Nay Phedaw, 12 Muharram 1437/25 Oktober 2015 (MINA) – Kelompok Budha garis keras di Myanmar meningkatkan kampanye anti-Muslim jelang pemilu 8 November mendatang.
Mereka memaksa Muslim di dekat Yangon untuk menghentikan kewajiban beribadah, termasukmelaksanakan shalat Jumat. Demikian yang diberitakan Kantor Berita Rohingya (RNA) dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Tekanan kelompok Budha dan partai anti-Muslim memaksa otoritas lokal di Thaketa, di pinggiran Yangon untuk menghentikan shalat Jumat di madrasah pada pekan kedua Oktober lalu dengan melibatkan organisasi nasionalis Budha, Myochit Dhamma Network yang sering berpartisipasi dalam protes anti-Muslim.
Seorang anggota komite eksekutif Organisasi Urusan Nasional Muslim Myanmar yang berbasis di Yangon, Ko Ko Latt mengatakan pada 20 Oktober lalu, pihak berwenang memaksa pemimpin madrasah setempat menandatangani perjanjian untuk tidak melaksanakan ibadah (shalat).
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
“Kami mendesak para pemimpin madrasah untuk tenang dan sabar guna menghindari masalah dan memecahkannya dengan jalan damai,” katanya kepada ucanews.
Setidaknya ada sembilan madrasah di perkampungan, tapi satu telah ditutup sejak 2013 setelah rumor menyebar bahwa sekolah tersebut dijadikan masjid. Pihak berwewenang tidak mengizinkan masjid dibangun di perkampungan itu sejak 1962.
Seorang profesor dari Universitas Islam di Sittwe, Muhadris mengatakan, Muslim di Myanmar terus menghadapi masalah di negara mayoritas Budha itu.
“Kami merasa Muslim menjadi target dan diskriminasi,” katanya.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Umat Katolik di Myanmar juga telah berbicara menentang diskriminasi agama, khusus menjelang datangnya pemilu pada 8 November mendatang.
Semua pemimpin agama telah menyepakati kebebasan beragama dan toleransi tetapi beberapa oposisi tampaknya menggunakan agama untuk permainan politik dalam pemilu mendatang,” kata Pastor Thomas Htang Shan Mong, Direktur Konferensi Uskup Komisi Keadilan dan Perdamaian.
Kekerasan agama telah berkobar dalam beberapa tahun terakhir di Myanmar, terutama sejak 2012, di tengah meningkatnya sentimen anti-Muslim. Ini telah dipelopori oleh garis keras rahib Budha dari Komite Perlindungan Ras dan Agama, yang dikenal sebagai Ma Ba Tha.
Ma Ba Tha mendorong dipercepatnya undang-undang yang membatasi ras dan hukum agama.
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai
Beberapa anggota berpengaruh dengan terbuka mendukung Presiden Thein Sein dan mendesak masyarakat untuk tidak memilih Partai Liga Nasional untuk Demokrasi asal Aung San Suu Kyi.
Namun, Ma Ba Tha tidak terlibat dalam masalah madrasah di Thaketa kota, menurut sumber-sumber yang memantau situasi.
Pengamat mengatakan, ada kekhawatiran bahwa “memecah belah agama” sedang digunakan untuk kepentingan politik dalam pemilihan November 8.
“Beberapa kelompok telah memberikan tekanan untuk menghentikan ibadah bagi Muslim sehingga menjadi tren agama digunakan untuk kepentingan politik menjelang pemilu,” kata Aye Lwin, Kepala Konvener untuk Islamic Center Myanmar, yang menjalankan program penyuluhan antar-agama. (T/P004/P001)
Baca Juga: Iran, Rusia, Turkiye Kutuk Kekejaman Israel di Palestina dan Lebanon
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)