Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bulan Ramadhan Ajarkan Nilai-Nilai Pendidikan

Insaf Muarif Gunawan - Kamis, 21 Maret 2024 - 10:32 WIB

Kamis, 21 Maret 2024 - 10:32 WIB

22 Views

Oleh: Ansaf Muarif Gunawan, Wartawan Kantor Berita MINA

Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirmaAl-Qur’an Baqarah [2]: 183.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Bulan Ramadhan mengajarkan nilai-nilai pendidikan. Berpuasa di bulan Ramadhan juga bisa dikatakan sebagai bulan Syahru at-Tarbiyyah atau bulan pendidikan karena di dalamnya banyak amalan-amalan yang mengandung nilai-nilai pendidikan.

Banyak faktor yang mendorong seseorang untuk belajar di bulan Ramadhan. Dorongan reward pahala yang banyak salah satunya. Seseorang akan lebih rajin beribadah ke masjid atau di rumah jika datang bulan Ramadhan.

Ramadhan merupakan bulan latihan, latihan untuk merubah diri pada aspek sikap sehingga dapat bersikap lebih baik. Selain itu, larangan-larangan yang ada di bulan Ramadhan menjadi faktor terjadinya perubahan pada diri seseorang. Namun yang perlu diingat adalah bulan Ramadhan merupakan proses untuk berlatih melakukan perubahan.

Latihan tersebut selayaknya akan menjadi kebiasaan dan terbawa setelah selesai bulan Ramadhan. 30 hari bulan Ramadhan merupakan proses mendidik dan belajar hingga akan terlihat keberhasilan proses Pendidikan setelah selesai bulan Ramadhan.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Ramadhan bulan pendidikan dalam berbagai hal:

1.Pendidikan Kedisiplinan

Dalam bulan Ramadhan ini kita dilatih untuk disiplin, di antaranya adalah disiplin pada waktu berbuka, disiplin pada waktu makan sahur, disiplin menaati aturan atau ketentuan-ketentuan lain agar tidak membatalkan puasa.

Disiplin pada saat berbuka tergambar dalam hal waktu, karena walaupun kurang satu detik sekalipun, tapi kalau belum masuk waktu sholat maghrib maka kita belum boleh berbuka. Begitu juga pada saat sahur, walaupun makanan masih tersedia banyak di piring dan seenak apapun makanan itu, namun kemudian waktu sahur sudah habis, maka wajib kita berhenti makan sahur. Tepat waktu inilah sebagai Pendidikan dan Latihan dalam kedisiplinan.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Puasa dapat digunakan sebagai sarana membangun budaya disiplin.  Makna nilai nilai tersebut antara lain:

Pertama, disiplin mentaati hukum Allah yaitu mendidik manusia untuk mentaati semua larangan larangan dan menjalankan perintah perintah Allah. Meskipun sebenarnya perintah dan larangan Allah sudah ada, tetapi pada saat puasa Ramadhan kita biasanya meningkatkan amal sholeh. Misalnya shalat tarawih, tadarus, iktikaf, bersedekah dan perbuatan perbuatan baik lainya. Persepsi ini yang  dapat  membentuk perilaku manusia menjadi lebih baik di bulan Ramadhan.

Kedua, Disiplin mengelola diri, dengan puasa harus menahan amarah, ghibah atau perbuatan perbuatan lain yang biasanya bebas tetapi karena kita sedang puasa maka harus mengelola diri agar puasa kita sempurna. Tidak dirusak oleh perbuatan perbuatan yang yang menyebabkan rusaknya amalan puasa antara lain berkata kotor, bertindak tidak pantas, berselisih, mencaci, mencela  bahkan berbohong

Ketiga, Disiplin untuk jujur,  puasa melatih kita untuk jujur, mengatakan yang sebenarnya, karena puasa merupakan ibadah yang yang hanya diketahui  oleh Allah dan orang yang melaksanakan puasa.

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Dalam kondisi apapun walaupun orang lain tidak melihat maka kita tidak makan, tidak minum dan benar benar melatih diri  dan menyadari kehadiran Allah dalam hidupnya. Segala aktivitas pasti diketahui Allah, apabila keyakinan ini kita disiplin terus menjaga maka akan membentuk manusia yang jujur.

Keempat, Disiplin membiasakan diri yaitu membiasakan ibadah yang dilakukan selama bulan puasa Ramadhan. Kemudian berlanjut  dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari hari di luar bulan suci Ramadhan.

Disiplin menjalankan ibadah ini jika telah menjadi kebiasaan, maka akan menumbuhkan kesadaran untuk selalu dekat kepada Allah. Memang waktu puasa di bulan Ramadhan berbeda dengan waktu di luar Ramadhan. Namun paling tidak kebiasaan ini akan membentuk karakter seseorang agar selalu takwa.

2. Pendidikan Kejujuran

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Hal ini dapat dirasakan oleh setiap orang yang berpuasa. Walaupun ada kesempatan untuk makan dan minum, namun hal tersebut tidak dilakukan. Kita dilatih untuk jujur, walaupun dalam keadaan sendirian.

Walaupun memungkinkan kita untuk berbohong dengan cara makan serta minum, dan setelah itu kita mengaku masih berpuasa kepada semua orang. Begitu juga kebohongan-kebohongan yang lain, sangat mungkin untuk dilakukan.

Selanjutnya, Sifat jujur adalah salah satu sifat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Beliau adalah suri tauladan yang baik bagi umat manusia. Beliau memiliki sifat mulia sejak kecil.

Jujur ini sifat yang langsung dicontohkan oleh Nabi dan orang-orang saleh terdahulu. Terlebih kita dalam keadaan berpuasa, karena ibadah puasa itu sangat memerlukan kejujuran dalam melaksanakan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui wahana puasa.

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah

Orang-orang yang berpuasa akan takut kepada Allah, jika makan, minum sembunyi-sembunyi dan melakukan hal-hal yang lain dapat menjerumuskan untuk kemaksiatan.

Akan tetapi orang yang berpuasa insya-Allah jarang sekali ingin melakukan bohong, karena mereka tahu tidak ada gunanya. Maka di sinilah kita diajarkan bagaimana pentingnya pendidikan jujur di dalam bulan Ramadhan. Bahkan dengan jujur akan mendatangkan kebaikan, yaitu dimasukan ke dalam surga. Sementara kebohongan akan membawa kepada ke jahatan, dan kebohongan akan membawa ke neraka.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا  وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّا وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh

Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke sorga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa ke neraka.Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong,” (HR. Muslim).

Menurut Imam Al-Ghazali, sifat jujur atau benar (siddiq) dibagi atas 3, yakni:
1. Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam sengaja tindakan dan gerakannya, selain dorongan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu kesesuaian antar berita yang diterima dengan yang disampaikan. Menepati janji termasuk jujur dalam perkataan.
3. Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu beramal dengan sungguh-sungguh, sehingga perbuatan yang terlihat menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnya.

3. Pendidikan Mengendalikan Nafsu dan Amarah

Selanjutnya bagi orang yang berpuasa yaitu pendidikan untuk mengendalikan hawa nafsu dan amarah. Sudah menjadi fitrah manusia dianugerahi dengan hawa nafsu atau keinginan yang bersifat menyimpang. Begitu juga amarah yang sangat mudah terpancing sewaktu-waktu terhadap apa yang dirasakan kurang tepat dengan kehendak dan angan-angan.

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam

Nilai-nilai pendidikan dalam bulan Ramadhan, kita dididik untuk melawan hawa nafsu. Puasa adalah salah satu cara yang paling tepat untuk mendidik, karena kita dididik untuk melawan. Dengan demikian barangsiapa yang dapat mengendalikan hawa nafsu akan bahagia dunia dan akhirat. Namun untuk mengendalikan hawa nafsu tidak semudah kita membalikan kedua telapak tangan. Karena itu, banyak orang di dunia ini yang tidak dapat mengendalikan hawa nafsu.

Di dalam Kitab Durratun Nasihin disebutkan, “Hawa nafsu akan semakin kuat jika kita banyak makan minum. Maka dengan kita berpuasa hawa nafsu akan semakin lemah sehingga dapat kita kendalikan”.

Karena itu, puasa adalah sarana, media yang paling tepat untuk melatih mengendalikan hawa nafsu.

Larangan mengikuti hawa nafsu juga ditegaskan dalam Surat Yusuf [12] ayat  53:

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan

إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ‌ۚ

“Maka janganlah kamu mengikuti nafsu seungguhnya nafsu akan menggiring manusia berbuat jahat….”

Dalam berpuasa kita diharuskan untuk selalu mengekang hawa nafsu atau keinginan-keinginan yang dapat merusak pahala puasa. Begitu juga amarah yang sewaktu-waktu dapat meluap. Maka dengan melalui pendidikan puasa kita bisa menahan diri, karena puasa adalah benteng dan katakanlah ketika hendak bertengkar, katakanlah, “Sesungguhnya aku sedang berpuasa”

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina

الصِّيَامُ جُنَّةٌ، وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ، فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ

Puasa adalah membentengi diri, maka bila salah seorang kamu di hari ia berpuasa janganlah berkata kotor dan jangan teriak-teriak, dan jika seseorang memakinya atau mengajaknya bertengkar hendaklah ia mengatakan “Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Selain itu, saat berpuasa kita pasti merasakan keinginan untuk makan ini dan itu. Apalagi ketika melihat makanan atau minuman yang kita sukai, pasti timbul keinginan untuk melahap semuanya. Namun ketika waktu maghrib tiba, cukuplah segelas minuman dan sepiring nasi yang dinikmati. Adapun makanan-makanan yang lainnya sudah tidak bisa lagi tertampung dalam perut kita.

Hal ini juga dapat dijadikan sebagai gambaran keinginan kita terhadap harta benda. Kita ingin mencari harta benda sebanyak-banyaknya, sehingga kadang segala cara digunakan. Padahal ketika kita meninggal nanti, cukuplah kain kafan yang akan dibawa.

4. Pendidikan Rasa Empati Terhadap Sesama

Pendidikan pada saat berpuasa, kita dididik untuk mempunyai rasa empati terhadap sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan. Dengan berpuasa kita merasakan lapar dan dahaga, sama seperti yang dirasakan oleh mereka yang dalam seharian belum mendapatkan makanan karena ketidak mampuan dalam harta.

Dalam  keseharian juga Rasulullah Shallallahu Alaihi Salam mengajarkan akan peduli dengan sesama terlebih tetangga kita sendiri. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengajarkan kepada umatnya, apabila memasak masakan hendak perbanyak kuahnnya.

إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَاً فَأكْثِرْ مَاءها ، ثُمَّ انْظُرْ أهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيرَانِكَ ، فَأصِبْهُمْ مِنْهَا بِمعرُوفٍ

“Jika kamu memasak kuah, maka perbanyaklah airnya dan berikan sebagian pada para tetanggamu”. (HR Imam Muslim).

Hadits di atas menjelaskan, kalau kita memasak makanan banyakan kuahnya dan perhatikanlah tetangga. Di dalam hadis tersebut mengandung makna bahwa selaku umat Islam harus berbagi terhadap sesama. Maka dengan berpuasa kita timbullah rasa kepedulian di dalam hati kita terhadap sesama.

Dengan kita merasakan apa yang mereka rasakan, maka akan memunculkan rasa empati dan jiwa sosial yang tinggi. Di samping itu kita juga dianjurkan untuk memperbanyak sedekah di bulan Ramadhan ini.

Sebagaimana ditegaskan  dalam sebuah hadis Rasulullah Shallallahu Alaihi Salam bersabda:

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka  baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Itulah beberapa poin nila-nilai pendidikan di bulan Ramadhan dan masih banyak lagi nilai-nilai pendidikan di dalam bulan Ramadhan.

Semoga dengan kehadiran Ramadhan ini kita dididik dan dilatih untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Di antaranya dengan membiasakan untuk disiplin, menahan amarah, mengekang hawa nafsu, memiliki rasa empati, dan lain-lain.

Hal tersebut dapat kita perbuat dan pertahankan bukan hanya di bulan Ramadhan ini saja. Melainkan di sebelas bulan yang lainnya.

Jika sikap dan prilaku tersebut dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, insya-Allah amalan pendidikan selama bulan Ramadhan bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Wallohu a’lam bishowab. (A/R8/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Tausiyah
Indonesia