Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biar Lelah Asal Lillah

Bahron Ansori - Jumat, 29 Januari 2016 - 19:11 WIB

Jumat, 29 Januari 2016 - 19:11 WIB

2002 Views

cibuluh argapura 1Oleh Bahron Ansori, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Dunia adalah tempat kehidupan dengan segala macam aneka ragamnya. Di dunia ini pula setiap orang bisa mengambil ‘peran’ apa pun sesuai yang diinginkannya. Hanya saja yang mesti diingat adalah setiap peran yang diambil itu kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Ta’ala. Karena hidup ini pilihan, maka setiap manusia diberi kebebasan untuk memilih menjadi apa dan siapa dalam menjalani kehidupan serba fana ini.

Dalam al Qur’an, Allah Ta’ala sudah memberi hak pilih kepada setiap manusia untuk memilih jalan mana yang ingin dilaluinya, termasuk apakah manusia ingin menjadi orang yang bertakwa atau fujur (rusak/sesat), mukmin atau kafir. Itulah pilihan  yang Allah hadirkan untuk manusia, walau pada hakikatnya setiap manusia jauh sebelum ia dilahirkan, sudah mengakui adanya ke-Esa-an Allah Ta’ala (Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang harus disembah).

Allah telah memberikan kita sebuah pilihan yang nantinya akan dijalani dalam kehidupan ini. Semua terserah kepada manusia itu sendiri. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaan-Nya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Qs. al-Syams [91]: 7-10).

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan

Sungguh indah pilihan yang Allah berikan dalam ayat di atas. Manusia diberikan kebebasan meski sebenarnya Allah Ta’ala berharap agar setiap manusia memilih satu jalan yakni; jalan Takwa. Mengapa? Inilah bukti kasih sayang Allah kepada manusia. Allah menginginkan agar manusia itu bisa mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, bukan sebaliknya menjadi orang-orang yang celaka.

Apa pun pilihan yang dipilih manusia, tetap pilihan itu mempunyai sebuah konsekuensi yang harus ditanggung oleh manusia itu sendiri. Ketika dia memilih jalan keburukan untuk menjadi orang-orang yang fasik, maka sebenarnya pilihannya itu akan dijalaninya dengan berbagai ujian hidup. Artinya, pilihan apa pun yang diambil manusia, maka tetap saja ujian dan derita pasti akan dirasakannya.

Orang yang dalam hidupnya lebih memilih mengambil ‘peran’ antagonis (menolak aturan-aturan Allah dalam kehidupannya),  bisa jadi ia merasa ‘bahagia’ saat itu, tapi sayang kebahagiaan yang ia rasakan adalah kebahagiaan semu. Kebahagiaan yang kelak akan ia bayar dengan segala kelelahan dan keletihan setimpal di akhirat. Kesengsaraan demi kesengsaraan akan dirasakannya kelak bila hidupnya berakhir dalam keadaan enggan mengamalkan syariat Allah.

Sebaliknya, memilih peran menjadi orang-orang baik (soleh), bukan berarti akan menjalani kehidupan di dunia ini dengan aman dan damai. Lihatlah, betapa banyak para pejuang di jalan Allah seperti para Rasul, Nabi, Sahabat, Ulama dan para ustad, yang hingga hari ini masih terus ‘berlelah-lelah’ dalam memperjuangkan agama Allah dan mengenalkannya kepada seluruh umat manusia. Lihatlah, apakah mereka semua hidup dalam keadaan yang damai, aman dan tentram?

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Ternyata tidak. Semua tugas suci yang mereka emban itu harus dibayar dengan segala kelelahan: jiwa, raga dan  bahkan spiritual. Artinya, dalam menyampaikan kebenaran, ujian –demi ujian- harus mereka hadapi, hingga tak jarang karena mengenalkan, dan mempertahankan keyakinan yang bersumber dari Allah Ta’ala nasibnya  berujung pada kematian. Di mata manusia yang penuh tipu daya dan jauh dari tuntunan syariat Allah, kelelahan-kelelahan yang dirasakan oleh para pejuang agama Allah itu sepertinya sia-sia saja. Tapi, benarkah setiap kelelahan itu tak terbayarkan? Allah Maha Adil dan Melihat setiap kelelahan yang dilakukan dengan keikhlasan.

Lelah Berpahala

Siapa pun Anda, selama Anda telah mengikrarkan diri menjadi seorang Muslim, maka setiap gerak langkah Anda akan bernilai pahala di sisi Allah Ta’ala, dengan syarat setiap kebaikan yang Anda lakukan itu (walau hanya seberat debu), yang terpenting adalah Lillah (karena Allah semata). Hanya perbuatan (amaliyah) yang Lillah saja yang akan berbuah pahala kelak di sisi Allah Ta’ala. Sebaliknya, perbuatan yang tidak dilakukan karena Allah, maka pasti akan sia-sia.

Tentang segala kelelahan hidup yang dirasakan oleh setiap Muslim, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda, “Tidaklah rasa lelah, rasa sakit (yang terus menerus), kekhawatiran, rasa sedih, gangguan, kesusahan yang menimpa seorang Muslim sampai duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapus dosa-dosanya dengan musibah tersebut.” (HR. Bukhari Muslim)

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Subhanallah …

Betapa indahnya kehidupan seorang Muslim. Betapa pun banyak kelelahan yang dirasakannya, semua itu akan bernilai pahala dan berbuah pengapusan segala dosanya selama ia menerima ujian itu dengan Lillah (karena Allah). Inilah konsekuensi hidup seorang Muslim. Apa pun yang terjadi dan dialaminya, selama ia bisa menerimanya dengan Lillah, maka semua itu akan menjadi wasilah (jalan) baginya untuk mendapatkan berjuta kebaikan dari Allah Ta’ala.

Ada satu rahasia agar untuk menjalani hidup ini agar kita bisa Lillah meskipun harus berlelah-lelah. Inilah sabda Nabi Shallallahu ‘Alaih Wasallam yang bisa dijadikan motivasi agar setiap Muslim senantiasa mendapatkan kebaikan dunia akhirat.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Ingatlah Allah disaat lapang, niscaya Allah akan mengingatmu di waktu sempit. Ketahuilah bahwa apa yg ditetapkan luput darimu tidaklah akan menimpamu dan apa yang ditetapkan akan menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan itu bersama kesabaran, kemudahan itu bersama kesulitan dan jalan keluar itu bersama kesusahan.” (Hadis Arba’in 19)

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Ujian bagi seorang Muslim yang beriman merupakan ‘hadiah’ dari Allah sebagai tanda cinta Allah kepadanya. Hanya dengan ujian semata, iman seorang Muslim akan tampak. Di saat ujian itu datang, totalitasnya dalam berdoa, bertawakal kepada Allah akan terasa. Di saat itu pula ia akan merasakan tak ada satu kekuatan pun selain kekuatan dari Allah Ta’ala. Hal ini seperti yang dikatakan ulama salaf berikut.

“Iman seorang mukmin akan tampak di saat ia menghadapi ujian, di saat totalitas dalam berdoa,
tapi belum melihat pengaruh apapun dari do´anya. Ketika ia tetap tidak mengubah keinginan dan harapannya meski sebab-sebab untuk putus asa semakin kuat. Itu semua dilakukan seseorang karena keyakinannya bahwa hanya Allah saja yang paling tahu apa yang lebih baik untuk dirinya.”
(Ibnu Jauzi).

Jadi, jalani hidup ini dengan Lillah, sebab hanya dengan Lillah, kelelahan akan berbuah pahala.(R02/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

 

 

 

 

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
MINA Preneur
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom