Ayat yang pertama kali Allah turunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassallam, berbunyi, “Iqro’ bismi robbikalladzi kholaq”. Surat Al-‘Alaq ayat pertama, yang artinya “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan”.
Allah memerintahkan kita sebagai manusia, makhluk termulia, untuk membaca.
Membaca tentu bukan sekedar mengeja, melafalkan huruf, kata demi kata, hingga kalimat demi kalimnat, seperti anak yang baru belajar membaca. Namun bisa dimaknai lebih luas lagi, yakni mempelajari, meneliti (research), menganalisis dari satu fenomena ke fenomena lainnya, terhadap apa saja yang telah Allah ciptakan.
Iqro’ di sini bukan hanya membaca ayat-ayat-Nya yang tersurat (qauliyah). Namun juga ayat-ayat-Nya yang tersirat di alam semesta (kauniyah).
Baca Juga: Keteguhan Iman di Tengah Arus Zaman: Refleksi Islami untuk Generasi Milenial
Membaca di sini harus dengan nama-Nya, artinya karena Dia, karena Allah, demi mengharapkan Ridha Allah. Maka, tujuan membaca dengan berbagai turunannya adalah sebagai referensi untuk disampaikan kepada manusia berupa informasi atau ilmu yang bermanfaat, semata-mata untuk mengharap ridha-Nya. Sehingga menjadi amal shaleh yang terus mengalir pahalanya.
Apalagi kini era digital, semua informasi serba ada di dunia maya, tinggal klik di handphone kita. Jika kita menghayatinya dalam dunia dakwah dan perjuangan keumatan, ini merupakan bagian dari karunia Allah.
Dengan kemampuan literasi digital, menggunakan alat tulis berupa lap top, komputer, atau android, kita bisa menuliskan apa-apa yang kita temukan, berdasarkan pemikiran, memeras otak, mengolah rasa, memberi intuisi dan inspirasi.
Sehingga lahirlah tulisan-tulisan terbaik yang dapat dibaca oleh orang lain dan generasi berikutnya. Dengan dibaca oleh orang lain, maka ilmu itu dapat terus dikembangkan dari genetrasi ke generasi . Dengan demikian, manusia dapat mengetahui apa yang sebelumnya belum diketahuinya, artinya ilmu itu akan terus berkembang. Demikianlah besarnya fungsi baca-tulis, sebagai hasil dari Iqro’.
Baca Juga: Pembebasan Baitul Maqdis: Perspektif Geopolitik dan Spiritual Islam
Inilah budaya literasi digital sekaligus literasi media yang harus terus kita tumbuh-kembangkan di kalangan umat, terutama generasi muda kita.
Terlebih dalam dunia pendidikan, literasi digital bermakna kemampuan pelajar menggunakan media digital secara etis dan bertanggung jawab untuk komunikasi dan memperoleh informasi. Sehingga para pelajar kita akan dapat memilih dan memilah informasi yang beredar di dunia internet, yang tidak sedikit diisi dengan berita palsu (hoax), ujaran kebencian (hate speech), pornografi, kekerasan dan penipuan online.
Literasi digital dalam dunia pendidikan adalah kemampuan pelajar menggunakan media digital secara etis dan bertanggung jawab untuk komunikasi dan memperoleh informasi.
Dalam bahasa perjuangan berjama’ah, maka budaya literasi menjadi bagian dari keaktifan kita dalam segala aktivitas Al-Jama’ah. Sehingga pola pikir, tindakan dan kebiasaan kita seiring dengan arahan dan amanah dalam Jama’ah, dan menjadi bagian dari lingkaran Al-Jama’ah, atau luzumul jama’ah.
Baca Juga: Amalan Yang Baik bagi Orang Beriman
Inilah jihad di jalan Allah yang merupakan puncak dari amaliah kita, sebagaimana disebutkan di dalam hadits :
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ
Artinya : “Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak perkaranya adalah jihad.” (HR At-Tirmidzi).
Pada hadits lain disebutkan :
Baca Juga: Inilah Tanda Orang Baik, Inspirasi dari Kisah Nabi Musa Belajar kepada Khidir
جَاهِدُوا الْمُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ
Artinya : “Perangilah kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lisan kalian.” (HR Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ahmad).
Terlebih sekarang era digital, waktu di mana Teknologi Informasi yang melintasi batas dan waktu, menjadi andalan utama dalam berbagai kegiatan, organisasi dan perjuangan.
Data Indonesia menunjukkan, jumlah penguna internet di dunia pada tahun 2022 mencapai 5,3 miliar orang. Ini berarti 66% populasi penduduk dunia telah menggunakan internet. Sedangkan pengguna internet di Indonesia, mencapa 212 juta atau sekitar 77% penduduk Indonesia.
Baca Juga: Saatnya Wanita Generasi “Z” Beraksi
Dari sekian banyak pengguna internet smartphone di dunia, orang Indonesia berada di posisi pertama kategori pengguna dengan durasi screen time paling tinggi di dunia. Baru kemudian disusul penduduk Brazil, Arab Saudi, Singapura dan Korea Selatan.
Durasi penggunaan internet orang Indonesia pun cukup tinggi, yakni rata-rata penduduk Indonesia yang mempunyai handphone terkoneksi ke internet, menggunakan internet selama 5,4 jam per hari. Baik itu untuk membaca informasi, menonton youtube, game online, jualan online, hingga bermedsos. []
Ali Farkhan Tsani adalah Duta Al-Quds Internasional
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Thufanul Aqsa, Perjuangan Menuju Kebebasan