Brasilia, 29 Sya’ban 1434/8 Juli 2013 (MINA) – Brasil menyatakan keprihatinan serius atas laporan yang mengatakan Amerika Serikat (AS) telah memata-matai perusahaan Brasil dan individu selama satu dekade.
Koran Brasil O Globo melaporkan Ahad (7/7), bahwa Badan Keamanan Nasional (National Security Agency/NSA) AS telah mengumpulkan data miliaran telepon dan email percakapan di negara Amerika Selatan itu, Press TV melaporkan yang dikutip Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency).
Laporan Globo mengatakan bahwa informasi yang dirilis oleh pengungkap pengawasan AS, Edward Snowden mengungkapkan bahwa jumlah pesan telepon dan email login pada periode 10 tahun mencapai hampir 2,3 miliar disimpan oleh NSA di AS.
Menteri Luar Negeri Brasil Antonio Patriota menyatakan “keprihatinan yang mendalam tentang laporan bahwa komunikasi elektronik dan telepon warga Brasil menjadi objek spionase oleh anggota intelijen Amerika”.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
“Pemerintah Brazil telah meminta klarifikasi melalui Kedutaan Besar AS di Brasilia dan Kedutaan Besar Brasil di Washington,” kata Patriota.
Patriota juga mengatakan bahwa Brazil akan meminta PBB melakukan langkah-langkah untuk menghambat pelanggaran dan melindungi privasi dari pengguna internet, meletakkan aturan bagi pemerintah untuk menjamin keamanan cybernetic yang melindungi hak-hak warga negara dan menjaga kedaulatan semua negara.
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Brasil menolak memberikan komentar atas masalah ini.
Tetapi Kantor Direktur Intelijen Nasional di AS mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, “Pemerintah AS akan merespon melalui saluran diplomatik kepada mitra kami dan sekutu di Amerika. Sebagai masalah kebijakan, kami telah membuat jelas bahwa Amerika Serikat mengumpulkan intelijen asing dari jenis yang dikumpulkan oleh semua bangsa.”
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
Ketua Gabungan Kepala Staf AS, Jenderal Martin Dempsey, mengakui pada hari Ahad bahwa pemaparan Snowden ini telah merusak parah hubungan AS dengan negara-negara lain.
“Ada kerusakan. Saya tidak berpikir kita benar-benar telah mampu menentukan kedalaman kerusakan itu.”
Snowden, mantan karyawan CIA, membocorkan dua rahasia tinggi pemerintah AS, program memata-matai di mana NSA dan Biro Investigasi Federal (Federal Bureau of Investigation/FBI) menguping jutaan catatan telepon Amerika dan Eropa dan data internet dari perusahaan internet besar seperti Facebook, Yahoo, Google, Apple, dan Microsoft.
Pada tanggal 9 Juni, Snowden mengakui perannya membocorkan rahasia itu dalam sebuah video 12 menit rekaman wawancara yang diterbitkan oleh Guardian.
Baca Juga: Israel Caplok Golan, PBB Sebut Itu Pelanggaran
Dalam wawancara, ia mengecam apa yang ia sebut sebagai pengawasan sistematis terhadap warga AS tidak bersalah, katanya bahwa motif utamanya adalah untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai apa yang dilakukan atas nama mereka dan apa yang dilakukan terhadap mereka.
Skandal NSA mengambil dimensi yang lebih luas ketika Snowden mengungkapkan informasi tentang kegiatan spionase yang menargetkan negara-negara sahabat.
Snowden telah bersembunyi di Bandara Sheremetyevo Moskow sejak 23 Juni ketika ia melakukan perjalanan dari Hong Kong untuk menghindari ekstradisi AS.
Dia sudah mencari suaka di lebih dari dua lusin negara. Washington telah meminta negara-negara untuk tidak memberikan suaka kepada Snowden.
Baca Juga: AS Tolak Laporan Amnesty yang Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza
Tiga negara Amerika Latin, Nikaragua, Bolivia, dan Venezuela, telah menawarkan suaka kepada Snowden. (T/P09/R2).
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Mayoritas Anak Muda dan Wanita AS Kecam Serangan Israel di Gaza