Jakarta, MINA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (IPSH) bekerja sama dengan the Japan Foundation menyelenggarakan simposium internasional bertema “Mobility between ASEAN and Japan: Its Future and How We Shape It (Mobilitas antara ASEAN dan Jepang: Masa Depannya dan Bagaimana Kita Membentuknya).”
Simposium internasional tersebut digelar di Gedung BJ Habibie, Jakarta Pusat pada Selasa-Rabu, 25-26 Juli 2023.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyampaikan, 50 tahun persahabatan dan kerja sama ASEAN-Jepang telah terjalin dengan erat. Namun keadaan pasca-pandemi, diharapkan memberikan dorongan pertumbuhan sebagaimana ASEAN dan Jepang berupaya melampaui tantangan dan dampak yang ditimbulkan oleh pandemi.
“Saya berharap simposium hari ini akan menandai peristiwa penting di mana para peserta dapat mewujudkan peningkatan mobilitas orang di antara ASEAN dan Jepang, memperluas kerjasama dan kolaborasi, serta memberikan solusi alternatif bagaimana kita mengatasi potensi masalah yang muncul bersamaan dengan itu,” kata Laksana saat menyampaikan sambutan kunci dalam pembukaan simposium tersebut, Selasa (25/7).
Kepala Pusat Riset Kewilayahan, Fadjar Ibnu Thufail menjelaskan bahwa sejalan dengan pandangan Indonesia yang memilih “Epicentrum of Growth” sebagai tema kepemimpinan ASEAN tahun 2023.
Hal ini memberikan kesempatan untuk membahas kembali mengenai globalisasi. Karenanya, penelitian ilmiah tentang “mobilitas” menjadi penting untuk memahami efek transformatif dari pergerakan dan konektivitas global dalam hubungan ASEAN-Jepang.
Menurutnya, simposium internasional ini sangat penting, selain bertujuan untuk memperingati 50 tahun hubungan persahabatan antara Jepang dan ASEAN.
Secara politik, lanjutnya, selama 50 tahun hubungan Jepang dan ASEAN memang mengalami pasang surut. Akan tetapi kondisi politik tersebut tidak terlalu mempengaruhi hubungan di ranah akademis dan kebudayaan.
Baca Juga: Imaam Yakhsyallah Mansur: Ilmu Senjata Terkuat Bebaskan Al-Aqsa
“Simposium ini ingin menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa mobilitas manusia, barang dan gagasan antara kawasan Asia Tenggara dengan Jepang dapat memperlihatkan dan memupuk semangat kolaborasi dan interaksi antar masyarakat,” kata Fadjar.
Fadjar menekankan betapa pentingnya jaringan sosial budaya dan mobilitas antara ASEAN dan Jepang.
Maka dari itu, simposium ini mengundang pembicara dari berbagai latar belakang, untuk menggali tantangan dan potensi yang ada pada mobilitas, dengan menekankan perannya dalam memupuk kolaborasi, konektivitas, dan pertumbuhan antara ASEAN dan Jepang dalam aspek sosial budaya.
“Dengan semakin diperkuatnya Kajian Asia Tenggara dan Kajian Jepang di BRIN, dan dengan dukungan Japan Foundation, kami berharap penelitian sosial humaniora di BRIN akan dapat lebih mengungkapkan dinamika mobilitas masyarakat antar negara ASEAN dan antara negara-negara di Asia Tenggara dengan Jepang,” harap Fadjar.
Baca Juga: Kunjungi Rasil, Radio Nurul Iman Yaman Bahas Pengelolaan Radio
Simposium internasional ini sendiri diselengarakan atas kerja sama the Japan Foundation dan BRIN, dan didukung oleh Kementerian Luar Negeri serta Mission of Japan to ASEAN.
The Japan Foundation sendiri merupakan satu-satunya institusi Jepang yang didedikasikan untuk melaksanakan program pertukaran budaya internasional yang komprehensif di seluruh dunia.
Managing Director, Global Partnerships Department, The Japan Foundation, Hiroyuki Kojima, menyampaikan, untuk menumbuhkan persahabatan dan ikatan antara Jepang dan dunia, Japan Foundation menciptakan peluang global untuk membina persahabatan, kepercayaan, dan saling pengertian melalui budaya, bahasa, dan dialog.
Dia menambahkan, terkait proyek ke negara-negara ASEAN, Japan Foundation telah mengimplementasikan berbagai proyek seperti “WA Project: Toward Interactive Asia through Fusion and Harmony”, yang diumumkan pada ASEAN-Japan Commemorative Summit Meeting pada bulan Desember 2013.
“Untuk menjadi jembatan bagi individu dan memperluas jaringan di Asia, Japan Foundation telah mempromosikan pertukaran bi/multilateral dan kerja sama di berbagai bidang mulai dari seni, film, musik dan tari, seni pertunjukan, olahraga, pertukaran intelektual dan jejaring individu,” pungkasnya.
Total anggaran proyek “Proyek WA” adalah 20,03 miliar yen ($156 juta).(L/R1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar