Semarang, MINA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) diperkirakan puncak musim kemarau bulan Juli dan Agustus, dengan prakiraan curah hujan kurang dari 50 milimeter (mm).
“Hal ini dapat dapat memicu berbagai fenomena kekeringan meteorologis, karhutla, kurangnya air bersih, hingga gagal panen,” ucap Kepala BNPB Suharyanto saat memimpin Rapat Koordinasi Siaga Darurat Kekeringan dan Karhutla di Kantor Gubernur Jawa Tengah, pada Selasa (23/7), demikian keterangan yang diterima MINA, Kamis (25/7).
Dengan begitu, upaya preventif dirasa perlu untuk mengurangi potensi risiko yang lebih luas. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo, langkah pencegahan harus menjadi prioritas pemerintah pusat maupun daerah.
Ia mengatakan, guna untuk mengantisipasi dampak puncak musim kemarau, BNPB mempersiapkan langkah pencegahan kekeringan dan karhutla yang kerap terjadi di wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Baca Juga: Pasangan Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma-Kun tak jadi Gugat ke MK
Dalam rapat yang dihadiri jajaran unsur forkopimda Provinsi Jawa Tengah ini, Suharyanto meminta semua pihak untuk mewaspadai dampak bencana yang kerap terjadi, khususnya wilayah-wilayah yang biasa dilanda kekeringan.
Lebih lanjut, Suharyanto menyampaikan pembelajaran strategi penanganan karhutla dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tahun lalu diantaranya melakukan pendampingan mulai dari penetapan status siaga dan tanggap darurat, hingga operasi udara menggunakan water bombing.
Suharyanto juga mengimbau agar dilakukan rapat koordinasi, patroli dan apel kesiapsiagaan rutin dilakukan bersama jajaran forkopimda sehingga diharapkan kejadian tahun 2023 di Jawa Tengah seperti kebakaran Gunung Lawu, Gunung Sumbing, dan beberapa tempat pembuangan sampah tidak terjadi lagi. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Kamis Ini, Sebagian Berawan Tebal