Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BUDHA GARIS KERAS MYANMAR TINGKATKAN KAMPANYE ANTI-MUSLIM JELANG PEMILU

Admin - Ahad, 25 Oktober 2015 - 04:51 WIB

Ahad, 25 Oktober 2015 - 04:51 WIB

530 Views ㅤ

Salah-satu-Masjid-milik-Muslim-rohingya
Salah satu Masjid milik Muslim Rohingya (Potho: Thestateless)
Salah-satu-Masjid-milik-Muslim-rohingya

Salah satu Masjid milik Muslim Rohingya (Potho: Thestateless)

Nay Phedaw, 12 Muharram 1437/25 Oktober 2015 (MINA) – Kelompok Budha garis keras di Myanmar meningkatkan kampanye anti-Muslim jelang pemilu 8 November mendatang.

Mereka memaksa Muslim di dekat Yangon untuk menghentikan kewajiban beribadah, termasukmelaksanakan shalat Jumat. Demikian yang diberitakan Kantor Berita Rohingya (RNA) dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Tekanan kelompok Budha dan partai anti-Muslim memaksa otoritas lokal di Thaketa, di pinggiran Yangon untuk menghentikan shalat Jumat di madrasah pada pekan kedua Oktober lalu dengan melibatkan organisasi nasionalis Budha, Myochit Dhamma Network yang sering berpartisipasi dalam protes anti-Muslim.

Seorang anggota komite eksekutif Organisasi Urusan Nasional Muslim Myanmar yang berbasis di Yangon, Ko Ko Latt mengatakan pada 20 Oktober lalu, pihak berwenang memaksa pemimpin madrasah setempat menandatangani perjanjian untuk tidak melaksanakan ibadah (shalat).

Baca Juga: Pakistan Bentuk Komite untuk Boikot Bisnis yang Dukung Israel

“Kami mendesak para pemimpin madrasah untuk tenang dan sabar guna menghindari masalah dan memecahkannya dengan jalan damai,” katanya kepada ucanews.

Setidaknya ada sembilan madrasah di perkampungan, tapi satu telah ditutup sejak 2013 setelah rumor menyebar bahwa sekolah tersebut dijadikan masjid. Pihak berwewenang tidak mengizinkan masjid dibangun di perkampungan itu sejak 1962.

Seorang profesor dari Universitas Islam di Sittwe, Muhadris mengatakan, Muslim di Myanmar terus menghadapi masalah di negara mayoritas Budha itu.

“Kami merasa Muslim menjadi target dan diskriminasi,” katanya.

Baca Juga: Menhan Singapura Sebut AS Kehilangan Dukungan Anak Muda Karena Perang Gaza

Umat Katolik di Myanmar juga telah berbicara menentang diskriminasi agama, khusus menjelang datangnya pemilu pada 8 November mendatang.

Semua pemimpin agama telah menyepakati kebebasan beragama dan toleransi tetapi beberapa oposisi tampaknya menggunakan agama untuk permainan politik dalam pemilu mendatang,” kata Pastor Thomas Htang Shan Mong, Direktur Konferensi Uskup Komisi Keadilan dan Perdamaian.

Kekerasan agama telah berkobar dalam beberapa tahun terakhir di Myanmar, terutama sejak 2012, di tengah meningkatnya sentimen anti-Muslim. Ini telah dipelopori oleh garis keras rahib Budha dari Komite Perlindungan Ras dan Agama, yang dikenal sebagai Ma Ba Tha.

Ma Ba Tha mendorong dipercepatnya undang-undang yang membatasi ras dan hukum agama.

Baca Juga: Bangladesh Larang Pertemuan Massa di Dhaka setelah 45 Orang Tewas

Beberapa anggota berpengaruh dengan terbuka mendukung Presiden Thein Sein dan mendesak masyarakat untuk tidak memilih Partai Liga Nasional untuk Demokrasi asal Aung San Suu Kyi.

Namun, Ma Ba Tha tidak terlibat dalam masalah madrasah di Thaketa kota, menurut sumber-sumber yang memantau situasi.

Pengamat mengatakan, ada kekhawatiran bahwa “memecah belah agama” sedang digunakan untuk kepentingan politik dalam pemilihan November 8.

“Beberapa kelompok telah memberikan tekanan untuk menghentikan ibadah bagi Muslim sehingga menjadi tren agama digunakan untuk kepentingan politik menjelang pemilu,” kata Aye Lwin, Kepala Konvener untuk Islamic Center Myanmar, yang menjalankan program penyuluhan antar-agama. (T/P004/P001)

Baca Juga: China Dukung Rekonsiliasi Faksi Palestina

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Ilustrasi (Foto: Freepik @freepik)
Kolom
Khadijah
Palestina
Khadijah
Kolom