Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bom Israel yang Belum Meledak di Gaza Capai 7.000 Ton

sri astuti Editor : Widi Kusnadi - 51 detik yang lalu

51 detik yang lalu

0 Views

Lebih dari 7.000 ton persenjataan yang belum meledak tersebar di sekitar 40 persen lingkungan Gaza. (Foto: Palinfo)

Gaza, MINA – Perkiraan PBB menunjukkan lebih dari 7.000 ton persenjataan yang belum meledak tersebar di sekitar 40 persen lingkungan Gaza, dengan tingkat tertinggi tercatat di Beit Hanoun, Beit Lahia, dan Jabalia.

Sebuah laporan baru dari The Economist memperingatkan Gaza kini mungkin memiliki konsentrasi persenjataan yang belum meledak tertinggi di antara zona konflik mana pun di dunia, yang menimbulkan ancaman jangka panjang ekstrem bagi warga sipil, bahkan setelah pemboman Israel dihentikan. Demikian dikutip dari Palinfo, Ahad (16/11).

Laporan tersebut menyatakan sebagian besar bahaya terletak di bawah reruntuhan, tempat pasukan pendudukan Israel (IOF) menjatuhkan sejumlah besar bom yang dilengkapi dengan sekering aksi tertunda.

Amunisi ini dapat meledak beberapa hari, pekan, atau bahkan bulan kemudian di dalam bangunan yang runtuh atau di bawah tanah, sehingga mempersulit upaya pembersihan dan membahayakan keluarga yang kembali.

Baca Juga: Tim Medis Gaza Berhasil Identifikasi 97 dari 330 Jenazah yang Dikembalikan Israel

Menurut data PBB yang dikutip dalam laporan tersebut, setidaknya 53 orang telah gugur dan ratusan lainnya terluka akibat bom yang belum meledak, meskipun kelompok-kelompok kemanusiaan yakin jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi.

Salah satu kasus paling tragis melibatkan anak kembar berusia enam tahun, Yahya dan Nabila al-Sharbasi, yang menderita luka parah setelah bermain dengan apa yang mereka duga mainan, sebuah bom yang tertinggal di lingkungan mereka yang hancur.

Kelompok-kelompok bantuan mengatakan insiden semacam itu memiliki risiko yang sangat besar bagi anak-anak di wilayah pemukiman padat penduduk Gaza.

Humanity & Inclusion, sebuah organisasi bantuan terkemuka, memperkirakan bahwa pembersihan puing-puing ini secara menyeluruh dapat memakan waktu 20 hingga 30 tahun, dan berpotensi jauh lebih lama tanpa dukungan teknis internasional yang luas.

Baca Juga: Israel Tutup Masjid Ibrahimi di Hebron, Berlakukan Jam Malam bagi Warga Palestina

“Pembersihan puing-puing secara menyeluruh tidak akan pernah terjadi,” kata Nick Orr, seorang pakar pembersihan bahan peledak di kelompok tersebut.

Upaya untuk menetralkan bom yang belum meledak menghadapi pembatasan ketat dari Israel, yang menghalangi masuknya tim ahli dan peralatan penting, sekaligus mencegah personel Palestina menerima pelatihan profesional. Banyak peralatan penting diklasifikasikan oleh Israel sebagai “guna ganda” dan dilarang memasuki wilayah tersebut.

Akibatnya, kru penjinak bom terpaksa berimprovisasi, terkadang mengisi karung makanan bekas dengan pasir untuk membuat perisai ledakan darurat.

Laporan tersebut menyimpulkan Gaza merupakan salah satu tantangan kontaminasi bahan peledak terberat di dunia. Tidak seperti Mosul dan kota-kota lain yang rusak akibat perang, penduduk tidak dapat dievakuasi selama proses pembersihan karena wilayah tersebut tidak memiliki zona aman setelah Israel menghancurkan sebagian besar infrastruktur sipil. []

Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina Diskusikan Strategi Perlawanan Terpadu

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda