Jakarta, MINA – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada kebijakan tegas dari pemerintah Indonesia terkait penghentian impor produk-produk pro-Israel.
Bahkan, ia menyebut, Dirjen Perdagangan justru mengakui bahwa hubungan perdagangan Indonesia-Israel cenderung meningkat.
“Presiden jelas membela Palestina, tetapi kebijakan konkret untuk menghentikan impor produk Israel belum juga ada,” ujar Sudarnoto dalam Konferensi Pers One Million Women for Gaza bertajuk “Perempuan Boikot Produk Pro-Israel” yang digelar di Hotel Swiss-Belinn Cawang, Jakarta Timur, Kamis (3/7).
Ia menekankan bahwa gerakan boikot adalah gerakan yang sangat mulia, lahir dari kesadaran konstitusional bangsa Indonesia bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.
Baca Juga: Prabowo Umrah, Cium Hajar Aswad
“Boikot ini bukan sekadar aksi moral, tapi panggilan normatif dari konstitusi kita. Siapa yang bertanggung jawab untuk menghapus penjajahan? Bangsa Indonesia. Baik pemerintah maupun masyarakat. Maka keterlibatan antara keduanya harus kuat. Jangan jalan sendiri,” tegasnya.
Sudarnoto juga menegaskan bahwa MUI bukan organisasi pengekor kebijakan pemerintah.
“MUI adalah sahabat sejati pemerintah. Sahabat sejati itu bukan mengiyakan segalanya, tapi mengingatkan jika ada penyimpangan dari nilai-nilai keadilan dan Undang-Undang,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa MUI telah mengeluarkan Fatwa Boikot melalui Ijtima Ulama, yang menetapkan wajib mendukung perjuangan Palestina, wajib melakukan boikot terhadap produk Israel dan sekutunya, serta haram mendukung entitas penjajah.
Baca Juga: Udara Jakarta Tidak Sehat, Pemerintah Jakarta Harus Ambil Langkah Serius
Menurutnya, dampak dari gerakan boikot ini sudah mulai terasa di masyarakat. Banyak konsumen Indonesia kini beralih menggunakan produk-produk lokal sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Sementara itu, Ketua Umum PP Wanita Islam, Marfuah Musthofa, dalam kesempatan yang sama menekankan bahwa perjuangan untuk Palestina bukan sekadar isu profesi, melainkan panggilan hati nurani.
“Isu sentralnya adalah boikot. Dan boikot paling efektif itu dimulai dari rumah tangga. Jangan ragu, karena setiap rupiah yang kita belanjakan pada produk pro-Israel bisa membunuh saudara-saudara kita di Palestina,” ujarnya.
Ia mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk bergandengan tangan menyuarakan boikot sebagai aksi nyata pembelaan terhadap rakyat Palestina.
Baca Juga: KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam di Selat Bali, Tim SAR Masih Lakukan Pencarian
Hadir dalam konferensi pers ini sejumlah tokoh perempuan nasional seperti Asma Nadia dan Neno Warisman yang juga menyerukan hal yang sama.
Konferensi pers ini juga menjadi pembuka dari aksi damai besar yang akan diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Wanita Islam (PP WI) serta Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP) dengan tema One Million Women for Gaza, yang akan digelar pada Ahad, 6 Juli 2025, pukul 06.00–10.00 WIB di area Patung Kuda, Jakarta Pusat.
Aksi ini mengajak perempuan Indonesia untuk bersatu menyuarakan boikot produk-produk pro-Israel dan dukungan penuh terhadap perjuangan rakyat Palestina.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Indonesia Berduka, Direktur RS Indonesia di Gaza Gugur Akibat Serangan Israel