Jakarta, MINA – Dalam memperingati Hari Meteorologi Dunia (HMD) tanggal 23 Maret, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengajak masyarakat untuk lebih tanggap pada perubahan iklim dan ketahanan air.
Dwikorita mengatakan dalam rangka memperingati Hari Meteorologi Dunia (HMD) atau World Meteorological Day yang ke-70 yang bertemakan “Climate And Water“, di Jakarta, Senin (23/3).
Menurutunya, diangkatnya tema tersebut seiring dengan tertujunya mata dunia terhadap isu iklim dan air.
“Seperti yang kita ketahui bahwa perubahan iklim saat ini ditandai oleh semakin meningkatnya frekwensi kejadian bencana hidrometeorologis, juga meningkatnya penyakit terkait iklim. Bencana hidrometeorologis itu diantaranya kekeringan yang kita alami tahun lalu sehingga berdampak pada ketersediaan air bersih serta kebakaran hutan dan lahan,” ujarnya.
Baca Juga: Pasangan Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma-Kun tak jadi Gugat ke MK
Selain itu, menurutnya curah hujan ekstrim pemicu banjir di beberapa tempat pada musim hujan awal tahun ini juga merupakan bencana terkait cuaca dan iklim yang berdampak luas yang akan meningkat berdasarkan proyeksi perubahan iklim di masa mendatang.
Sehingga BMKG memandang perlunya upaya peningkatan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim tersebut untuk kesejahteraan masyarakat.
“Oleh karenanya dengan momentum peringatan HMD 2020 ini, kami ingin terus mengajak masyarakat berpartisipasi aktif dalam melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim dan ketahanan air,” imbuhnya.
Dwikorita mengungkapkan warga bisa ikut berperan dalam mitigasi dengan melakukan hal-hal yang tampaknya sepele namun dapat mengurangi emisi gas rumah kaca seperti membatasi penggunaan kendaraan bermotor, mulai beralih ke sarana transportasi umum, menghemat penggunaan listrik dan air, mengurangi penggunaan sampah plastik, dan menanam pohon di lingkungan sekitar.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Kamis Ini, Sebagian Berawan Tebal
Hal-hal yang tampak sederhana itu, menurut dia, akan membawa dampak besar dalam upaya mencegah dampak buruk perubahan iklim.
Bahkan, menurut Dwikorita, World Meteorological Organization (WMO) sebagai organisasi internasional yang khusus menangani cuaca dan iklim serta peduli dengan dampak perubahan iklim sehingga selalu mengkampanyekan ke seluruh negara untuk melakukan aksi nyata dalam mengurangi emisi karbondioksida untuk menahan laju kenaikan temperatur global.
Dwikorita menjelaskan, perubahan iklim merupakan perubahan jangka panjang dari distribusi pola cuaca secara statistik sepanjang periode waktu mulai dasawarsa hingga jutaan tahun.
Baca Juga: Workshop Kemandirian untuk Penyandang Disabilitas Dorong Ciptakan Peluang Usaha Mandiri
Bisa diartikan sebagai perubahan keadaan cuaca rata-rata atau perubahan distribusi peristiwa cuaca rata-rata.
Contohnya, jumlah peristiwa cuaca ekstrem yang semakin banyak atau semakin sedikit.
Perubahan iklim dapat terjadi secara lokal, terbatas hingga regional tertentu, atau dapat terjadi di seluruh wilayah permukaan bumi.
Dari data historis curah hujan di Jakarta selama 120 tahun yang dikumpulkan oleh BMKG teridentifikasi adanya trend intensitas dan frekwensi hujan ekstrem yang semakin tinggi, berkorelasi dengan kejadian banjir di Jabodetabek sejak 30 tahun terakhir (1990-an).
Baca Juga: Update Bencana Sukabumi: Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian
Intensitasnya melonjak hingga mencapai 377 mm per hari di tahun 2020 ini. Intinya, dalam rentang waktu yang sangat panjang iklim telah berubah.
Perubahan itu ditandai setidaknya oleh empat hal, pertama karena adanya perubahan/kenaikan temperatur secara global, kedua kenaikan tinggi muka air laut, ketiga semakin sering terjadinya kondisi cuaca ekstrim dan lainnya, dan keempat terjadi perubahan pola curah hujan. Itulah indikasi-indikasi dari perubahan iklim.
“Salah satu dampak dari perubahan iklim ini adalah cadangan ketersediaan air yang semakin berkurang dan atau bahkan bisa menyebabkan kelebihan jumlah debit air pada waktu yang lain,” imbuh Dwikorita.
ditetapkannya tanggal 23 Maret sebagai Hari Meteorologi Dunia (HMD) didasari bahwa pada tanggal yang sama di tahun 1950, sebuah badan spesialisasi di bidang Meteorologi di bawah naungan PBB bernama World Meteorological Organization terbentuk.
Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025
WMO adalah organisasi antar pemerintah yang saat ini beranggotakan 187 negara dan 6 teritori regional.
Indonesia masuk menjadi anggota WMO pada 16 November 1950 dan berada di Regional V Pasifik Barat Daya.
WMO berperan penting dalam menjaga keselamatan dan keamanan masyarakat, kesejahteraan ekonomi, dan perlindungan lingkungan hidup. (R/R1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta