PERANG terbaru yang terjadi di Gaza telah menjadi salah satu babak yang memalukan bagi Zionis Israel. Meskipun mereka kerap membanggakan kekuatan militer dan teknologi canggih, sejumlah fakta di lapangan menunjukkan bahwa mereka justru mengalami kekalahan telak di berbagai aspek.
Kekalahan Zionis Israel tidak hanya terlihat di medan perang, tetapi juga dalam diplomasi, opini publik global, hingga tekanan internal di dalam negeri Israel sendiri. Bukti-bukti kekalahan Zionis Israel dalam konflik banyak digambarkan oleh para pakar, pengamat dan analis internasional. Berikut bukti-buktinya:
Kegagalan Mencapai Tujuan Militer
Tiga tujuan utama Israel dalam perang ini adalah untuk menguasai Gaza, sebagaimana disampaikan pemimpinnya Benyamin Netanyahu dalam berbagai kesempatan, yaitu: melenyapkan kelompok Hamas, dan mengembalikan tahanan Israel yang ditahan di Gaza. Namun, tidak satu pun dari tujuan itu tercapai.
Baca Juga: Adab Bertamu dan Menerima Tamu Menurut Syariat Islam
Pejuang Palestina, Hamas dan lainnya masih tetap eksis, bahkan memperlihatkan kemampuan bertahan yang mengesankan meskipun diserang oleh militer Israel yang memiliki persenjataan jauh lebih modern.
Gaza tetap berada di bawah kontrol rakyat Palestina. Para penduduk Gaza saat ini mulai kembali lagi ke rumah-rumah mereka. Bahkan pasukan Zionis Israel sudah mundur sepenugnya dari Gaza sebagai implementasi dari kesepakatan gencatan senjata.
Pertukaran Sandera yang Merugikan Israel
Dalam konflik ini, kesepakatan pertukaran sandera menjadi salah satu momen yang mempermalukan Zionis Israel di mata dunia. Tiga sandera Palestina berhasil ditukar dengan 600 tahanan Israel.
Baca Juga: Media dan Tantangan Pemberitaan Perjuangan Palestina
Pertukaran ini menunjukkan bahwa pejuang Palestina memiliki posisi tawar yang kuat dalam diplomasi, sehingga Israel terpaksa menerima syarat-syarat yang diajukan pejuang Palestina.
Gencatan Senjata yang Tidak Menguntungkan Israel
Gencatan senjata yang diumumkan setelah konflik berlangsung juga mencerminkan kekalahan Zionis Israel. Gencatan senjata jelas bukan hasil kemenangan militer Israel, melainkan tekanan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat internasional.
Dewan Keamanan PBB, sejumlah negara besar, dan organisasi hak asasi manusia mendesak penghentian kekerasan karena tingginya jumlah korban sipil di Gaza.
Baca Juga: Nilai-Nilai Islam untuk Atasi Perubahan Iklim Global
Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari sedikitnya 48.000 warga Palestina, termasuk anak-anak dan wanita, menjadi korban jiwa selama konflik. Jumlah yang besar itu memicu kritik tajam terhadap Israel yang dianggap melakukan kejahatan perang, kejahatan kemanusiaan, bahkan aksi genosida.
Tekanan dari Masyarakat Dunia
Demonstrasi besar-besaran terjadi di berbagai negara untuk mendukung rakyat Palestina dan mengecam tindakan Israel. Kota-kota besar seperti London, Paris, Jakarta, Istanbul, dan New York dipenuhi ribuan orang yang menyerukan penghentian agresi di Gaza.
Tagar seperti #FreePalestine dan #StopIsraeliTerror menjadi trending di media sosial global, memperlihatkan dukungan luas untuk rakyat Palestina.
Baca Juga: Mengapa Donald Trump Ingin Menguasai Jalur Gaza, Palestina?
Selain itu, berbagai organisasi internasional, termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch mengeluarkan laporan yang mengutuk pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel. Tekanan ini membuat Israel semakin terisolasi di kancah perpolitikan global dan panggung dunia.
Tekanan Internal di Israel
Kekalahan di Gaza juga memicu tekanan internal di dalam negeri Israel. Protes besar-besaran terjadi di Tel Aviv dan kota-kota lain, di mana warga Israel mengecam kebijakan pemerintah yang dianggap gagal melindungi keamanan rakyatnya.
Selain itu, berbagai kelompok politik oposisi menggunakan momen ini untuk menyerang kebijakan Perdana Menteri Israel, menuduhnya tidak mampu menangani konflik dengan baik.
Baca Juga: [Populer MINA] Erdogan ke Indonesia, Rencana Trump di Gaza Tertolak
Menurut survei lokal, tingkat kepercayaan terhadap pemerintah Israel turun drastis setelah perang ini. Banyak warga Israel yang merasa bahwa konflik ini hanya memperburuk situasi keamanan mereka, bukannya membawa solusi.
Gelombang Boikot Produk Israel Semakin Meningkat
Gelombang boikot terhadap produk-produk Israel juga meningkat di berbagai negara. Kampanye “Boycott, Divestment, and Sanctions” (BDS) kembali mendapatkan momentum, dengan banyak konsumen yang memutuskan untuk tidak membeli produk buatan Israel.
Beberapa perusahaan besar bahkan menghadapi tekanan untuk menghentikan hubungan bisnis dengan entitas yang terkait dengan pendudukan Israel.
Baca Juga: Turunnya Nabi Isa AS di Akhir Zaman: Tanda Besar Kiamat dan Misi Penyelamatannya
Aksi Solidaritas yang Menginspirasi
Di sisi lain, aksi solidaritas terhadap rakyat Palestina semakin menguat. Konvoi bantuan kemanusiaan, penggalangan dana, dan kampanye kesadaran publik menjadi bukti nyata bahwa dukungan untuk Palestina semakin luas.
Kekalahan Zionis Israel dalam perang di Gaza terlihat dari berbagai dimensi, baik militer, diplomasi, maupun opini publik global. Kegagalan mencapai tujuan strategis, tekanan internasional yang semakin besar, protes internal, hingga aksi boikot adalah bukti bahwa Israel tidak berhasil mendominasi dalam konflik ini.
Sebaliknya, rakyat Palestina mendapatkan lebih banyak dukungan dari dunia, baik dalam bentuk solidaritas maupun pengakuan terhadap hak-hak mereka. Situasi ini menjadi pengingat bahwa kekuatan militer saja tidak cukup untuk memenangkan perang, terutama jika melibatkan pelanggaran kemanusiaan yang mencederai hati nurani dunia. []
Baca Juga: Mengapa Israel Gagal Kalahkan Hamas?
Mi’raj News Ageny (MINA)