Jakarta, MINA – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa pihaknya telah memiliki peta daerah yang berpotensi rawan tsunami.
Untuk mengkaji hal itu, BMKG bersama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB).
“Sedangkan prediksi gempa sedang dilakukan. Peta potensi sudah ada,” katanya.
Sementara Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Jaya Murjaya mengatakan, pihaknya bersama tim sudah mengeluarkan peta tsunami sejak tahun 2001.
Baca Juga: RISKA Ajak Sisterfillah Semangat Hadapi Ujian Hidup
Ia memaparkan daerah yang berpotensi rawan tsunami yaitu sepanjang pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, selatan Nusa Tenggara, dan utara Nusa Tenggara. Selain itu juga di utara Papua, pantai timur Manado dan Maluku, pantai utara Sulawesi serta pulau-pulau kecil di Kepulauan Ambon.
“Sampai saat ini sesuai,” kata Jaya.
Ia juga menjelaskan, tsunami adalah efek skunder dari gempa, jadi gempanya dulu terjadi baru dihitung para meternya, yaitu dimana lokasinya, berapa kekuatannya, berapa kedalamannya, berapa formasinya. kalau semuanya memenuhi persyaratan, misalnya lokasinya di laut, magnitude lebih besar dari 7, kedalamannya dangkal, keformasi dasar lautnya adalah vertikal apakah naik atau turun, baru bisa mengatakan potensinya tsunami.
“Kalau gempanya sudah terjadi, kami baru bisa menghitung berapa efek tsunaminya, berapa ketinggiannya, berapa rayapannya di pantai, kapan datangnya tsunami itu baru bisa diketahui,” tambahnya.
Baca Juga: Menhan Sjafrie Sjamsoeddin Wacanakan Dewan Pertahanan Nasional
Terkait isu potensi akan terjadi tsunami dengan ketinggian 57 meter, menurutnya ini berdasarkan hasil model, gempanya belum terjadi, berapa magnitude yang digunakan dalam model itu.
“Kami terus melakukan evaluasi untuk memprediksi terjadinya tsunami,” tambahnya. (L/R10/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Guru Supriyani Divonis Bebas atas Kasus Aniaya Siswa