Jakarta, MINA – Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan, Forum Asia-Pacific Regional Space Agency (APRSAF) ke-29 mendorong pertukaran pengetahuan dan pengalaman antar negara dengan tujuan membina kolaborasi antar berbagai badan antariksa, akademisi, dan industri.
“Kemitraan kerja dalam skala regional sangat penting bagi upaya kita mencapai tujuan ekonomi keantariksaan. Banyak pengetahuan yang harus disebarkan dari negara-negara penjelajah luar angkasa ke negara-negara yang bercita-cita ke luar angkasa,” ucap Tri kepada wartawan, Kamis (21/9) di Auditorium Bj. Habibi, Jakarta.
Ia menyebutkan, negara seperti Indonesia memiliki kepentingan yang tinggi terhadap keantariksaan karena merupakan negara kepulauan yang besar.
“Indonesia dalam hal ini sangat bergantung pada citra satelit karena terdiri dari banyak pulau dan air, sehingga untuk melihat potensi dan mitigasi bencana, faktor keamanan, potensi pertanian dan perkebunan, cuaca, dan lain-lain dibutuhkan data penginderaan jauh,” ucapnya.
Baca Juga: Update Bencana Sukabumi: Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian
Tri menjelaskan, aktivitas antariksa sebagian besar selama ini lebih ke arah scientific dan eksplorasi, tapi ke depan akan diarahkan untuk memberikan dampak ekonomi.
“Contohnya kalau kita bicara citra satelit yang diambil dari satelit penginderaan jauh itu memiliki nilai bisnis yang sangat tinggi. Kita memerlukan data-data itu untuk melihat cuaca, potensi bencana, polusi di laut, keamanan untuk memonitor kapal di laut, misalnya. Kita ingin keantariksaan lebih punya dampak yang real dan signifikan,” jelas Handoko.
Tri menjelaskan, setelah integrasi BRIN pihaknya kini mempunyai tantangan dan program yang jauh lebih besar untuk mempercepat penguasan teknologi satelit dan pemanfaataanya yang lebih massif, dengan mengembangkan konstelasi satelit penginderaan jauh.
“kedepannya kita akan mengembangkan konstelasi satelit di Indonesia, sehingga kita bisa jadi pemain, tidak cuma membeli,” ucapnya.
Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025
Oleh karena itu APRSAF membuka peluang bagi negara-negara anggotanya untuk bisa melakukan data sharing. Masing-masing anggota mempunyai kesempatan untuk mengakses dan menggunakan citra satelit sehingga Indonesia bisa mendapatkan data-data yang dibutuhkan, misalnya untuk pertanian, kehutanan, dan sebagainya.
Di sisi lain Indonesia sendiri dalam hal ini BRIN, juga terus mengembangkan satelit-satelit yang bukan hanya satelit besar, tapi juga micro dan nano satelit, bekerjasama dengan lembaga pemerintah, mitra perguruan tinggi dan juga pihak swasta/industri.
APRSAF merupakan forum tahunan keantariksaan yang dihadiri oleh seluruh negara di Asia-Pasifik, termasuk negara Muslim didalamya, seperti pemerintah, industri/swasta, akademisi, organisasi penelitian, dan individu.
“Tahun ini, Indonesia melalui BRIN bertindak sebagai tuan rumah penyelenggaraan APRSAF ke-29, bekerja sama dengan Pemerintah Jepang melalui Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) dan Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology (MEXT),” ucapnya.
Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta
Tri menjelaskan, kegiatan APRSAF yang merupakan rangkaian dari Indonesia Research and Innovation (InaRI) Expo 2023 ini mengangkat tema Accelerating Space Economies through Regional Partnership, diselenggarakan pada 17-23 September 2023. Sesi Plenary Sessions akan diselenggarakan pada 21-22 September 2023.
Menyadari komitmen Indonesia terhadap kegiatan APRSAF-29 dan ekonomi keantariksaan, lanjut Handoko, maka tema yang diangkat adalah “Accelerating Space Economies through Regional Partnership.”
“Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kerja sama dan kolaborasi antara negara-negara di wilayah Asia-Pasifik dalam bidang keantariksaan,” ucapnya. (L/R8/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bulog: Stok Beras Nasional Aman pada Natal dan Tahun Baru