Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Merayakan Idul Fitri, di Indonesia dan Palestina

Widi Kusnadi - Selasa, 3 Mei 2022 - 08:35 WIB

Selasa, 3 Mei 2022 - 08:35 WIB

39 Views

Hari Raya Idul Fitri merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali masyarakat Indonesia dan Palestina.

Dalam merayakan Idul Fitri, masyarakat Indonesia merayakannya dengan berbagai cara karena mereka memiliki berbagai macam adat dan budaya sendiri-sendiri. Ada beberapa tradisi unik dari daerah-daerah di Indonesia.

Secara umum, perayaan Lebaran di Indonesia identik dengan tradisi mudik atau pulang ke kampung halaman.  Menjelang libur Lebaran, banyak masyarakat, khususnya yang bermukim di perkotaan, melakukan perjalanan mudik ke kota kelahiran mereka.

Selain mudik, masyarakat Indonesia juga menyambut Lebaran dengan membeli baju dan berbagai pernak-pernik khas Idul Fitri.  Saat di kampung halaman, sanak keluarga, teman, dan tetangga akan berkunjung untuk meminta maaf atau biasa dikenal dengan Halal Bihalal.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah

Masyarakat Muslim Aceh merayakan Idul Fitri dengan acara yang mereka sebut dengan Meugang atau Makmeugang.  Meugang adalah tradisi menyembelih hewan sapi atau kambing dan dilaksanakan tiga kali dalam setahun, yaitu Idul Fitri, Idul Adha, dan Ramadan. Jumlah hewan yang disembelih ratusan. Tradisi Meugang di desa biasanya berlangsung satu hari sebelum hari raya.

Setelah hewan disembelih, warga kemudian memasak dagingnya di rumah masing-masing. Setelah itu, esok harinya mereka membawanya ke masjid untuk makan-makan bersama tetangga, saudara dan masyarakat.

Sementara di Bengkulu, masyarakat merayakan dengan Bakar Gunung Apia atau Ronjak Sayak. Tradisi itu dilakukan dengan membakar batok kelapa di atas tungku,  dan baru dibuka pada malam takbiran atau malam ke 27 Ramadhan.

Di Riau, ada tradisi Bernama Batobo. Batobo dilakukan saat orang-orang yang ada baru pulang dari perantauan perantau disuguhi sambutan khusus, yakni rebana. . Mereka diarak melintasi persawahan dan menuju tempat berbuka puasa bersama.

Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir

Lain dengan Riau, tradisi masyarakat Bangka adalah Badulang. Tradisi ini dilakukan setelah sholat ied, salam-salaman lalu kumpul lagi untuk makan bersama di halaman masjid. Makanan dengan berbagai menu ditutup dengan tudung saji.

Mayarakat Muslim Yagyakarta merayakan satu aywal dengan upacara yang mereka sebut Grebeg Syawal.  Warga membuat makanan unik berisi hasil bumi yang ditumpuk seperti gunung, kemudian diarak mengelilingi keraton Yogyakarta oleh tim khsus. Masyarakat sangat antusian mengikuti upacara itu karena setelah upacara selesai, mereka bisa membawa pulang hasil bumi tersebut.

Di Bali, masyarakat Muslim menrayakannnya dengan acara Ngejot.  Tradisi itu dilakukan dengan cara memberikan makanan kepada para tetangga sebagai rasa terim kasih. Makanan yang diberi kepada tetangga berupa makanan siap makan, antara lain berbagai macam kue dan buah-buahan.

Perang Topat adalah tradisi unik dari masyarakat Lombok, Nua Tenggara Barat. Tradisi ini dilakukan dengan saling melempar ketupat. Setelah itu, mereka makan bersama-sama.

Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia

Idul Fitri di Palestina

Konflik berkepanjangan di Palestina tidak menyurutkan warganya untuk tetap merayakan Idul Fitri. Pada momen Idul Fitri 2022 ini, meski sempat diwarnai dengan aksi kerusuhan oleh Zionis Israel pada Ramadhan sebelumnya, Akhirnya masyarakat Palstina di Tepi Barat bisa melaksanakan shalat Idul Fitri di Masjid Al-Aqsa.

Setelah shalat Idul Fitri, mereka memiliki tradisi berkumpul bersama keluarga dan kerabat. Mereka makan dan minum Bersama sebagai bentuk syukur telah menjalani Ramadhan dengan baik.Apa saja tradisi Idul Fitri yang diselenggarakan di Palestina?

Kue Ma’amoul

Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah

Tradisi lebaran di Palestina ini bisa dibilang cukup unik, yaitu membuat kue Ma’amoul. Bahkan, rakyat Palsrina akan mengatakan bukan lebaran namanya kalau tidak ada ma’amoul.

Ma’amoul sendiri tergolong sebagai butter cookie manis yang dibuat dari tepung semolina. Ma’amoul diberi isian buah kering seperti buah ara, kurma, atau kacang-kacangan. Bentuknya mirip nastar namun lebih lebar dan memiliki motif khas di luarnya.

Ziarah ke Makam Syuhada

Sama halnya dengan Indonesia, warga Palestina mengunjungi makam keluarganya Ketika lebara. Mereka mendoakan saudara-saudara yang telah gugur sebagai syuhada seraya bercerita kepada sanak keluarganya yang masih hidup tentang kepahlawanan anggota keluarga yang telah wafat.

Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza

Setelah itu, mereka kemudian berdoa Bersama-sama untuk mendoakan saudaranya yang telah wafat tersebut.

Rakyat Palestina umumnya bersemangat Ketika mendengan kisah heroik para syuhada. Mereka menjadi gigih dan memiliki energi berlipat untuk mempertahankan Al-Aqsa dan tanah Palstina dari pendudukan dan penjajahan Zionis Israel.

Minum Kopi Arab Bersama Keluarga

Satu lagi tradisi lebaran di Palestina yang terkait makanan dan minuman. Selain saling berkunjung ke rumah sanak saudara dan kerabat, mereka biasa menyediakan kopi Arab, lalu minum Bersama.

Baca Juga: Sudah 66 Hari Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Utara

Di tiap rumah biasanya sudah disajikan secangkir kopi Arab, disertai cokelat sebagai camilan. Biasanya makanan ini harus disantap oleh tamu karena jika menolak dianggap tidak sopan. Kopi Arab sendiri dikenal dengan cita rasanya yang berempah karena dibuat dengan kapulaga. Biasanya kopi ini disajikan di teko khusus bernama dallah. (A/P2/P1)

Mi’raj /News Agency (MINA)

Baca Juga: Smotrich: Israel Tolak Normalisasi dengan Saudi jika Harus Ada Negara Palestina

Rekomendasi untuk Anda