Jakarta, MINA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) akan memasang sistem peringatan dini untuk banjir dan longsor.
Menurut keterangan BNPB yang diterima MINA, Selasa (8/9), upaya itu dilakukan sebagai langkah mengantisipasi tingginya persentase bencana banjir dan longsor di Indonesia.
Keterangan itu menambahkan, pemasangan sistem peringatan dini banjir (flood early warning system atau FEWS) dan sistem peringatan dini longsor (landslide early warning system atau LEWS) dilakukan di dua provinsi, yakni Provinsi Jawa Tengah dan Bangka-Belitung.
Penentuan lokasi di Semarang maupun Kabupaten Belitung akan ditentukan berdasarkan usulan dari masing-masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). BNPB akan memasang FEWS di Kabupaten Belitung, sedangkan LEWS di Kota Semarang.
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama
“Tujuan utama dari pemasangan sistem peringatan dini ini untuk membangun kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana,” ujar Afrial Rosya, Direktur Peringatan Dini BNPB melalui ruang digital, Senin (7/9).
Afrial menambahkan, sistem ini dipasang di lokasi-lokasi yang rentan bencana. Di samping itu, sistem ini akan meningkatkan kapasitas masyarakat untuk menghindari korban jiwa serta kerusakan harta dan benda saat terjadi bencana.
“BNPB juga akan mengevaluasi pemasangan sistem ini sebelumnya di seluruh wilayah Indonesia, untuk menjamin keberfungsian sistem peringatan yang telah dipasang sejak tahun 2007,” lanjutnya.
Berdasarkan analisis InaRISK, Kabupaten Belitung memiliki tingkat risiko bahaya banjir sedang hingga tinggi. Ada lima kecamatan dengan luas yang berada di wilayah berbahaya hingga 29.442 hektar. Sedangkan populasi terpapar, di lima kecamatan teridentifikasi sebanyak 42.608 jiwa.
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
Sementara itu, wilayah Kota Semarang memiliki enam kecamatan dengan tingkat risiko sedang hingga tinggi. Populasi terpapar di kota ini berjumlah 11.129 orang. Pemasangan sistem peringatan dini didahului dengan penandatanganan kerja sama BNPB dan UGM yang dilakukan melalui ruang virtual.
Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan menjelaskan, melalui peran pelibatan lima heliks atau pihak tersebut sekaligus menjadikan masing-masing heliks sebagai katalisator atau pembawa perubahan dan percepatan dalam mencapai visi penanggulangan bencana.
Dekan Fakultas Teknik UGM Waziz Wildan menyambut baik keberlanjutan kerja sama antara BNPB dan UGM. Hal tersebut untuk terus mendorong inovasi-inovasi baru dari UGM di bidang kebencanaan.
Selain sistem peringatan dini longsor dan banjir, UGM juga telah mengembangkan sistem peringatan dini banjir bandang, aliran lahar dan tsunami.
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka
Sementara itu, evaluasi kegiatan pemasangan sebelumnya sangat penting dan UGM berkomitmen untuk terus mengawal operasional sistem ini dan terus mengembangkan inovasi-inovasi baru untuk menjawab tantangan ke depan.
Sistem peringatan dini banjir dan tanah longsor yang diterapkan terdiri atas tujuh sub-sistem utama sebagai berikut, sesuai SNI 8235:2017, SNI 8840:2019, ISO 22327:2018, ISO 22328-1:2020 yaitu: 1. Penilaian risiko, 2. Sosialiasi, 3. Pembentukan tim siaga bencana, 4. Pembuatan panduan operasional evakuasi.
Selanjutnya, 5. Penyusunan prosedur tetap, 6. Pemantauan, peringatan dini dan geladi evakuasi, 7. Membangun komitmen otoritas lokal dan masyarakat dalam pengoperasian dan pemeliharaan keseluruhan sistem.
Dengan demikian penerapan sistem ini merupakan pendukung terbentuknya Desa Tangguh Bencana (Destana) yang merupakan cikal bakal terwujudnya ketangguhan bangsa.
Dekan FT UGM menyampaikan, ucapan terima kasih dan penghargaan atas dukungan dan kepercayaan BNPB terhadap aplikasi produk-produk riset antar disiplin di bidang kebencanaan yang telah dibangun Fakultas Teknik UGM.
Saat ini BNPB bekerja sama dengan UGM dan BSN telah berhasil menyusun SNI 8235:2017, SNI 8840:2019, ISO 22327:2018 dan ISO 22328-1:2020 tentang sistem peringatan multi bencana.
BNPB-BMKG-UGM-BSN sedang menyusun SNI dan ISO tentang sistem peringatan dini tsunami, yang berikutnya diikuti dengan sistem peringatan dini banjir dan letusan gunung api.
Turut hadir dalam acara penandatanganan kerja sama tersebut meliputi: Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama Fakutlas Teknik (FT) UGM Sugeng Sapto Surjono, Kepala Unit Pengembangan Usaha, Kerjasama dan Alumni FT UGM Jarot Setyowiyoto dan juga inovator sekaligus konseptor SNI dan ISO Sistem Peringatan Dini Teuku Faisal Fathani dan Wahyu Wilopo. (R/SH/R2)
Baca Juga: Imaam Yakhsyallah Mansur: Ilmu Senjata Terkuat Bebaskan Al-Aqsa
Mi’raj News Agency (MINA)