Jakarta, 16 Jumadil Akhir 1438/15 Maret 2016 (MINA) – Beredar kabar yang menyebutkan bahwa suhu udara di Indonesia dapat mencapai 40°C pada saat Fenomena Equinox, menanggapi hal tersebut, Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hari Tirto Djatmiko memberi penjelasan.
Ia menyebutkan bahwa keberadaan fenomena tersebut tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis, dibanding rata-rata suhu maksimal di wilayah Indonesia bisa mencapai 32-36°C.
“Equinox bukan merupakan fenomena seperti HeatWave yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah yang dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan bertahan lama,” kata Hari Tirto dalam keterangannya di laman resmi BMKG yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Jakarta, Rabu (15/3).
Baca Juga: Tumbangnya Rezim Asaad, Afta: Rakyat Ingin Perubahan
Menurutnya, Fenomen Equinox adalah salah satu fenomena astronomi di mana Matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada tanggal 21 Maret dan 23 September.
“Saat fenomena ini berlangsung bagian bumi hampir relatif sama, termasuk wilayah yang berada di subtropis bagian Utara maupun Selatan,” kata Hari Tirto.
Pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari equinox sebagaimana disebutkan dalam isu yang berkembang.
Secara umum kondisi cuaca di wilayah Indonesia cenderung masih lembab atau basah. Beberapa wilayah Indonesia saat ini sedang memasuki masa atau periode transisi atau pancaroba.
Baca Juga: Resmikan Terowongan Silaturahim, Prabowo: Simbol Kerukunan Antarumat Beragama
“Ada baiknya masyarakat tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan tetap menjaga kesehatan keluarga serta lingkungan,” himbaunya. (L/R02/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Konflik Suriah, Presidium AWG: Jangan Buru-Buru Berpihak