Banda Aceh, MINA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan agar masyarakat mewaspadai potensi hujan batu es yang merupakan dampak dari cuaca ekstrem yang dalam dua pekan terakhir melanda sejumlah wilayah di Aceh.
“Cuaca saat ini berpotensi kuat terjadi hujan es, seperti beberapa bulan lalu di Aceh,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Aceh, Zakaria Ahmad di Aceh Besar, Sabtu (29/6).
Ia mengatakan, turunnya hujan es disertai angin kencang di provinsi yang terletak di ujung Utara Sumatera ini merupakan salah satu fenomena hidrometeorologi biasa, dan kemungkinan akan terjadi setelah memenuhi beberapa syarat.
Syarat utama, jelas dia, yakni hadirnya awan-awan konvektif atau awan hujan tumbuh di dalam awan Cumulonimbus (Cb) berada di lapisan atmosfer, lalu memiliki dasar awan yang sangat rendah, dan terakhir bila massa udara di bawah permukaan awan memiliki suhu yang sangat dingin.
Baca Juga: Tumbangnya Rezim Asaad, Afta: Rakyat Ingin Perubahan
Hujan es yang turun dari awan Cb menuju ke bumi tersebut lazimnya berbentuk kristal-kristal berukuran kecil atau mirip batu es kecil, akibat uap air yang terkumpul ketika berada di awan Cb pada lapisan atmosfer.
“Tentu jika tiga syarat itu, sudah terpenuhi. Maka besar kemungkinan hujan turun berbentuk seperti butiran es, setelah uap air tersebut berada di awan Comulonimbus. Saat hujan es sangat rawan terjadi,” katanya
Bencana hidrometeorologi ini, kata dia, merupakan peristiwa alam akibat terjadi perubahan faktor cuaca, seperti banjir, longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, angin kencang, puting beliung, dan lain sebagainya.
“Kita imbau masyarakat di Aceh agar tidak mengaitkan, jika terjadi hujan es dengan hal-hal yang bersifat mistis. Yang jelas potensi saat ini ada, terutama di sore hari,” kata Zakaria.
Baca Juga: Resmikan Terowongan Silaturahim, Prabowo: Simbol Kerukunan Antarumat Beragama
Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) melaporkan, peristiwa hujan batu es disertai angin kencang mengakibatkan enam rumah rumah telah menerjang satu gampong (desa), yakni Lhok Keutapang di Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Aceh pada bulan Maret lalu.
“Di antaranya dua rusak berat, dua rusak ringan, dan dua lagi rusak ringan,” kata Kepala Pelaksana BPBA, Teuku Ahmad Dadek.
Ia menambahkan, keenam unit rumah yang rusak tersebut merupakan milik masyarakat di Dusun Geunie, Gampong Lhok Keutapang.
Sebanyak enam keluarga dengan total 15 jiwa menempati rumah tersebut menjadi korban terdampak akibat kedua peristiwa fenomena alam yang cukup jarang terjadi di Aceh, katanya.(L/AP/R01)
Baca Juga: Konflik Suriah, Presidium AWG: Jangan Buru-Buru Berpihak
Mi’raj News Agency (MINA)