Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia

Rendi Setiawan - Sabtu, 11 Mei 2024 - 04:01 WIB

Sabtu, 11 Mei 2024 - 04:01 WIB

40 Views

Jakarta, MINA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini bukanlah akibat gelombang panas atau heatwave.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyampaikan, berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan, fenomena cuaca panas tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.

“Saat ini gelombang panas sedang melanda berbagai negara Asia, seperti Thailand dengan suhu maksimum mencapai 52°C. Kamboja, dengan suhu udara mencapai level tertinggi dalam 170 tahun terakhir, yaitu 43°C pada pekan ini,” kata Dwikorita di Jakarta, Senin (6/5).

“Namun, khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya,” tambahnya.

Baca Juga: Kemlu Pastikan Perlindungan WNI Peserta Global Sumud Flotilla ke Gaza

Dwikorita menerangkan, kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara, sehingga dimungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik.

“Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia,” tegasnya.

Alih-alih mengalami gelombang panas seperti yang terjadi di negara-negara Asia lainnya, Dwikorita menyebut, di Indonesia mengalami suhu panas di mana merupakan akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan.

Sama halnya dengan kondisi “gerah” yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini, hal tersebut juga merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau, sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.

Baca Juga: Dewan Pers Sambut Positif Uji Materi Pasal Perlindungan Wartawan ke MK

“Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari,” paparnya.

Sedangkan pada malam hari, kondisi gerah serupa juga dapat terasa jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara serta kelembaban udara yang relatif tinggi. Selanjutnya, udara berangsur-angsur dirasakan mendingin kembali jika hujan sudah mulai turun.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Presiden Prabowo: Sebagian Tuntutan 17+8 Masuk Akal, Ada yang Perlu Dirundingkan

Rekomendasi untuk Anda