Europe on Screen bulan April lalu di Erasmus Huis mengisahkan kepedihan yang dialami kedua pasangan beda bangsa dan agama, hanya sikap toleransi yang tinggi dapat menjembatani perbedaan yang ada.

Baca Juga: Piala AFF Wanita 2024, Timnas Indonesia Lolos ke Semifinal

Seperti gunung Ararat yang sakral bagi orang Armenia, Karabakh adalah wilayah yang sakral dan merupakan tanah leluhur orang Azerbaijan. (AK/R01I-1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Komite Olimpiade Palestina Kecam Pembongkaran Akademi Olahraga di Yerusalem

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Internasional
Kolom
Palestina
Bendera Palestina dikibarkan di komplek Masjid Al-Aqsa (Sumber: Anadolu Agency)
Indonesia
Dunia Islam