Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bulan Rajab Momentum Tingkatkan Solidaritas Al-Aqsa dan Palestina

Ali Farkhan Tsani - Senin, 15 Januari 2024 - 19:36 WIB

Senin, 15 Januari 2024 - 19:36 WIB

2 Views

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds Internasional, Wartawan Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

Pekan ini kita memasuki pekan pertama pada bulan Rajab, yang umumnya identik dengan bulan peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Umumnya disebutkan pada tanggal 27 Rajab. Walaupun ada yang menyebut di luar bulan Rajab.

Terlepas dari perbedaan itu, yang jelas mukjizat Isra’ Mi’raj itu tercantum di dalam kitab suci Al-Quran, pada Surat Al-Isra ayat 1 :

سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلاً۬ مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِى بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُ ۥ لِنُرِيَهُ ۥ مِنۡ ءَايَـٰتِنَآ‌ۚ إِنَّهُ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ

Baca Juga: Islam Mengatur Peperangan, Membangun Perdamaian

Artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Al-Isra [17] : 1).

Peristiwa luar biasa Isra’ Mi’raj terjadi ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya berada dalam situasi tekanan, hinaan dan penindasan yang kuat dari kaum musyrikin di Mekkah, pada awal dakwah Islam.

Ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam baru saja ditinggal wafat isterinya tercinta Khadijah Al-Kubra, pendamping sejati, pembela dan pendukung utama perjuangan risalah dakwahnya.

Pada saat beriringan, Rasulullah juga baru saja berduka karena meninggalnya Abu Thalib pamannya, yang selama ini turut menjadi tameng pembela perjuangan dakwahnya. Itulah tahun duka cita atau disebut dengan ‘amul hazn’.

Baca Juga: Memahami Makna Hidup Berjama’ah

Oleh karena itu, Isra Mi’raj dianggap sebagai hiburan (tasliyah) dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang tengah berduka saat itu. Peristiwa Isra Mi`raj juga merupakan penghormatan Allah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sekaligus tanda bahwa Rasulullah mempunyai derajat yang jauh lebih tinggi dari para Nabi sebelumnya.

Saat perjalanan Isra Mi’raj itu, begitu tiba di kompleks Masjid Al-Aqsa, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengimami shalat ruh para Nabi dan Rasul utusan Allah, sebelum naik Mi’raj ke langit. Menjadi imam shalat merupakan penanda bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah pemimpin dan penghulu para Nabi dan Rasul utusan Allah.

Sehubungan kita saat ini berada pada bulan Rajab, maka perlu kiranya digaungkan kembali inspirasi Isra Mi’raj tersebut agar nilai, makna dan hikmahnya terus muncul sebagai energi spirit penyemangat perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina.

Shalahuddin Al-Ayyubi Bebaskan Palestina

Baca Juga: Larangan Memberikan Loyalitas dan Pertemanan dengan Yahudi

Masih berkaitan dengan bulan Rajab sebagai bulan Isra Mi’raj, adalah kisah heroik  ketika Yusuf bin Najmuddin Al-Ayyubi, atau dikenal dengan Shalahuddin Al-Ayubi bersama bala pasukannya, pada 27 Rajab 583 H (2 Oktober 1187 M). Panglima Shalahuddin berhasil merebut kembali Masjid Al-Aqsa dan mengembalikan fungsinya sebagai masjid dengan mengumandangkan azan setelah vakum selama 88 tahun, menggantikan lonceng gereja.

Pada malam Isra Mi’raj, yang masyhur disebut pada tanggal 27 Rajab, setelah Kota Yerusalem berhasil direbut oleh kaum Muslimin, semua bersujud syukur, dipimpin Panglima Shalahuddin Al-Ayyubi.

Kerinduan terhadap Al-Aqsa pun terobati. Semua ummat Islam berbondong-bondong menuju Masjid kebanggaan umat Islam tersebut untuk mempersiapkannya sebagai tempat shalat Jumat berjamaah.

Setelah azan dikumandangkan, Hakim Muhyiddin bin Zakinuddin dalam Khutbah Jumatnya menyampaikan mukadimah dengan firman Allah :

Baca Juga: Bahaya Sifat Egois

فَقُطِعَ دَابِرُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ ۚ وَٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya: “Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”. (Q.S. Al-An’am [6] : 45).

Hakim Muhyiddin menguraikan, “Wahai sekalian manusia, berbahagialah dengan ridha Allah yang merupakan tujuan utama. Allah telah memudahkan untuk mengembalikan Al-Aqsa dari ummat yang tersesat. Ini adalah negeri bapak kita, Ibrahim Alaihi Salam dan lokasi persinggahan Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasalam, serta menjadi kiblat pertama kita umat Islam.  Di sinilah, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasalam menunaikan shalat bersama para malaikat”.

“Beruntunglah wahai para tentara. Di tangan kalian telah ditampakkan mukjizat kenabian dan tanda-tanda kemenangan Perang Badar, tekad seorang Abu Bakar Ash-Shiddiq, pembebas Umar bin Khattab, kehebatan tentara Utsman bin Affan dan kepiawaian Ali bin Abi Thalib”.

Baca Juga: Muharram 1446 Saatnya Resolusi Hijrah

“Kalian telah mengembalikan kejayaan Qodisiyah, peristiwa Yarmuk dan Khaibar untuk Islam. Allah akan membalas jasa dan segala daya upaya yang kalian kerahkan untuk melawan musuh. Allah akan menerima darah dan pengorbanan para syuhada dan menggantinya dengan surga-Nya kelak”.

“Bersyukurlah selalu atas nikmat ini dan jaga selalu nikmat-Nya. Inilah hari pembebasan, pintu-pintu langit dibuka untuk kita. Wajah orang-orang yang teraniaya kembali cerah dan para malaikat pun bersuka-cita. Mata para Nabi dan Rasul-Nya teduh kembali. Bukankah Al-Aqsa adalah rumah para Nabi, dipuji para rasul dan keberadaannya disebut dalam empat kitab suci kalian?”.

“Pujilah Allah yang telah membimbing kalian atas apa yang tidak mampu dilakukan oleh generasi terdahulu. Dia menyatukan kalian yang tercerai-berai.”

“Sekarang, para malaikat langit akan meminta ampunan dan mendoakan yang terbaik untuk kalian. Pertahankanlah selalu anugerah ini dan jagalah selalu nikmat ini dengan ketakwaan kepada Allah. Dengan takwa itulah, seseorang akan selamat, dan barang siapa yang berpegang teguh kepada tali-Nya, Al-Quran dan As-Sunnah, maka ia akan selalu dijaga Allah”.

Baca Juga: Memberantas Judi Online di Masyarakat

“Dan, waspadailah kehadiran setan yang akan membisikkan ke telinga kalian bahwa kemenangan ini mutlak karena hunusan pedang dan kehebatan kuda kalian di medan jihad. Padahal itu semua tidak berarti tanpa pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah berfirman:

وَمَا ٱلنَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِندِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Artinya: “Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al-Anfal [8] : 10).

Semangat pembebasan Masjid Al-Aqsa, inspirasi Isra Mi’raj, itu pulalah yang menjadi inspirasi Komandan Perang Salahuddin Al-Ayyubi yang bersumpah kepada dirinya, untuk tidak akan tersenyum selama hidupnya sebelum membebaskan Masjid Al-Aqsa.

Baca Juga: Istiqamah dalam Da’wah dengan Memperkuat Ukhuwah Islamiyah

Kini, bertepatan dengan hadirnya kembali bulan Rajab, menjelang bulan Sya’ban dan puncaknya bulan suci Ramadhan, upaya pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Palestina harus terus digulirkan dan ditingkatkan secara massif melalui berbagai cara dan media, di segala lini dan wilayah, ke seluruh dunia.

Demikian halnya, lembaga-lembaga kemanusiaan yang berkaitan dengan Al-Aqsa atau Palestina harus terus meningkatkan dan mengintensifkan koordinasi, sinergi dan kolaborasi yang kokoh dan kompak. Kegiatan-kegiatan seperti pelatihan (daurah), literasi, edukasia, penerbitan, tabligh akbar, pameran foto, pemutaran film, diskusi, webinar, pembelajaran di kelas-kelas, hingga penyaluran donasi harus terus diprogramkan di sepanjang bulan Rajab ini.

Upaya-upaya pressure melalui jalur advokasi, diplomasi, media massa online, dan aksi-aksi lapangan seperti gowes sepeda, longmarch, pendakian gunung, dan sebagainya juga perlu terus diprogramkan dengan terus-menerus.

Semua upaya pembebasan Al-Aqsa dan Palestina tersebut, tentu saja akan menjadi kuat dan kokoh manakala kaum Muslimin bersatu padu, hidup berjama’ah secara terpimpin, dan menjauhi perpecahan.

Baca Juga: 10 Kunci Meraih Sukses Menurut Petunjuk Al-Quran

Sebagaimana Allah tegaskan di dalam ayat-Nya:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَآءً فَاَ لَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖۤ اِخْوَا نًا

Artinya: “Dan berpegang teguhlah kalian semuanya pada tali (agama) Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara….” (Q.S. Ali ‘Imran [3] : 103).

Pada sebuah hadits menekankan makna persatuan dan persaudaraan sesama orang beriman:

Baca Juga: Terima Kasih Palestina

الْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ لَا يخذلهُ ولا يحقره وَلَا يُسْلِمُهُ

Artinya: “Seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin lainnya, dia tidak membiarkannya (di dalam kesusahan), tidak boleh merendahkannya, dan tidak boleh menyerahkannya (kepada musuh)”. (H.R. Bukhari dan Muslim).

Begitulah, mereka yang sedang terjajah di bumi penuh berkah Palestina, adalah juga saudara-saudara kita yang memanggil rasa solidaritas, persaudaraan, kemanusiaan dan keimanan kita.

Upaya mewujudkan solidaritas Al-Aqsa itu, sesuai dengan hadits yang menyebutkan :

Baca Juga: Umur yang Barokah

عَنْ مَيْمُونَةَ مَوْلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم أَنَّهَا قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَفْتِنَا فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَقَالَ أَرْضُ الْمَنْشَرِ والْمَحْشَرِ إَيتُوهُ فَصَلُّوا فِيهِ فَإِنَّ صَلَاةً فِيهِ كَأَلْفِ صَلَاةٍ قَالَتْ: أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ نُطِقْ أَنْ نَتَحَمَلَ إِلَيْهِ أَوْ نَأْتِيَهُ؟ قَالَ  فَأَهْدِينَ إِلَيْهِ زَيْتًا يُسْرَجُ فِيهِ فَإِنَّ مَنْ أَهْدَى لَهُ كَانَ كَمَنْ صَلَّى فِيهِ

Artinya: “Dari Maimunah pembantu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Ya Nabi Allah, berikan fatwa kepadaku tentang Baitul Maqdis.” Nabi menjawab, “Tempat dikumpulkanya dan disebarkannya (manusia). Maka datangilah ia dan shalatlah di dalamnya. Karena shalat di dalamnya seperti shalat 1.000 rakaat di selainnya.” Maimunah bertanya lagi, “Bagaimana jika aku tidak bisa. “Maka berikanlah minyak untuk penerangannya. Barangsiapa yang memberikannya, maka seolah-olah ia telah mendatanginya.” (H.R. Ahmad).

Kewajiban ‘mengirimkan minyak’ agar menjadi penerang Masjidil Aqsa, sebuah kewajiban sepanjang masa. Tentu bukan sekedar mengirim ‘minyak’ dalam arti harfiah. Sebuah perjuangan pembebasan Masjidil Al-Aqsa milik umat Islam secara keseluruhan, melalui berbagai upaya, baik harta, ilmu, lisan dan tulisan, hingga jiwa dan raga.

Adapun secara keseluruhan, warga dan tanah Palestina masih dalam keadaan terjajah oleh pendudukan Zionis. Palestina menjadi satu-satunya negara yang masih dalam penjajahan pada abad modern yang katanya menghormati hak asasi manusia saat ini. Karena itu, bagi kita kaum Muslimin, maka menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita bersama untuk membantu saudara-saudara kita yang terdzalimi.

Termasuk kewajiban kita adalah menolong saudara-saudara kita yang masih tertawan, seperti masih banyaknya para tahanan warga Palestian di penjara-penjara pendudukan Israel, baik laki-laki, perempuan, orang tua hingga anak-anak.

Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan di dalam sebuah hadits:

فُكُّوا الْعَانِيَ وَأَطْعِمُوا الْجَائِعَ، وَعُودُوا الْمَرِيضَ

Artinya : “Bebaskan orang yang sedang tertawan, berikanlah makan kepada orang yang sedang kelaparan, dan jenguklah orang sedang sakit”. (H.R. Bukhari).

Semoga Allah menjadikan kita sebagai bagian dari upaya pembebasan Al-Aqsa dan Palestina sesuai dengan amanah, fungsi dan peran kita masing-masing, secara berjama’ah. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin. Allahu Akbar ! Al-Aqsa HAqquna ! (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Penulis, Ali Farkhan Tsani, dapat dihubungi melalui WA : 0858-1712-3848, atau Email : [email protected]

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Khadijah
Khadijah
Kolom