Jakarta, MINA – Darma Wanita Persatuan (DWP) Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyemarakkan Bulan Bahasa dan Sastra Tahun 2021 sebagai kampanye membangun budaya literasi dalam keluarga.
Bulan Bahasa dan Sastra Tahun 2021 yang jatuh pada bulan Oktober setiap tahun. Dalam memeriahkannya, tahun ini menggelar webinar bertema “Menyiapkan Ekosistem untuk Membangun Literasi dalam Keluarga” secara hybrid dengan protokol kesehatan yang ketat, Selasa, (26/10).
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, E. Aminudin Aziz, pada sambutannya mengatakan, dasar literasi adalah baca tulis, tetapi kemudian dikembangkan menjadi konsep yang lebih luas, seperti menumbuhkan kemampuan untuk menganalisis, mensintesis, menilai, dan mencipta.
“Kemampuan kreatif inilah yang kita semua harapkan bisa dimiliki oleh semua anak kita sebab kreativitas selalu tanpa batas,” ujarnya.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Ia menyebut, budaya literasi di Indonesia masih tergolong rendah. Untuk itu, Kemendikbudristek melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) telah memulai program literasi sejak 2016 dengan meluncurkan berbagai program, salah satunya adalah Gerakan Literasi Nasional (GLN).
Sasaran dari GLN ini adalah sekolah, masyarakat, dan keluarga tujuannya menumbuhkan kesadaran bahwa literasi adalah kemampuan yang wajib dimiliki oleh setiap orang agar bisa menjalankan kehidupan dengan baik dan benar.
Pada kesempatan sama, Franka Makarim Penasihat DWP Kemendikbudristek menyampaikan bahwa membaca sangat penting bagi anak-anak. Sebab tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga dapat membangun karakter.
“Membangun kebiasaan membaca dalam keluarga itu, apalagi di tengah perkembangan media sosial yang begitu cepat saat ini, anak-anak seringkali lebih tertarik menggunakan gawai daripada membaca buku. Namun tidak menutup kemungkinan untuk membangun ekosistem yang kuat di keluarga dan kuncinya ada di diri kita sendiri sebagai orang tua,” ucap Franka.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Menurut Franka, dua hal penting untuk menumbuhkan kemampuan literasi pada anak. Pertama, menyediakan beragam pilihan bacaan di rumah dan membiarkan anak untuk memilih buku bacaan yang disukainya. Kedua, mengajak anak berdiskusi tentang buku yang sedang atau sudah dibaca untuk melatih kemampuan anak dalam mengolah informasi yang diperoleh dan mengutarakan pendapat.
“Kita perlu memerdekakan anak-anak kita untuk menentukan pilihan, tapi dengan pengawasan kita. Sebab jika orang tua memaksakan buku-buku apa yang harus dibaca, rasa cinta tidak mungkin akan terbentuk dalam hati anak-anak kita,” jelasnya.
Ia juga menggarisbawahi bahwa keluarga memiliki peran strategis dalam pencapaian literasi anak. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama yang menanamkan pengetahuan untuk keberhasilan anak tidak hanya di sekolah tetapi dalam kehidupannya di masa depan.(R/R5/P2)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September
Mi’raj News Agency (MINA)