Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bisnis Adalah Jalan Perjuangan, Bukan Jalan Pintas

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - Selasa, 30 September 2025 - 23:48 WIB

Selasa, 30 September 2025 - 23:48 WIB

18 Views

BANYAK orang melihat bisnis hanya dari hasil akhirnya: rumah megah, mobil mewah, atau kebebasan finansial.(Foto: ig)

BANYAK orang melihat bisnis hanya dari hasil akhirnya: rumah megah, mobil mewah, atau kebebasan finansial. Namun, yang jarang terlihat adalah keringat, air mata, dan doa yang mengiringi setiap langkah seorang pebisnis. Bisnis bukan jalan pintas menuju kekayaan instan. Bisnis adalah perjalanan panjang penuh perjuangan, di mana ketekunan, kesabaran, dan keyakinan menjadi bahan bakar utama.

Seorang pebisnis sejati tahu bahwa kegagalan bukan akhir, melainkan batu loncatan. Jalan bisnis adalah jalan terjal. Ada saat di mana dagangan tidak laku, ada saat di mana modal habis, ada saat di mana keluarga bahkan meragukan pilihan kita. Namun, justru dalam keterpurukan itu seorang pebisnis ditempa. Ibarat besi yang dibakar api, semakin panas ujian, semakin kuatlah ia terbentuk.

Sayangnya, banyak orang terjebak pada ilusi “cepat kaya”. Mereka mencari jalan pintas: skema bodong, bisnis instan tanpa pondasi, atau meniru orang lain tanpa proses belajar. Akhirnya, mereka tumbang karena tidak siap menghadapi badai kenyataan. Padahal, bisnis sejati bukan soal cepat atau lambat, melainkan soal seberapa kuat kita bertahan dan terus melangkah.

Ingatlah kisah para pengusaha besar. Mereka tidak lahir dari jalan pintas. Thomas Edison gagal ribuan kali sebelum menemukan lampu pijar. Colonel Sanders, pendiri KFC, ditolak lebih dari 1.000 restoran sebelum resep ayamnya diterima. Bahkan dalam Islam, Rasulullah ﷺ adalah seorang pedagang ulung yang sejak muda telah melewati lika-liku perjalanan bisnis dengan penuh kejujuran, kesabaran, dan keuletan. Semua kisah itu membuktikan: kesuksesan lahir dari perjuangan, bukan sulap instan.

Baca Juga: 7 Cara Membangun Usaha yang Tahan Banting dan Berkembang Pesat

Bisnis mengajarkan kita arti sabar. Tidak semua usaha langsung membuahkan hasil. Terkadang butuh waktu bertahun-tahun untuk merasakan manisnya jerih payah. Namun, justru di situlah letak indahnya perjuangan. Proses panjang akan melahirkan rasa syukur yang mendalam saat hasil datang. Seperti petani yang menanam benih, menyiram, dan merawat dengan penuh kesabaran, lalu menuai panen yang berlipat ganda.

Selain itu, bisnis adalah madrasah kehidupan. Ia melatih mental agar berani mengambil risiko, mengajarkan kita menghargai waktu, melatih kedisiplinan, sekaligus menanamkan empati. Karena di balik setiap transaksi ada manusia lain yang kita layani. Bisnis yang hanya mengejar uang akan cepat rapuh, tetapi bisnis yang dibangun dengan hati akan kokoh dan berumur panjang.

Seseorang yang berbisnis dengan niat memberi manfaat akan selalu menemukan energi baru, bahkan saat menghadapi kegagalan. Sebab ia tahu, bisnisnya bukan sekadar untuk dirinya, melainkan juga untuk keluarga, karyawan, bahkan masyarakat luas. Semakin luas manfaat bisnis, semakin kokoh pondasi keberkahannya. Inilah yang membedakan perjuangan sejati dengan jalan pintas semu.

Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39). Ayat ini mengingatkan kita bahwa kesuksesan hanya datang melalui usaha nyata, bukan khayalan instan. Maka seorang pebisnis harus rela bekerja keras, berdoa, dan terus belajar agar usahanya berbuah.

Baca Juga: 3 Cara Mengubah Pikiran Negatif Menjadi Positif dengan Dzikir dan Doa

Kita juga perlu memahami bahwa bisnis adalah perjalanan spiritual. Setiap jatuh bangun bukan sekadar ujian finansial, tetapi juga ujian iman. Apakah kita tetap jujur saat terdesak? Apakah kita tetap sabar saat rugi? Apakah kita tetap tawakal saat menghadapi ketidakpastian? Inilah nilai luhur yang menjadikan bisnis lebih dari sekadar profesi, tetapi juga ibadah.

Bila kita menjadikan bisnis sebagai perjuangan, maka kita tidak akan mudah menyerah. Setiap kegagalan dianggap sebagai pelajaran, bukan akhir segalanya. Setiap keuntungan dipandang sebagai amanah, bukan sekadar harta. Setiap pelanggan diperlakukan dengan hormat, bukan sekadar sumber uang. Inilah mentalitas pebisnis sejati yang akan bertahan dalam jangka panjang.

Maka, jangan takut menghadapi jalan panjang dalam berbisnis. Jangan terbuai dengan rayuan instan yang hanya sementara. Jadikan bisnis sebagai jalan perjuangan yang akan menempa jiwa, mengasah kesabaran, dan mendewasakan cara pandang. Ingatlah, yang kita perjuangkan bukan hanya materi, tetapi juga keberkahan dan makna hidup.

Pada akhirnya, bisnis adalah cermin dari diri kita. Jika kita bermental lemah, bisnis akan runtuh. Tetapi jika kita bermental baja, bisnis akan tumbuh meski dihantam badai. Jangan jadikan bisnis sekadar alat mencari uang, tetapi jadikan ia jalan untuk memberi manfaat, membangun peradaban, dan mendekatkan diri kepada Allah.

Baca Juga: Bisnis dengan Allah: Perniagaan yang Tak Pernah Merugi

Karena itu, ukirlah setiap langkah bisnismu dengan keyakinan. Jangan takut gagal, sebab gagal hanyalah bagian dari proses. Jangan malas belajar, sebab ilmu adalah pondasi. Jangan tergoda jalan pintas, sebab sejatinya ia hanya jebakan. Percayalah, perjuanganmu hari ini akan menjadi kebanggaan di masa depan.

Bisnis adalah jalan perjuangan, bukan jalan pintas. Ia menuntut keringat, kesabaran, dan doa yang tulus. Namun di balik semua itu, ada manisnya kemenangan yang tidak bisa dibeli dengan apa pun: kepuasan karena telah berjuang, rasa syukur karena telah bertahan, dan keberkahan karena Allah ridha dengan setiap ikhtiar.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Santripreneur dalam Kegiatan Pondok, Latihan Kepemimpinan Sejak Dini

Rekomendasi untuk Anda

MINA Preneur
MINA Preneur
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (foto:Suara Muhammadiyah)
MINA Edu
MINA Preneur
MINA Preneur
MINA Preneur