Yerusalem, MINA – Organisasi Hak Asasi Manusia B’Tselem mengatakan, pasukan pendudukan Israel tidak menggunakan penembakan di Tepi Barat dalam keadaan khusus, melainkan sebagai “prosedur rutin”, bahkan tanpa target yang menjadi ancaman bagi pasukan ini.
Dalam sebuah laporannya pada Selasa (21/12), B’Tselem telah mengumpulkan dokumentasi kesaksian teman dan kerabat dari martir berusia 15 tahun, Muhammad Daa’dis, yang dibunuh pasukan pendudukan pada 5 November lalu, Shehab News melaporkan.
B’Tselem mengutip saksi mata atas insiden kesyahidan Daadis yang mengatakan, salah satu tentara dilempar batu di wajahnya, sehingga pelempar batu tertawa dan mengejeknya. Segera setelah itu, tentara ini menembakkan satu peluru yang mengenai Muhammad Daads di perut.
Seperti ratusan penyelidikan yang dilakukan tentara pendudukan, organisasi itu mengatakan, penyelidikan yang diumumkan oleh tentara pada saat itu tidak akan membawa keadilan bagi korban dan keluarganya, dan tidak akan menghalangi tentara lain untuk terlibat dalam kekerasan mematikan terhadap warga Palestina.
Baca Juga: Sektor Pariwisata Israel Hancur, 90 Hotel Tutup Sejak Perang
B’Tselem menyatakan bahwa prosedur penyelidikan bertujuan untuk mengaburkan fakta, daripada mengungkapkannya, dan dengan demikian memungkinkan pasukan keamanan untuk terus menggunakan kekerasan mematikan terhadap Palestina.
Perusahaan Penyiaran Israel juga melaporkan, tentara mengizinkan tentaranya menembaki orang-orang Palestina yang melemparkan batu dan bom molotov, bahkan setelah mereka selesai melemparkannya, dan sementara para pemuda mundur dari tempat itu.
Hal ini menunjukkan bahwa instruksi baru dikeluarkan dalam beberapa pekan terakhir dan diedarkan dalam dokumen tertulis kepada anggota tentara pendudukan Israel di Tepi Barat dan seluruh wilayah pendudukan. (T/R6/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pengadilan Tinggi Israel Perintahkan Netanyahu Tanggapi Petisi Pengunduran Dirinya