Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Buku Kedua Situs Bongal Ungkap Perdagangan Maritim Dunia Islam Abad 7–10 M

Mujiburrahman Editor : Rana Setiawan - 1 jam yang lalu

1 jam yang lalu

9 Views ㅤ

Peluncuran dan Bedah Buku ”Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad I-IV H/VII-X M” di Kampus BRIN Kawasan Sains dan Teknologi Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Selasa (12/8/2025).(Foto: Rana/MINA)

Jakarta, MINA Setelah sukses dengan penerbitan perdana “Bukti-bukti Arkeologi Situs Bongal, Bandar Perniagaan Global di Pantai Barat Sumatra Abad 7–10 M”, hasil elaborasi riset arkeologi bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kini terbit karya lanjutan yang memperdalam sejarah peradaban maritim di Samudra Hindia.

Buku kedua yang ditulis oleh Abu Bakar Said dan Ery Soedewo itu diterbitkan Sultanate Institute. Isinya mengupas dampak aktivitas komersial dan interaksi ekonomi melalui jalur globalisasi maritim, dengan fokus pada hubungan perdagangan maritim Dunia Islam dan kawasan pesisir Barat Sumatra pada abad I–IV Hijriah atau 7–10 Masehi.

Kepala Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN, M. Irfan Mahmud, menjelaskan buku tersebut menyajikan beragam data arkeologis yang diinterpretasikan secara historis, hasil sintesis studi literatur dan laporan penelitian, khususnya di wilayah pesisir Barat Sumatra.

“Bukti-bukti ini ditunjukkan dengan temuan artefaktual yang melimpah dan beragam, seperti koin Arab-Sasaniyah, koin berinskripsi Arab dari masa Daulah Umawiyah dan Abbasiyah, keramik, kaca, manik-manik, logam, alat medis, fragmen kayu kapal, tali ijuk dengan berbagai simpul, hingga artefak berinskripsi Arab lainnya,” ungkap Irfan pada Peluncuran dan Bedah Buku ”Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad I-IV H/VII-X M” di Kampus BRIN Kawasan Sains dan Teknologi Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Selasa (12/8).

Baca Juga: Puan Surati PBB, Desak Tindakan Nyata Atasi Krisis Kemanusiaan di Gaza

Sementara salah satu penulis buku tersebut, Dr. Ery Soedewo, yang juga Arkeolog Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan BRIN menjelaskan, temuan tersebut menunjukkan keterlibatan awal dan aktif Sumatra dalam perdagangan maritim dunia. Letaknya yang strategis, diapit Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikannya penghubung penting antara Samudra Hindia, meliputi Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan, dengan Asia Timur hingga Pasifik.

Aktivitas pelayaran dan perdagangan lintas benua itu membentuk jaringan kota pelabuhan di Sumatra yang terhubung dengan pasar global. Interaksi budaya yang kompleks pun terjalin antara pedagang asing dan masyarakat lokal, memacu pertumbuhan ekonomi, produktivitas, dan pasokan bahan baku di kota-kota sepanjang jalur perdagangan.

Kota-kota dunia Islam di sepanjang rute Samudra Hindia pun mendapatkan manfaat langsung dari perdagangan ini, termasuk hubungan erat antara para pedagang Muslim dari Jazirah Arab dan Teluk Persia dengan China sejak pertengahan abad ke-7 M.

Sejak 2020, Sultanate Institute dengan dukungan PT Media Literasi Nesia menjalin kerja sama riset sejarah dan arkeologi dengan Balai Arkeologi Sumatra Utara, kini bagian BRIN.

Baca Juga: Sultanate Institute Gelar Konferensi Internasional Aromatik Islam di Situs Arkeologi Bongal

Hasilnya antara lain berupa penelitian ekskavasi arkeologi berkelanjutan di Situs Bongal, Desa Jago-jago, Kecamatan Badiri, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, yang dilaksanakan pada 2021 dan 2022, yang kemudian didirikan Museum Fansuri Situs Bongal dalam upaya konservasi sebagai upaya pelestarian dan edukasi publik..

Hasil elaborasi penelitian tersebut juga telah banyak diterbitkan melalui publikasi ilmiah bertaraf internasional, seperti Jurnal Archipel, SPAFA, World Archaeological Congress (WAC) di Darwin Australia, International Forum on Spice Route (IFSR), Spiced Islam Internasional Conference, dan Museums and Their Role in Tourism Development International Conference (Oman).

Founder Sultanate Institute, Abu Bakar, menegaskan bahwa buku “Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad I–IV H/VII–X M” bukan sekadar publikasi ilmiah, tetapi juga sebuah upaya membangun kesadaran kolektif akan peran strategis Nusantara dalam sejarah perdagangan maritim global.

“Temuan-temuan dari Situs Bongal adalah bukti otentik yang menempatkan pesisir Barat Sumatra sebagai simpul penting jejaring maritim dunia Islam sejak abad ke-7 M. Melalui buku ini, kami ingin membuka kembali pintu sejarah yang selama ini tertutup kabut waktu, agar generasi sekarang memahami bahwa konektivitas global bukanlah fenomena baru, melainkan warisan panjang yang harus kita jaga,” ujarnya.

Baca Juga: JMSI Batang-Pekalongan Kecam Keras Pembunuhan Jurnalis di Gaza

Abu Bakar juga menekankan bahwa penelitian tersebut bukan hanya untuk kepentingan akademis, tetapi juga untuk memperkuat identitas budaya dan posisi Indonesia dalam peta sejarah dunia.

“Warisan ini adalah modal sosial dan kultural yang bernilai tinggi, yang dapat menginspirasi riset lanjutan, diplomasi budaya, dan penguatan literasi sejarah maritim di tanah air,” tambahnya.

Buku tersebut tidak hanya merekam jejak sejarah, tetapi juga menjadi pengingat akan peran strategis Nusantara dalam membentuk peradaban maritim Islam yang menghubungkan tiga benua selama lebih dari satu milenium. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Lembaga Greenpress Indonesia Kecam Serangan Udara Israel yang Tewaskan Jurnalis

Rekomendasi untuk Anda