Jakarta, MINA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa suhu udara di Jakarta dan sekitarnya memang terasa lebih dingin sejak awal Juni lantaran adanya gangguan atmosfer.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, itulah yang kemudian membuat wilayah Jakarta dan sekitarnya dilanda hujan meski dalam musim kemarau.
“Kalau kita lihat (suhu udara) terpantaunya normal, memang ada semacam gangguan atmosfer Indian Ocean dipole mode-nya masih negatif. Nah, ini yang menyebabkan pertumbuhan perawanan sehingga setiap sore masih terjadi hujan,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto dalam keterangan tertulis yang diterima MINA, Kamis (24/6).
Akibat gangguan atmosfer itu, Guswanto mengatakan, udara akan terasa dingin di Jakarta dan sekitarnya.
Baca Juga: Tausiyah Kebangsaan, Prof Miftah Faridh: Al-Qur’an Hadits Kunci Hadapi Segala Fitnah Akhir Zaman
Dia memperkirakan fenomena ini akan terjadi hingga akhir bulan Juni ini.
“Jadi agak terasa dingin, ini beberapa hari diperkirakan oleh BMKG itu sampai nanti akhir bulan Juni,” katanya.
Guswanto mengatakan hujan seharusnya jarang terjadi di bulan Juni. Namun hujan yang sering terjadi di Jakarta akhir-akhir ini karena dipicu oleh adanya aliran massa udara lembap dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia, khususnya bagian barat.
“Udah hampir satu bulan ini. Seharusnya bulan Juni hujan itu sudah jarang, tetapi dikarenakan ada gangguan dari adanya Indian Ocean dipole mode-nya itu negatif, maka itu akan membawa uap air dari Samudera Hindia masuk ke Indonesia. Kedua, adalah gelombang atmosfer rossby yang memicu hujan di wilayah Indonesia,” tambahnya.
Baca Juga: Pembukaan Silaknas ICMI, Prof Arif Satria: Kita Berfokus pada Ketahanan Pangan
Lebih lanjut Guswanto mengatakan awal musim kemarau di Jabodetabek diperkirakan akan terjadi awal Juli. Sementara puncak kemarau diprediksi terjadi pada Agustus-September 2021. (R/R11/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menteri Yusril Sebut ada Tiga Negara Minta Transfer Napi