Jakarta, 6 Rajab 1437/14 April 2016 (MINA) – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengunjungi Majelis Ulama Indonesia (MUI) dimaksudkan untuk bertukar pikiran soal terorisme.
“Kalau terorisme tidak bisa dipandang dari pakaian saja, termasuk dari atribut-atribut yang kerap digunakan,” kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Hamidin.
Ia kembali menegaskan, kalau tindakan teroris tidak bisa begitu saja disamakan dengan Islam sebab Islam memang bukan terorisme. “Terorisme tidak sama dengan Islam, Islam bukan teroris,” kata Hamidin di Jakarta, Kamis (14/4).
Terkait diskusi Hamidin mengaku acara serupa merupakan kegiatan yang sering dilakukan BNPT, untuk mendengar pandangan dari tokoh-tokoh masyarakat. Diskusi itu rutin dilakukan dan berkesinambungan serta memiliki program-program yang senantiasa berbeda setiap kali dilakukan.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
Menurut Natsir, kalau proses terorisme bermula dari radikalisasi yang mudah sekali terjadi dalam semua level tidak terkecuali di keluarga sendiri.
Menurutnya, ada fase pra radikalisasi, dengan tokoh-tokoh yang berperan menanamkan paham radikal, salah satunya tokoh terpandang seperti ustadz.
Hamidin menerangkan kalau tokoh itu biasanya menjadi obyek yang diidolakan, termasuk saat mengkafirkan dan menolak beribadah dengan sesama Muslim dari kelompok lain, fase ini yang harus diwaspadai sejak awal, karena terdapat proses baiat kepada orang-orang untuk melakukan tindakan teror. (L/P002/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain