Oleh: Rudi Hendrik, Editor Indonesia Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Anak-anak dan orang tua dengan tubuh seperti rangka tengkorak, minum sup yang terbuat dari daun dan rumput. Sekilo beras harganya mencapai $ 115 (Rp 1,6 juta). Dilaporkan ada puluhan orang telah meninggal akibat kelaparan. Ini bukan kamp kematian Perang Dunia II, tetapi ini di Suriah pada awal tahun 2016 ini.
Dunia seketika dikejutkan dengan munculnya laporan dan video-video yang menunjukkan kondisi warga Suriah di kota Madaya, provinsi Rif Dimashq yang diblokade oleh rezim Suriah dan sekutunya itu.
Gambar grafis dari kematian dan kelaparan dari Madaya belum bisa dikonfirmasi secara independen oleh kelompok-kelompok bantuan atau media. Namun, PBB pada Kamis (7/1) mengatakan telah menerima “laporan yang dapat dipercaya” adanya orang yang meninggal karena kelaparan.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Ada laporan yang bertentangan tentang berapa banyak orang yang telah meninggal. Kelompok bantuan Medecins Sans Frontieres (Dokter Lintas Batas) menempatkan angka 23 jiwa sejak 1 Desember 2015. Salah satu aktivis mengatakan, itu bisa mencapai 41 orang. Namun, pernyataan PBB pada Kamis menyatakan hanya satu kematian yang dikonfirmasi, yaitu seorang pria 53 tahun yang meninggal pada Selasa karena lima orang sekeluarga terus menderita gizi buruk.
Namun, di video lain yang ditunjukkan oleh CNN, kondisi di kota pegunungan itu masih memperlihatkan aksi unjuk rasa warga Suriah yang diblokade, dengan kondisi kesehatan yang baik. Masih ada mini market yang menjual barang-barang kebutuhan dengan harga yang menjulang tinggi.
Teriakan Minta Tolong Online dari Madaya
Laporan PBB menyebutkan ada sekitar 40.000 orang yang terperangkap dalam blokade sejak Juli 2015. Pasukan pemerintah Suriah dan Hizbullah Lebanon telah memotong semua jalur pasokan keperluan dasar untuk rakyat Madaya. Kota di barat laut dari ibukota Suriah, Damaskus itu juga dipasangi ranjau darat yang menggagalkan upaya bantuan untuk warga sipil.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
“Ini adalah area yang benar-benar terkepung dan dikelilingi oleh pegunungan yang tertutup salju, sehingga sedikit makanan yang didapat melalui terowongan dan sangat mahal,” kata sumber lokal kepada CNN, Kamis.
Banyak dari warga Madaya mengunggah di Twitter dan Facebook pesan permintaan tolong kepada dunia. Pesan-pesan online itu mengatakan bahwa mereka tidak memiliki akses kepada makanan, air dan listrik selama berhari-hari pada suatu waktu.
Dalam satu pesan video, seorang pria berbicara kepada kamera, tapi tak lama kemudian dia menjadi emosional sambil menangis.
“Apa yang kami lakukan? Apa yang kami lakukan? Anak-anak saya, mereka mati,” ratap pria Madaya itu.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Video ini, yang CNN tidak dapat secara independen memverifikasinya, adalah salah satu dari puluhan video yang diposting online oleh para aktivis dan warga di Madaya. Semua mengatakan “mereka mati kelaparan”.
Dalam salah satu video yang lain, seorang anak mengatakan ia tidak makan selama tujuh hari dan ingin makan daging.
Di video lain, seorang ibu mengatakan anaknya tidak memiliki susu selama satu bulan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Makan Sup Daun dan Rumput
Salah satu aktivis di Madaya, Sham Abdullah mengatakan, anak-anak makan sup dari daun dan air. Dia mengatakan 41 orang telah meninggal, begitu banyak kelaparan.
Dalam video lain, seorang wanita tua memperlihatkan panci berisi air hijau mendidih. Pria yang merekam gambar bertanya dalam bahasa Arab yang artinya, “Haji, apa yang Anda masak?”
“Rumput untuk orang tuaku,” jawabnya.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Aktivis dan warga lainnya telah mengunggah gambar mayat di Twitter akibat kelaparan.
Seorang warga Madaya bernama Amjad Almaleh memberitahu CNN bahwa makanan memang ada, tapi sedikit yang bisa membelinya.
Almaleh mengatakan, sekilo gula harganya sekitar $ 200 (sekitar Rp 2,8 juta), sementara tepung beras seharga $ 120.
Dalam tweet lain, ada warga yang mengklaim biaya susu $ 300 per liter.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
“Siapa yang memiliki uang sebanyak itu untuk memberi makan keluarga mereka?” tanya Almaleh.
Sama seperti perkataan beberapa warga Madaya lainnya, Almaleh mengatakan, para oang tua memberi makan anak-anaknya dengan daging kucing dan anjing liar, untuk bertahan hidup. Ketika mereka tidak dapat menemukan hewan, garam dan air pun harus cukup.
Blokade, strategi jahat
Madaya diblokade oleh pasukan rezim Suriah dan sekutu utamanya, kelompok Hizbullah Lebanon, sejak Juli 2015. Kondisi warga Madaya kian memburuk sejak Oktober.
Warga Madaya mengatakan, dengan ranjau darat dan blokade militer, pemerintah bertanggung jawab terhadap situasi yang mengerikan itu. Madaya adalah salah satu dari beberapa kota yang menderita nasib diblokade.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
PBB memperkirakan, sebanyak 400.000 orang hidup di bawah pengepungan ketika pasukan Presiden Bashar Al-Assad dan sekutunya berusaha merebut daerah yang sebelumnya dikuasai oleh kelompok oposisi Suriah.
Banyak pengamat yang menilai nasib warga Madaya adalah strategi rezim untuk menekan perlawanan oposisi di utara yang juga memblokade kota Kefraya dan Fua, provinsi Idlib. Jadi warga sipil terperangkap di tengah-tengah permainan kebrutalan.
PBB mengumumkan bahwa rezim Suriah telah mengizinkan bantuan kemanusian untuk masuk ke Madaya.
Program Pangan Dunia PBB (WFP) sedang mempersiapkan untuk memberikan bantuan kemanusiaan dalam beberapa hari mendatang.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Sebuah konvoi, kemitraan antara WFP, Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah Arab-Suriah, akan menyalurkan bantuan yang cukup untuk mempertahankan 40.000 orang selama satu bulan ke depan. (P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa