BNPB: Kabupaten Ogan Hilir Sebagai Percontohan Pencegahan Karhutla

Jakarta, MINA – Direktur Mitigasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana () Medi Herlianto meninjau pembuatan sodetan di Kabupaten Ogan Hilir, Sumatera Selatan, yang dijadikan salah satu cara untuk mencegah Kebakaran Hutan dan Lahan (), Selasa, (14/1).

Menurut Medi, Kabupaten Ogan Hilir dijadikan pilot project pencegahan karhutla dengan adanya pembuatan sodetan ini.

“Diharapkan pembuatan sodetan ini menjadi investasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, bencana karhutla harus ditangani sedini mungkin sejak pra bencana dengan tujuan menyelamatkan generasi masa depan dari bencana,” kata Medi dalam keterangannya, Kamis (16/1).

Ia mengatakan, program pencegahan karhutla ini berupa pembasahan lahan gambut dengan cara membuat sodetan di Sungai Meriak dan Sungai Keramasan Desa Pulau Kabal Kabupaten Ogan Ilir yang direncanakan sepanjang 12,4 km.

Hingga 31 Desember 2019, pekerjaan ini sudah tercapai 8,85 km dengan sumber dana berasal dari Dana Siap Pakai BNPB Tahun Anggaran 2019 dan akan dilanjutkan di awal tahun 2020, sehingga diharapkan saat memasuki musim kemarau, sodetan sungai ini dapat berperan dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

Dahulunya, sumber air dari Sungai Keramasan adalah rawa dan genangan yang berada di sekitar sungai, namun saat ini daerah rawa dan genangannya telah mengalami degradasi karena alih fungsi lahannya menjadi perkebunan. Perubahan tutupan lahan mengakibatkan penurunan kuantitas air pada sungai Keramasan.

Dengan dibuatnya saluran air yang menghubungkan sungai Meriak dengan sungai Keramasan diharapkan dapat menormalisasi kuantitas dan kualitas air di sungai Keramasan disamping berdampak sangat besar dalam mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan di area sekitarnya.

Perlu diketahui, luas lahan gambut yang terbakar seluas 480.178 ha di seluruh Indonesia menurut data KLHK per Desember 2019. Karhutla di lahan gambut akan sangat sulit dipadamkan.

Karakter gambut yang bersifat kering dan memiliki kedalaman beragam bahkan hingga 30 meter tentu akan sulit dipadamkan oleh personel darat, pengemboman air bahkan dengan hujan buatan. Oleh karena itu perlunya mengembalikan kodrat lahan gambut yaitu basah, berair dan berawa.

Ketua Tim Ahli Kajian Sosio Ekonomi dari Universitas Sriwijaya, Sutopo mengungkapkan, bahwa saluran dari sodetan sungai ini dapat dikembangkan dari sisi pariwisata, yang nantinya akan membantu meningkatkan sosial ekonomi masyarakat di sepanjang saluran sodetan sunga.

“Kedepannya, jalur sodetan sungai ini jika sudah terhubung ke dua sungai akan mendukung fungsional Kebun Raya Sumsel yang bertempat di Kabupaten Ogan Ilir sehingga dapat meningkatkan mata pencaharian masyarakat sekitar,” katanya. (R/R2/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.