Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BMKG Jelaskan Penyebab Cuaca Panas Terik di Sejumlah Wilayah Indonesia

Widi Kusnadi Editor : Rendi Setiawan - 9 jam yang lalu

9 jam yang lalu

0 Views

ilustrasi seorang warga berjalan dalam suasana cuaca yang panas (foto: Fpik)

Jakarta, MINA – Cuaca panas ekstrem dengan suhu mencapai 36,6 derajat Celsius melanda sejumlah wilayah Indonesia dalam beberapa hari terakhir. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan publik, apakah kondisi tersebut masih tergolong normal atau merupakan tanda gelombang panas seperti yang terjadi di negara-negara subtropis.

Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Guswanto menjelaskan bahwa kondisi panas saat ini disebabkan oleh pergeseran posisi Matahari ke sisi selatan wilayah Indonesia. “Saat ini kenapa terlihat sangat panas? Karena di sisi selatan, Matahari sekarang itu sudah bergeser, di posisi selatan wilayah Indonesia,” ujarnya kepada wartawan Jakarta baru-baru ini.

Ia menambahkan, pergeseran posisi Matahari tersebut berdampak pada berkurangnya pembentukan awan hujan di wilayah selatan Indonesia. “Pertumbuhan awan hujan sudah jarang di wilayah selatan. Sehingga inilah yang terasa panas, tidak ada awan yang menutup sinar Matahari langsung,” jelasnya.

BMKG menegaskan bahwa kondisi panas saat ini bukan termasuk kategori heatwave atau gelombang panas. Fenomena tersebut biasanya terjadi di negara-negara beriklim subtropis dengan peningkatan suhu yang ekstrem dan berkepanjangan. “Suhu di Indonesia masih dalam batas wajar, walaupun terasa tidak nyaman,” tulis BMKG melalui akun Instagram resminya.

Baca Juga: Jakarta Kamis Ini Berawan, Hujan Ringan Berpotensi Turun di Beberapa Wilayah

Menurut BMKG, cuaca panas ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga akhir Oktober atau awal November 2025, tergantung pada awal musim hujan di masing-masing daerah. Masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kondisi tubuh dengan mengonsumsi air putih yang cukup dan menghindari paparan sinar Matahari langsung dalam waktu lama.

Ada tiga faktor utama yang membuat suhu udara di Indonesia terasa lebih terik dalam beberapa hari terakhir. Pertama, posisi semu Matahari yang berada di sekitar garis ekuator menyebabkan penyinaran Matahari lebih intens di wilayah tengah dan selatan Indonesia. Kedua, angin timuran yang bertiup dari Australia membawa massa udara kering, membuat pembentukan awan menjadi sulit. Ketiga, kondisi atmosfer yang relatif stabil membuat panas Matahari lebih mudah mencapai permukaan bumi.

Indonesia secara geografis terletak di garis khatulistiwa dan dikenal memiliki iklim tropis dengan dua musim utama: kemarau dan hujan. Fenomena pergeseran semu Matahari memang menjadi siklus tahunan yang biasa terjadi menjelang pergantian musim. Namun demikian, perubahan pola cuaca global dan pemanasan bumi turut berpotensi memperkuat efek panas yang dirasakan di berbagai wilayah Nusantara. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Kualitas Udara Jakarta Memburuk, AQI Capai 161

Rekomendasi untuk Anda

No data was found