BOIKOT terhadap perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dengan Zionis Israel telah menjadi isu global yang memengaruhi banyak perusahaan besar di dunia.
Kampanye boikot ini, yang dipicu oleh kebijakan Israel terhadap Palestina, telah menyebabkan penurunan pendapatan yang signifikan dan bahkan kehancuran beberapa perusahaan besar.
Berikut adalah beberapa perusahaan yang mengalami kerugian besar akibat boikot ini beserta estimasi kerugiannya yang diperoleh dari beberapa sumber.
1. Caterpillar. Caterpillar, produsen alat berat asal Amerika Serikat, mengalami kerugian finansial setelah produk-produk mereka digunakan oleh militer Israel dalam operasi-operasi yang mendapat kecaman internasional. Produk-produk Caterpillar digunakan untuk meratakan rumah-rumah warga Palestina, yang menyebabkan perusahaan ini menjadi sasaran boikot. Estimasi kerugian yang dialami oleh Caterpillar mencapai sekitar $300 juta setiap tahun, akibat penurunan permintaan di pasar internasional yang sensitif terhadap isu Palestina.
Baca Juga: Membentuk Generasi Ahlul Qur’an, Tantangan dan Harapan
2. Hewlett-Packard (HP). Hewlett-Packard, perusahaan teknologi besar, juga terlibat dalam kontrak-kontrak dengan pemerintah Israel, termasuk penyediaan teknologi untuk sistem pengawasan yang digunakan di wilayah pendudukan Palestina. Boikot terhadap HP dimulai sejak tahun 2014, dan perusahaan ini diperkirakan mengalami kerugian sekitar $200 juta per tahun akibat penurunan penjualan di negara-negara yang mendukung Palestina.
3. Motorola Solutions. Motorola Solutions, yang terlibat dalam penyediaan teknologi komunikasi untuk militer Israel, termasuk dalam daftar perusahaan yang paling terdampak oleh boikot. Perusahaan ini menghadapi penurunan tajam dalam permintaan di pasar internasional, terutama setelah diketahui keterlibatannya dalam proyek-proyek militer di Palestina. Kerugian yang ditimbulkan diperkirakan mencapai $150 juta per tahun, dengan beberapa negara besar menghentikan kontrak dengan Motorola.
4. Veolia. Veolia, perusahaan asal Prancis yang bergerak di sektor transportasi dan pengelolaan sumber daya alam, terlibat dalam proyek infrastruktur di wilayah pendudukan Palestina. Boikot terhadap Veolia dimulai sejak 2008, dengan protes keras dari kelompok-kelompok pro-Palestina di seluruh dunia. Kerugian yang dialami Veolia diperkirakan mencapai $500 juta setelah kehilangan kontrak-kontrak besar di Eropa dan Amerika Utara.
5. Sodastream. Sodastream, produsen alat pembuat soda, mengalami penurunan penjualan yang tajam setelah diketahui memiliki pabrik di wilayah pendudukan di Palestina. Meskipun perusahaan ini mencoba untuk memindahkan operasional mereka ke tempat lain, dampak boikot tetap terasa. Kerugian yang ditanggung oleh Sodastream diperkirakan mencapai $100 juta setelah kehilangan pasar besar, terutama di Eropa.
Baca Juga: Habis Jahiliyah Terbitlah Nur, Pentingnya Menghapus Kebodohan dalam Cahaya Syariat Islam
6. Delta Airlines. Delta Airlines, maskapai penerbangan Amerika Serikat, menjadi salah satu perusahaan yang mengalami tekanan dari boikot global akibat keterlibatannya dalam penerbangan ke Tel Aviv. Boikot ini berdampak pada penurunan jumlah penumpang dan pendapatan penerbangan internasional. Estimasi kerugian yang dialami Delta Airlines mencapai sekitar $50 juta per tahun.
7. TotalEnergies. TotalEnergies, perusahaan energi multinasional asal Prancis, menghadapi protes keras akibat investasi mereka di proyek gas alam yang berlokasi di wilayah yang dikendalikan Israel. Proyek ini mendapat kecaman dari berbagai kelompok hak asasi manusia dan negara-negara yang mendukung Palestina. TotalEnergies diperkirakan mengalami kerugian sekitar $400 juta akibat boikot dan penghentian kontrak di beberapa negara besar.
8. Barclays. Barclays, bank besar asal Inggris, juga mengalami kerugian finansial akibat keterlibatannya dalam pembiayaan perusahaan-perusahaan yang mendukung militer Israel. Boikot terhadap Barclays dimulai pada 2009 dan menyebabkan bank ini kehilangan klien besar, terutama dari negara-negara yang mendukung Palestina. Total kerugian yang ditaksir mencapai $200 juta per tahun.
9. Nestlé. Nestlé, perusahaan makanan dan minuman terbesar di dunia, mengalami tekanan besar akibat hubungannya dengan perusahaan yang beroperasi di wilayah pendudukan Palestina. Boikot terhadap produk Nestlé di berbagai negara Arab dan negara-negara pro-Palestina mengakibatkan kerugian yang diperkirakan mencapai $1 miliar sejak kampanye boikot dimulai.
Baca Juga: Perlawanan Tanpa Senjata, Boikot Global Hancurkan Bisnis Afiliasi Zionis
10. Coca-Cola. Coca-Cola, yang memiliki operasi di wilayah-wilayah yang diduduki Israel, tidak luput dari boikot global. Meskipun perusahaan ini memiliki pendapatan besar, boikot yang dilakukan oleh negara-negara Timur Tengah menyebabkan penurunan signifikan dalam penjualannya. Kerugian yang diperkirakan mencapai $500 juta karena pengurangan permintaan dari pasar internasional.
11. Nike. Nike, perusahaan pakaian olahraga besar, menghadapi protes akibat kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di wilayah yang diduduki oleh Israel. Boikot terhadap produk Nike dimulai setelah beberapa tahun hubungan tersebut terungkap. Kerugian yang ditimbulkan oleh boikot Nike diperkirakan sekitar $250 juta.
12. Ben & Jerry’s. Ben & Jerry’s, merek es krim asal Amerika Serikat, menjadi sorotan internasional setelah memutuskan untuk menghentikan penjualan produknya di wilayah yang diduduki Israel. Keputusan ini menyebabkan boikot oleh konsumen pro-Israel, yang berdampak pada penurunan pendapatan perusahaan. Total kerugian yang dihadapi diperkirakan mencapai $100 juta akibat penurunan penjualan global.
13. Intel. Intel, salah satu produsen chip terbesar di dunia, menjadi target boikot karena keterlibatannya dalam proyek-proyek yang mendukung militer Israel. Boikot ini berdampak pada penurunan penjualan produk mereka di pasar Eropa dan Timur Tengah. Kerugian yang diperkirakan mencapai $200 juta per tahun.
Baca Juga: Adab Sebelum Berdakwah, Membangun Pengaruh dengan Keindahan Akhlak
14. Lockheed Martin. Lockheed Martin, perusahaan pertahanan asal Amerika Serikat, mengalami kerugian karena hubungannya dengan militer Israel. Perusahaan ini memproduksi senjata yang digunakan dalam operasi-operasi militer Israel, yang memicu boikot dari kelompok-kelompok internasional. Estimasi kerugian yang ditanggung oleh Lockheed Martin mencapai $300 juta akibat penurunan kontrak internasional.
15. Goldman Sachs. Goldman Sachs, bank investasi global, menghadapi penurunan dalam nilai sahamnya setelah diketahui terlibat dalam pendanaan proyek-proyek yang berhubungan dengan Israel. Boikot terhadap Goldman Sachs menyebabkan kerugian finansial yang diperkirakan mencapai $150 juta per tahun, dengan banyak investor yang menarik dana mereka dari bank ini.
16. Apple. Kerugian yang ditimbulkan oleh gerakan BDS terhadap Apple terkait dengan kerjasama perusahaan ini dengan beberapa entitas di Israel. Sebagian besar kerugian berasal dari pasar Timur Tengah dan Eropa, di mana konsumen yang mendukung Palestina memilih untuk menghindari produk Apple. Penurunan penjualan di pasar tersebut diperkirakan mencapai $500 juta per tahun, akibat berkurangnya permintaan dari negara-negara yang mendukung Palestina.
17. Adidas. Adidas menghadapi penurunan penjualan akibat keterlibatannya dalam produksi perlengkapan olahraga di wilayah yang diduduki oleh Israel. Gerakan BDS semakin memperburuk citra merek ini di pasar Timur Tengah, Afrika Utara, dan Eropa. Kerugian yang diperkirakan mencapai $200 juta setiap tahunnya, dengan sebagian besar kerugian berasal dari negara-negara yang menentang pendudukan Palestina.
Baca Juga: Menggapai Keberkahan Hidup dengan Berjama’ah
18. Walmart. Walmart, yang terlibat dalam menjual produk-produk yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dengan Israel, terpaksa menghadapi boikot besar-besaran. Boikot tersebut meluas terutama di pasar Timur Tengah dan negara-negara yang mendukung Palestina. Estimasi kerugian Walmart sekitar $300 juta per tahun, sebagian besar berasal dari penurunan penjualan di pasar internasional.
19. Ford Motor Company. Ford mengalami kerugian besar akibat hubungan bisnis dengan perusahaan-perusahaan Israel yang menyediakan komponen untuk kendaraan mereka. Meskipun Ford mencoba menjauhkan diri dari isu-isu politik, gerakan BDS tetap menargetkan mereka. Penurunan permintaan di pasar-pasar internasional yang mendukung Palestina menyebabkan kerugian sekitar $150 juta per tahun.
20. BP (British Petroleum). BP terlibat dalam beberapa proyek energi di Israel, termasuk ekstraksi gas alam dari wilayah yang diduduki Palestina. Akibat keterlibatannya ini, BP mengalami boikot dari konsumen dan investor yang mendukung Palestina. Kerugian yang ditaksir mencapai $500 juta per tahun, sebagian besar disebabkan oleh penghentian proyek-proyek dan penurunan investasi.
21. Starbucks. Starbucks terkena dampak boikot setelah terungkap bahwa perusahaan ini memiliki hubungan dengan beberapa entitas yang mendukung Israel. Penurunan penjualan yang signifikan terjadi di Eropa dan negara-negara Timur Tengah yang memboikot produk-produk mereka. Kerugian yang dialami diperkirakan mencapai sekitar $400 juta per tahun, akibat protes dan kampanye boikot yang meluas.
Baca Juga: Menikah Itu Ibadah, Bukan Ajang Pamer Mahar
22. McDonald’s. McDonald’s, yang beroperasi di Israel, juga menjadi sasaran boikot global. Meskipun mereka mencoba untuk menjaga citra netral, penurunan jumlah pelanggan dan protes dari konsumen di negara-negara yang mendukung Palestina menyebabkan kerugian sekitar $300 juta per tahun. Boikot ini terutama terjadi di negara-negara Eropa dan Timur Tengah.
23. Google (Alphabet Inc.). Google terlibat dalam proyek-proyek teknologi yang mendukung Israel, termasuk teknologi pengawasan yang digunakan oleh militer Israel. Gerakan BDS menyerukan boikot terhadap Google, menyebabkan penurunan penjualan di negara-negara yang mendukung Palestina. Kerugian yang dialami diperkirakan sekitar $600 juta per tahun, sebagian besar berasal dari pasar Eropa dan negara-negara Muslim.
24. Johnson & Johnson. Johnson & Johnson terlibat dalam produksi barang-barang yang digunakan oleh militer Israel. Protes terhadap perusahaan ini semakin berkembang, menyebabkan penurunan penjualan, terutama di negara-negara yang mendukung Palestina. Kerugian yang diperkirakan mencapai $350 juta per tahun akibat berkurangnya permintaan dan tekanan dari konsumen.
25. Microsoft. Microsoft, yang beroperasi di Israel, juga terkena dampak negatif dari boikot BDS. Penurunan penjualan produk-produk Microsoft di negara-negara yang mendukung Palestina, serta penghentian beberapa kontrak penting, menyebabkan kerugian yang diperkirakan mencapai $500 juta per tahun, sebagian besar dari pasar Timur Tengah dan Eropa.
Baca Juga: Bukan Soal Harga, Tapi Barakah, Mengapa Mahar Tak Perlu Mahal
26. Raytheon. Raytheon, sebagai salah satu produsen senjata terbesar di dunia, memiliki hubungan dengan militer Israel, yang menyebabkan mereka menjadi sasaran boikot. Penurunan permintaan dari negara-negara yang mendukung Palestina menyebabkan kerugian yang diperkirakan mencapai $300 juta per tahun.
27. Puma. Puma menjadi sasaran boikot setelah terungkap bahwa mereka mensponsori klub sepak bola yang berafiliasi dengan Israel. Penurunan penjualan di pasar-pasar yang mendukung Palestina menyebabkan Puma mengalami kerugian sekitar $150 juta per tahun.
28. Boeing. Boeing, yang menyediakan pesawat terbang dan peralatan militer untuk Israel, juga merasakan dampak besar dari gerakan BDS. Penurunan penjualan di negara-negara yang mendukung Palestina menyebabkan kerugian yang diperkirakan mencapai $500 juta per tahun.
29. The Home Depot. The Home Depot, yang menjual produk-produk yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dengan Israel, juga terkena dampak boikot. Kerugian yang dialami Home Depot diperkirakan sekitar $200 juta per tahun, akibat berkurangnya permintaan dari konsumen yang mendukung Palestina.
Baca Juga: Menikah di Bulan Syawal: Tradisi, Sejarah dan Maknanya dalam Islam
Secara keseluruhan, kerugian yang dialami oleh perusahaan-perusahaan ini akibat gerakan BDS sangat signifikan, dengan total kerugian yang mencapai miliaran dolar. Gerakan ini menunjukkan bahwa tekanan sosial dan ekonomi dapat memengaruhi strategi bisnis global dan berdampak besar pada keuntungan perusahaan-perusahaan besar yang memiliki hubungan dengan negara yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia.
Sumber informasi data kerugian
Data kerugian perusahaan-perusahaan afiliasi Zionis Israel akibat gerakan BDS (Boycott, Divestment, Sanctions) umumnya diperoleh dari berbagai sumber terbuka, baik laporan tahunan perusahaan, laporan pasar global, maupun hasil riset lembaga independen, antara lain berikut ini.
Pertama, Laporan Keuangan Resmi Perusahaan (Annual Reports). Banyak perusahaan publik seperti Apple, Microsoft, Boeing, hingga McDonald’s menerbitkan laporan keuangan tahunan yang dapat diakses publik. Penurunan pendapatan atau penjualan di wilayah tertentu sering dicatat dalam laporan ini, meskipun mereka tidak secara eksplisit menyebut “BDS” sebagai penyebabnya.
Baca Juga: Hancurnya Ukhuwah Akibat Meninggalkan Jama’ah
Kedua, Lembaga Pemantau dan Riset Ekonomi. Sejumlah lembaga seperti: Morningstar, Bloomberg, Reuters, Statista, Forbes sering merilis data tren pasar, penurunan saham, dan dinamika investasi, termasuk yang berkaitan dengan boikot atau tekanan sosial.
Ketiga, Organisasi Pendukung BDS Internasional. Beberapa organisasi advokasi Palestina dan pendukung BDS menyediakan laporan atau siaran pers yang menyebutkan dampak ekonomi gerakan ini, misalnya: bdsmovement.net (situs resmi gerakan BDS), Palestinian BDS National Committee (BNC), Al Jazeera Investigations, Middle East Monitor, The Electronic Intifada
Keempat, Media Internasional dan Investigasi Jurnalis Independen. Outlet berita internasional seperti: The Guardian, New York Times, Al Jazeera, BBC, Haaretz pernah menerbitkan artikel yang membahas tekanan ekonomi terhadap perusahaan tertentu akibat boikot konsumen pro-Palestina.
Kelima, Kajian dan Jurnal Akademik. Beberapa universitas dan peneliti di bidang ekonomi politik internasional dan bisnis global menerbitkan jurnal yang membahas dampak boikot terhadap ekonomi Israel atau perusahaan afiliasinya, terutama dari negara-negara dengan gerakan sipil kuat.
Baca Juga: Mengapa Islam Mewajibkan Umatnya untuk Berjamaah?
Alhamdulillāh, segala puji hanya bagi Allah, yang telah memperlihatkan kebenaran janji-Nya. Kini satu demi satu perusahaan yang berafiliasi dengan penjajah Zionis Israel mulai mengalami guncangan ekonomi yang tak bisa mereka bendung. Boikot global bukan sekadar simbolik, tapi nyata menghantam jantung kekuatan finansial mereka.
Ini adalah bukti bahwa ketika umat bersatu dalam kepedulian dan aksi nyata, tirani pasti terguncang. Kita patut bersyukur dan terus berharap kepada Allah: rezim penjajahan ini pasti akan hancur, karena kezhaliman tidak akan pernah abadi. Kemenangan untuk rakyat Palestina adalah keniscayaan, dan kehancuran Zionis hanyalah soal waktu. Allahu Akbar![]
Mi’raj News Agency (MINA)