Jakarta, MINA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merangkum laporan kejadian bencana sepanjang akhir pekan terakhir bulan Juli 2025. Menurut BNPB, sejumlah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih terjadi di beberapa daerah.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, BNPB mengimbau Pemerintah Daerah, khususnya di enam provinsi prioritas Karhutla untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi risiko bencana karhutla.
“Memasuki puncak musim kemarau pada akhir Juli hingga awal Agustus 2025 ini, kita harus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi risiko bencana karhutla,” kata Abdul Muhari di Jakarta, Ahad (27/7).
Salah satu kejadian karhutla terjadi di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, di mana seluas 200 hektare lahan gambut di Desa Siran terbakar, Kamis (21/7). Meskipun lokasi kebakaran dekat dengan area permukiman warga, namun tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.
Baca Juga: Karhutla di Singkawang Meluas, Kabut Asap Ganggu Aktivitas Warga
Selain itu, karhutla juga terjadi di Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, di mana lahan seluas 6,2 hektar di Desa Pembaharuan terbakar, Jumat (25/7). BPBD Kabupaten Belitung Timur bergegas menuju lokasi dan melakukan pemadaman api jalur darat. Api berhasil dipadamkan, Sabtu (26/7).
BNPB juga memantau situasi gempa M5,7 di Kabupaten Poso, di mana hingga Sabtu (26/7) masih terjadi gempa susulan sedikitnya 148 kali. Kaji cepat tim BPBD Kabupaten Poso mencatat sebanyak empat orang mengalami luka ringan dan 609 kepala keluarga (KK) terdampak.
Abdul Muhari menambahkan bahwa BNPB melaksanakan operasi modifikasi cuaca (OMC) di tiga provinsi yaitu Riau, Sumatera Barat, dan Kalimantan Barat untuk percepatan penanganan karhutla.
“OMC ini dilakukan guna percepatan penanganan karhutla yang melanda wilayah tiga provinsi tersebut,” kata Abdul Muhari.
Baca Juga: INDEF: Pengoplosan Beras Ancam Stabilitas Kebijakan Pangan Nasional
Sementara itu, Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur masih ditetapkan dalam status Awas atau Level IV sejak 17 Juni 2025. Masyarakat dan wisatawan diimbau untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 6 km dan sektoral barat daya – timur laut 7 km dari pusat erupsi.
“Masyarakat harus tetap tenang dan mengikuti arahan dari pemerintah daerah,” kata Abdul Muhari. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Cuaca Jakarta Senin Ini Cerah Berawan Sepanjang Hari