Setiap tahun, Bulan Solidaritas Palestina (BSP), yang diiniasi oleh lembaga kemanusiaan dan kepalestinaan Aqsa Working Group (AWG), hadir sebagai momen penting untuk merefleksikan dan mendukung perjuangan rakyat Palestina serta pembebasan Baitul Maqdis.
Pada tahun 2024 ini, BSP tidak hanya menjadi momen untuk meningkatkan solidaritas terhadap mereka yang bertahan di tengah konflik, tetapi juga sebagai momen untuk meningkatkan solidaritas dan menghormati para jurnalis dan awak media yang telah gugur atau menjadi korban saat menjalankan tugas mulia di Gaza, Palestina, dan sekitarnya.
Di balik setiap laporan, foto, dan rekaman video dari wilayah konflik tersebut, terdapat keberanian luar biasa para jurnalis yang mempertaruhkan hidup demi membawa kebenaran kepada dunia.
Sejak awal serangan agresi genosida zionis Israel yang bar-bar dan biadab ke Gaza, risiko dan tantangan yang dihadapi jurnalis meningkat pesat.
Baca Juga: Catatan 107 Tahun Balfour dan Setahun Perjuangan Thufanul Aqsa
Berdasarkan laporan terbaru, setidaknya 128 jurnalis dan pekerja media termasuk di antara puluhan ribu orang yang dibunuh militer Zionis Israel di Gaza, Tepi Barat, dan Lebanon selama setahun terakhir — waktu paling mematikan bagi jurnalis sejak Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mulai melacak pembunuhan tersebut lebih dari empat dekade lalu.
Bahkan sumber resmi pemerintah Palestina mencatat jumlah korban jurnalis yang gugur lebih tinggi, dengan 176 jurnalis yang gugur di Gaza saja.
Baru-baru ini Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam keras “pembunuhan disengaja” terhadap jurnalis sejak dimulainya agresi genosida Zionis 7 Oktober 2023 yang telah menewaskan ribuan warga sipil Palestina.
“Tidak dapat diterima!,” begitu pernyataan tegas Guterres, sambil menambahkan bahwa jurnalis di Gaza terbunuh dalam tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga: Memaknai Iqra
Lebih dari itu, ia menyoroti blokade Israel yang terus mencegah masuknya jurnalis internasional ke Gaza, sebuah langkah yang semakin membungkam suara kebenaran dan melanggengkan impunitas.
Hadapi Impunitas, Tak Ada Efek dari Kecaman?
Bertepatan dengan Hari Internasional untuk Mengakhiri Impunitas atas Kejahatan Terhadap Jurnalis yang diperingati setiap tanggal 2 November, isu impunitas atau ketiadaan sanksi hukum bagi pelaku kejahatan terhadap jurnalis kembali menjadi perhatian.
Menurut UNESCO, impunitas ini tidak hanya menciptakan ketakutan, tetapi juga merusak kebebasan informasi yang sangat penting bagi semua masyarakat. Impunitas memungkinkan pelaku kejahatan bebas dari pertanggungjawaban, menciptakan preseden bahwa kekerasan terhadap jurnalis adalah “normal” atau bahkan dapat dibiarkan tanpa sanksi. Di Gaza, fenomena impunitas ini menguatkan siklus kekerasan terhadap jurnalis yang melaporkan peristiwa di lapangan.
Baca Juga: Mengembangkan Sumber Pangan Lokal Berbasis Komunitas
Para analis media menilai, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera, disaat zionis Israel telah menargetkan jurnalis atau wartawan pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya selama agresi genosida yang sedang berlangsung, Zionis Israel telah membunuh puluhan wartawan lainnya pada tahun-tahun sebelumnya. Namun tidak ada konsekuensi atas pembunuhan tersebut dan impunitas ini telah membuka jalan bagi genosida saat ini.
Meskipun kecaman dari dunia internasional terus berdatangan, banyak pihak mempertanyakan sejauh mana kecaman ini berdampak nyata dalam menekan pelaku kejahatan terhadap jurnalis.
Bahkan pada pekan ini, sebuah lembaga jurnalistik publikasi progresif yang berbasis di Amerika Serikat, Jewish Currents, mengeluarkan pernyataan yang mendukung enam jurnalis Al Jazeera yang menjadi target Israel.
“Sebagai lembaga jurnalistik, kami pada umumnya menahan diri untuk tidak mengeluarkan pernyataan atau menyerukan pihak lain untuk mengambil tindakan, tetapi posisi kami sebagai pekerja media mengharuskan kami untuk berdiri dalam solidaritas dengan rekan-rekan kami di Gaza,” kata pernyataan resmi Jewish Currents dilaporkan Al Jazeera, pada 25 Oktober 2024.
Baca Juga: Mengislamkan Pikiran, Hati, Dan Perilaku
“Normalisasi penargetan jurnalis yang terang-terangan oleh Israel memiliki implikasi bagi wartawan di seluruh dunia.”
Lembaga jurnalistik tersebut menambahkan bahwa penargetan jurnalis Palestina “harus diperlakukan sebagai krisis bagi media internasional”.
Meski demikian, organisasi internasional, LSM, hingga tokoh publik telah menyerukan aksi nyata untuk menghentikan serangan demi serangan genosida yang biadab ini, bukan hanya kata-kata. Apakah kecaman saja cukup? Nyatanya, tindakan nyata yang diperlukan untuk menghentikan kekerasan sistemik ini masih belum terjadi.
Kisah Keberanian yang Terus Berkobar
Baca Juga: Sejarah, Makna, dan Relevansi Sumpah Pemuda Bagi Bangsa
Jurnalis dan awak media di Gaza menghadapi risiko yang luar biasa dalam melaksanakan tugas mereka. Mereka adalah saksi mata yang memberikan suara kepada orang-orang yang tak bersuara, menghadirkan fakta tentang kondisi di Gaza yang sering kali tak terungkap.
Merekalah yang menunjukkan pada dunia tentang penderitaan di balik blokade dan serangan yang menghantam warga sipil. Namun, tak sedikit dari mereka yang membayar mahal atas keberanian tersebut.
Para jurnalis ini adalah mata dan telinga dunia untuk Gaza. Mereka mengungkapkan cerita yang terlupakan, memberikan wajah pada statistik, dan menghidupkan angka kematian dalam cerita manusia nyata. Dalam situasi di mana akses informasi terbatas, mereka yang berada di lapangan bekerja tanpa lelah untuk mengirimkan pesan kebenaran.
Maka pantas jika kita menyampaikan “Kalian adalah suara bagi mereka yang tak bersuara,” untuk memberikan penghormatan kepada jurnalis yang kehilangan nyawa mereka dalam tugas. “Kalian adalah pahlawan yang berani menghadapi bahaya demi membawa kebenaran ke dunia.”
Baca Juga: Setelah Sinwar Syahid, Perlawan Melemah?
Penghormatan Mereka yang Gugur Demi Kebenaran
Untuk itu, Bulan Solidaritas Palestina 2024 ini adalah kesempatan bagi kita untuk mengenang jasa para jurnalis yang telah gugur demi menunaikan tugas. Setiap tahun, bahkan setiap bulan, nama-nama baru ditambahkan ke dalam daftar jurnalis yang menjadi korban kekerasan di Gaza.
Mereka yang gugur bukan hanya kehilangan nyawa mereka, tetapi juga meninggalkan keluarga, rekan, dan komunitas yang mencintai mereka. Di balik pengabdian mereka terdapat komitmen kuat untuk menyampaikan suara dari wilayah yang terkepung kepada dunia.
Menjalankan profesi di daerah konflik seperti Gaza bukanlah tugas yang mudah. Bukan hanya tantangan fisik, tetapi juga trauma emosional yang harus mereka hadapi. Rekan-rekan mereka yang selamat dan masih bertugas terus dihantui oleh ancaman dan tekanan.
Baca Juga: Lima Karakter Orang Jahil
Momen Bulan Solidaritas Palestina ini adalah waktu yang tepat untuk menghormati keberanian dan pengorbanan mereka, serta meningkatkan dukungan terhadap para jurnalis yang terus berjuang di lapangan.
Solidaritas untuk Mereka yang Masih Berjuang di Lapangan
Selain menghormati mereka yang telah gugur, Bulan Solidaritas Palestina 2024 juga menjadi ajang untuk memperkuat solidaritas kita terhadap mereka yang masih berada di lapangan.
Para jurnalis yang masih bertugas di Gaza saat ini menghadapi tantangan yang lebih besar daripada sebelumnya. Selain serangan fisik, mereka juga harus berjuang melawan blokade informasi, di mana akses bagi jurnalis internasional dibatasi oleh pemerintah Israel. Hal ini tidak hanya mengisolasi Gaza, tetapi juga menghambat dunia dalam mengetahui kebenaran.
Baca Juga: Bulan Solidaritas Palestina (BSP) November 2024
Para jurnalis di lapangan adalah pahlawan yang rela menghadapi bahaya setiap hari demi menyampaikan cerita yang benar.
Mereka berjuang melawan tekanan untuk memberikan informasi yang akurat dan objektif dalam situasi yang sangat sulit.
Melalui kamera dan pena mereka, mereka menjadi perantara antara Gaza dan dunia, membantu kita memahami penderitaan yang terjadi di sana. Kalianlah yang membantu kita memahami penderitaan yang terjadi di sana.
Dalam momen Bulan Solidaritas Palestina ini, kita memiliki tanggung jawab untuk mendukung perjuangan mereka. Solidaritas dengan para jurnalis ini bukan hanya dengan memberikan perhatian, tetapi juga dengan meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya menghormati dan melindungi jurnalis dalam situasi krisis dan darurat. Mereka adalah perwakilan suara masyarakat yang tidak memiliki kesempatan untuk bersuara.
Baca Juga: Menjadi Hamba yang Dermawan, Bagaimana Caranya?
Seruan Solidaritas Tanpa Batas
Bulan Solidaritas Palestina 2024 adalah momen yang tepat untuk merefleksikan peran kita sebagai masyarakat internasional dalam mendukung Palestina, terutama para jurnalis yang melaporkan situasi di lapangan. Ini bukan hanya tentang memberikan penghormatan kepada mereka yang telah gugur, tetapi juga memberikan dukungan penuh kepada mereka yang masih bertugas di garis depan.
Menyuarakan dukungan ini penting agar mereka merasa tidak sendiri dalam perjuangan mereka untuk membawa kebenaran kepada dunia.
Untuk itu, marilah kita manfaatkan momentum ini untuk bersatu dalam solidaritas, bukan hanya dengan rakyat Palestina saja, tetapi juga dengan para jurnalis yang melaporkan penderitaan dan perjuangan mereka.
Baca Juga: Refleksi Hari Santri 2024, Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan
Mereka adalah pahlawan-pahlawan kebenaran yang berani menghadapi bahaya demi keadilan dan perdamaian. Kita harus berdiri bersama mereka, menghargai kerja keras mereka, dan berupaya melawan impunitas atas kejahatan terhadap jurnalis.
Bulan Solidaritas Palestina 2024 adalah ajakan bagi kita semua untuk tidak diam dan terus bersuara. Dengan menghormati dan mendukung jurnalis di lapangan, kita membantu memperkuat perjuangan mereka untuk menyampaikan kebenaran, demi masa depan yang lebih adil bagi Palestina.
Mari bersama-sama kita berdiri untuk Palestina, untuk kebenaran, dan untuk mereka yang memperjuangkannya.
Solidaritas kami untuk saudara dan rekan seprofesi seperjuangan, para jurnalis dan awak media di Gaza Palestina![]
Mi’raj News Agency (MINA)