Jakarta, MINA – Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Urip Haryoko menjelaskan penyebab buruknya kualitas udara di Jakarta, yakni tingginya konsentrasi PM2.5 yang terlihat secara kasat mata sehingga menjadi pekat.
Dalam akun BNPB, Urip menjelaskan, Senin (20/6), kualitas udara di Jakarta dipengaruhi oleh berbagai sumber emisi, seperti transportasi dan residensial, maupun dari sumber regional dari kawasan industri di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Selain itu, pola angin lapisan permukaan juga mempengaruhi pergerakan massa udara dari arah timur dan timur laut yang menuju Jakarta, dan memberikan dampak terhadap akumulasi konsentrasi PM2.5 di Jakarta.
Berikut rincian data kualitas udara di sebaran kota Jakarta berdasarkan informasi pada JakISPU di aplikasi JAKI, per Senin (20/6/2022) pukul 11.00 WIB; Jakarta Barat: 107 (Tidak Sehat), Jakarta Selatan: 109 (Tidak Sehat), Jakarta Pusat: 105 (Tidak Sehat), Jakarta Utara: 0 (Baik), Jakarta Timur: 131 (Tidak Sehat).
Baca Juga: Embassy Gathering Jadi Ajang Silaturahim Komunitas Diplomatik Indonesia
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria alias Ariza hal tersebut akan menjadi perhatian Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Menurutnya, kualitas udara di Jakarta mungkin berhubungan dengan aktivitas yang cukup padat pasca pelonggaran terkait Covid-19.
“Kendaraan kembali normal, ada peningktan polusi, makanya jadi perhatian kita. Berbagai program terus kita genjot kita laksanakan dalam rangka mengurangi polusi,” kata Ariza di Balai Kota DKI Jakarta, (R/P2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Prabowo Klaim Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar dari Inggris