
Source: indonetwork.co.id
Jakarta, 16 Rajab 1435/15 Jumadil Akhir 2014 (MINA) – Pengusaha Mesir menjajaki peluang impor produk briket arang batok kelapa dari Indonesia untuk kebutuhan r di negara itu dan juga memenuhi permintaan pasar Timur Tengah.
“Kebutuhan per tahunnya i arang batok kelapa sebesar 12.000 Metric Ton (M.T.) atau sejumlah 666 kontainer 20 feet,” kata Manajer MAWFOR Import & Export Co. Mesir, Ahmed Shaaban dalam pertemuannya dengan Sekretaris Pertama Ekonomi KBRI, Lauti Nia Astri Sutedja di Kairo beberapa waktu lalu.
Demikian laman resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo melalui Fungsi Ekonomi akan membantu untuk meneruskan keinginan Shaaban dengan mencari produsen besar yang memiliki pengalaman ekspor ke luar negeri.
Baca Juga: Semangat dan Haru Iringi Pemberangkatan Kloter Pertama Haji dari Surabaya
Selama ini, permintaan impor produk briket arang batok kelapa datang dari Paraguay, Ghana dan Somalia. Pengusaha Mesir ingin menjajaki peluang berbisnis dengan produsen di Indonesia.
Dalam pertemuan tersebut mengemuka, meskipun produk briket tersebut adalah limbah, namun hasil arang dan cairan asap atau liquid smoke-nya berpeluang diekspor ke negara-negara Timur Tengah, Afrika Utara, dan negara Teluk.
Briket tempurung kelapa itu banyak dipilih sebagai bahan bakar karena memiliki energi 7.340 kalori sehingga menghasilkan panas lebih tinggi dibandingkan dengan briket arang kayu biasa.
Selain itu, kegunaan lain dari briket itu untuk memenuhi kebutuhan para pecinta shisa (waterpipe) dan pesta barbeque di padang pasir.
Baca Juga: Indonesia Alihkan Ekspor ke Eropa dan Australia Hadapi Tarif Tinggi dari AS
Indonesia merupakan salah satu penghasil kelapa dan kelapa sawit terbesar di dunia. Limbh batok kelapa mempunyai potensi usaha yang sangat besar, bahkan kebutuhan untuk Negara Timur Tengah, Jepang, dan Australia.(T/P02/EO2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Airlangga: Tarif Impor AS ke Produk Indonesia Bisa Tembus 47 Persen