Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BNPB Catat Ada 1.586 Kejadian Bencana di Awal 2019

Rendi Setiawan - Selasa, 30 April 2019 - 21:43 WIB

Selasa, 30 April 2019 - 21:43 WIB

1 Views

Jakarta, MINA – Kejadian bencana terus meningkat di Indonesia. Dampak yang ditimbulkan bencana juga cukup besar. Bencana bukan saja menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan. Namun juga menimbulkan kerugian ekonomi yang memerosotkan capaian pembangunan.

Menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diterima MINA, Selasa (30/4), pada empat bulan pertama 2019, terhitung sejak 1 Januari hingga 30 April, di Indonesia terjadi bencana sebanyak 1.586 kejadian bencana.

Bencana sebanyak itu mengakibatkan 325 orang meninggal dunia, 113 orang hilang, 1.439 orang luka-luka dan 996.143 orang mengungsi dan menderita,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.

Sementara, kata dia, kerusakan fisik meliputi 3.588 rumah rusak berat, 3.289 rumah rusak sedang, 15.376 rumah rusak ringan, 325 bangunan pendidikan rusak, 235 fasilitas peribadatan rusak dan 78 fasilitas kesehatan rusak.

Baca Juga: Pasangan Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma-Kun tak jadi Gugat ke MK

Lebih dari 98 persen bencana yang terjadi adalah bencana hidrometeorologi sedangkan 2 persen bencana geologi. Selama 2019 ini ada tiga kejadian bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang cukup besar yaitu:

Pertama, banjir dan longsor di Sulawesi Selatan pada 22 Januari lalu yang menyebabkan 82 orang meninggal dunia, 3 orang hilang, dan 47 orang luka. Kerugian dan kerusakan ditaksir Rp 926 miliar.

Kedua, banjir dan longsor di Sentani Provinsi Papua pada 16 Maret lalu yang menyebabkan 112 orang meninggal dunia, 82 orang hilang, dan 965 orang luka. Kerugian dan kerusakan mencapai Rp 668 miliar.

Ketiga, banjir dan longsor di Bengkulu pada 27 April kemarin menyebabkan 29 orang meninggal dunia, 13 orang hilang dan 4 orang luka. Kerugian dan kerusakan sekitar Rp 200 miliar (data sementara).

Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Kamis Ini, Sebagian Berawan Tebal

Secara statistik, dibandingkan tahun 2018 dalam periode yang sama kejadian bencana pada 2019 mengalami kenaikan 7,2 persen. Pada 2018 terjadi 1.480 bencana sedangkan 2019 terjadi 1.586 kejadian bencana.

Untuk korban jiwa, juga terjadi kenaikan 192 persen dimana pada tahun 2018 terdapat 150 orang meninggal dunia dan hilang sedangkan pada 2019 korban meninggal dan hilang tercatat 438 orang. Korban luka-luka juga mengalami kenaikan 212 persen.

Korban luka pada tahun 2018 sebanyak 461 orang sedangkan tahun 2019 sebanyak 1.439 orang.

Berdasarkan sebaran kejadian bencana per provinsi maka bencana paling banyak terjadi di Jawa Tengah (472 kejadian), Jawa Barat (367), Jawa Timur (245), Sulawesi Selatan (70) dan Aceh (51).

Baca Juga: Workshop Kemandirian untuk Penyandang Disabilitas Dorong Ciptakan Peluang Usaha Mandiri

Sedangkan sebaran bencana per kabupaten/kota, bencana paling banyak terjadi di Kabupaten Sukabumi (50 kejadian), Semarang (43), Bogor (42), Majalengka (38) dan Temanggung (37).

Statistik bencana ini bukan hanya memuat angka-angka, namun memiliki makna bahwa ancaman bencana terus meningkat.

Meningkatnya bencana pada tahun 2019 disebabkan adanya pemicu banjir dan longsor yaitu curah hujan yang deras. Kombinasi antara alam dan antropogenik menjadi penyebab utama meningkatnya bencana.

Tingkat kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana besar masih rendah. Mitigasi baik struktural dan non struktural masih belum dijadikan prioritas dalam pembangunan di daerah. Upaya penanganan bencana masih banyak menitikberatkan pada darurat bencana.

Baca Juga: Update Bencana Sukabumi:  Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian

Upaya pencegahan dan kesiapsiagaan masih perlu ditingkatkan. Kejadian bencana yang terus meningkat hendaknya menjadi pembelajaran agar tidak terulang di masa mendatang. Jikapun terjadi lagi, dampak bencana dapat diminimalkan.

Oleh karena itu pengurangan risiko bencana dan mitigasi bencana harus terintegrasi dalam pembangunan. Pengurangan risiko dan mitigasi bencana menjadi investasi dalam pembangunan.

Saat tanggap darurat masih dilakukan di Bengkulu, Sigi, Pesisir Barat dan lainnya. Pencarian, penyelamatan dan evakuasi bencana di Bengkulu masih terus dilakukan.

Dampak bencana di Bengkulu saat ini 29 orang meninggal dunia, 13 orang hilang, 4 orang luka, 12.000 orang mengungsi, 13.000 orang terdampak, 211 ternak mati, 184 rumah rusak, 40 titik infrastruktur rusak dan lainya.

Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025

Sebagian wilayah banjir sudah surut dan meninggalkan sampah dan material yang banyak. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi pengungsi terus ditingkatkan terutama kebutuhan dasar seperti pemenuhan makanan siap saji, air bersih, tenda pengungsian dan lainnya.

Begitu juga dengan penanganan banjir lumpur di Sigi Sulawesi Tengah. Banjir lumpur melanda tiga kecamatan yaitu Kecamatan Dolo Selatan, Gumbasa dan Kulawi pada 28 April.

Banjir menyebabkan 1 orang meninggal, 2.793 orang mengungsi, 5 rumah hilang, 36 rumah rusak berat dan 528 rumah terendam banjir dan lumpur. Tebal lumpur bervariasi 10 cm hingga 3.5 meter. Perlu penanganan khusus terutama membersihkan lumpur yang tebal. (T/R06/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
BNPB: Sepuluh Jembatan Terputus Akibat Banjir dan Longsor Sukabumi (foto: BNPB)
Indonesia
Indonesia