Khartoum, MINA -. Badan Pusat Statistik Nasional Sudan mengumumkan, Selasa (28/4), tingkat inflasi pada bulan Maret yang lalu mencapai lompatan tertinggi dalam sejarah yaitu, 81, 64% dibandingkan pada bulan Februari sebelumnya 71,36 %
Pengumuman tersebut disampaikan Selasa sore (28/4) di ibukota Khartoum.
Badan Pusat Statistik Nasional Sudan. mencatat terus meningkatnya angka inflasi, yakni Januari adalah 64,28%, dibandingkan sebukan sebelumnya pada Desember akhir tahun 2019 mencapai 57,01%, dengan peningkatan 7,27%.
Harga komoditas di Sudan mengalami peningkatan rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya selama beberapa minggu terakhir, terutama setelah pemerintah mengumumkan Gawat Darurat Kesehatan menghadapi pandemic Covid-19, pada pertengahan Maret lalu dengan meliburkan sebagian aktifitas baik swasta hingga pemerintahan sebagai tindakan pencegahan penyebaran virus corona.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Kenaikan tersebut terjadi di hampir semua komponen baik makanan dan minuman, terutama harga roti, buah-buahan, daging, keju, minyak dan kacang-kacangan, demikian juga harga gas, kayu bakar dan semen dibandingkan dengan harga Februari sebelumnya.
Perlu diketahui beberapa bulan terakhir ini baik sebelum pandemi Corona hingga pandemi di Sudan, sudah terjadi kenaikan harga bahan pokok seperti tepung gandum untuk pembuatan roti).
Di samping itu juga terjadi kelangkaan BBM di hampir seluruh negara ini terutama bensin dan gas dikarenakan subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah cukup besar, sedangkan kapasitas produksi dan pemboran minyak tidak begitu banyak.
Kenaikan tingkat inflasi bertepatan dengan terus menurunnya nilai tukar mata uang lokal (pound) terhadap dollar Amerika Serikat, di pasar gelap terutama karena lesunya pergerakan ekonomi pasca lockdown dan penerapan PSBB di berbagai wilayah.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Saat ini kisaran 125 (Pound) per 1 $ AS, sedangkan kurs resmi oleh Bank Central Sudan hari ini (28/4) adalah dengan harga Jual 55 (Pound Sudan) dan Beli 55.2 (Pound Sudan)
Sebelumnya seorang pejabat tinggi pemerintah memperkirakan bahwa ekonomi Sudan akan hanya tumbuh kisaran 2 persen pada akhir tahun ini karena pandemi Corona.
“Tingkat pertumbuhan ekonomi akan sekitar 2 persen karena efek yang ditinggalkan Corona, terutama sektor investasi akan berkurang setidaknya 30% tahun ini karena penurunan pekerjaan di sejumlah sektor.” Anggota Komite Tinggi Nasional Sudan untuk Satgas Covid-19, Heba Mohamed Ali mengatakan, Sabtu,(25/4).
Sebagai informasi perekonomian Sudan dalam beberapa tahun terakhir mengalami berbagai problem besar. Terutama setelah negara ini memisahkan dari dari Sudan Selatan pada 2011, yang jumlah penduduknya pada 2018 mencapai 42 Juta (BPS Sudan) yang menyebabkan beberapa hasil SDA nya berkurang terutama dari hasil minyak. yang menyebabkan pendapatan negara berkurang. (L/B02/P1)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng